Tentunya monumen Khatulistiwa yang terkenal di Kalimantan adalah Monumen Khatulistiwa di Pontianak, Kalbar dan Monumen Khatulistiwa Santan Ulu, Bontang, Kaltim. Eh, ternyata di tengah belantara Barito ada satu Monumen Khatulistiwa juga. Wah, lagi-lagi bisikan untuk bertualang kembali mengganggu pikiran. Sampai akhirnya saya putuskan untuk GO! Itung-itung mengisi kegiatan selama cuti, ye kaaaan. Monumen tersebut berada di daerah Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, yang memerlukan waktu sekitar 11-13 jam by motor untuk kesitu. Setelah bersemedi😁 untuk memperhitungkan segala persiapan, saya putuskan untuk start pada hari Minggu tanggal 02 Juli 2017.
Eh, masa saya pergi sendirian? Kan greget juga kalo mesti "lone traveler"/"solo ride"/"single packer" apalah sebutannya itu. Mulailah saya sebarkan seruan ke berbagai teman, sesiapa yang mau ikut. Well, ternyata teman-teman sepertinya tidak ada yang memiliki waktu dan jiwa iseng bertualang😂. Maklum saya ambil cuti pas orang pada mulai masuk kerja setelah cuti bersama lebaran. Dan yah, terpaksa saya let's go sendirian aja deh. Kan daripada gak jadi, dimana saya menaruh muka saya kepada aspal yang sudah memanggil-manggil? (lebay). Maklum sob, "bisikan" itulah yang membuat saya "jalan-jalan" ke Kalbar juga😅.
Pukul 07:00 WITA start mulai rumah di daerah Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, melewati jalur Trans Kalimantan Kalsel atau melewati daerah Hulu Sungai. Jalur ini sih, saya sudah sangat sering lewati, jadi ya tancap gas aja trus untuk menghemat waktu. Setelah 5 jam perjalanan yang kebetulan hari itu sangat cerah (idaman para traveler) sambil ditemani lagu nyentrik Lewis Del Mar yang berjudul Painting(Masterpiece), saya tiba di perbatasan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, di daerah Pasar Panas, Kabupaten Tabalong, Kalsel. Set mundur waktu satu jam kebelakang, karena kita memasuki zona WIB😉.
Memasuki daerah Kalteng, jalur mulai menyempit sob. Beda dengan jalur Trans Kalimantan Banjarmasin-Pangkalan Bun yang dulu saya lewati disini yang kebanyakan sangat lebar dan lega. Bahkan, di jalur menuju Muara Teweh dan Puruk Cahu, ada beberapa titik jalan yang sangat sempit (dipinggirnya jurang lagi) dan titik longsor yang mengharuskan kita untuk ekstra hati-hati.
Jalanan sewaktu masih di wilayah Kalsel sih sebagian besar ramai sob. Tapi disini sebagian besar sepi, tantangan tersendiri (dalem hati berbisik). Setelah 1,5 jam dari perbatasan tadi, tiba kita di daerah Ampah. FYI sob, daerah inilah kampung kakek saya (ya artinya kampung saya juga sih😌). Disini kita akan menemui simpangan, kalo ke kiri itu arah Buntok, kita ambil kanan menuju Muara Teweh. Arah Muara Teweh inilah yang selama ini belum pernah saya lewati, so ikuti "arah angin" saja wkwkwk.
Tiga jam dari daerah Ampah tadi, tiba lah saya di kota Muara Teweh. Kota ini adalah salah satu kota cantik di tepian sungai Barito. Istirahat sebentar, baru lanjut go lagi.
Perjalanan menuju Puruk Cahu ibukota Kabupaten Murung Raya tersebut masih sekitar 2 jam-an dari kota Muara Teweh. Melewati jalur yang bergunung-gunung memaksa sepeda motor bekerja lebih keras. Hari sudah semakin sore dan entah kenapa suhu disini lebih dingin menurut saya, mungkin karena masih banyak pepohonan yang gede dan rindang disini sob, maklum masih jarang keramaian. Tepat waktu Maghrib tiba lah saya di kota Puruk Cahu. Yup, beneran 11 jam sob saya nunggang istri (baca: motor😂).
Kota Puruk Cahu ini juga berada di tepian sungai Barito, gak kalah cantik. Berhubung hari sudah malam saya putuskan untuk bermalam dulu di kota ini, ya sambil menikmati suasana malam gitu, meski cuma sendirian, jomblo😜. Pengen tau cerita saya tidur? Mending gak usah sob, sedih dan nge-gembel sekali lah pokoknya, hehe.
Kukuruyuuuk, pagi menyingsing dan saya kembali bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Monumen Khatulistiwa tersebut tepatnya berada di Kecamatan Uut Murung. Saya dengar sih, jalur nya sangat sangar bin berat. Hmmmm, semakin menarik dan menantang saja nih. Pukul 05:30 WIB saya start dari pusat kota Puruk Cahu, melewati jalan menuju arah Kelurahan Saripoi. Disini jalurnya masih enak sob, karna di cor beton, paling ada sedikit yang masih berbatu-batu.
Tidak beberapa lama, akan melewati Desa Konut. Desa ini terkenal dengan Rumah Betang adat Dayak nya, namun saya tidak mampir, kepagian kayaknya, hehe. Terus saja menelusuri jalan, sampai pada suatu bukit dekat Diklat Tenaga Pengajar, Kecamatan Tanah Siang. Wow asli, saya terpesona dengan pemandangan disini, Kota Puruk Cahu kelihatan di kejauhan yang diatas nya diselimuti awan tipis. Layaknya "Negeri Di Atas Awan" yang disirami sinar mentari terbit, nice😍! I'll never see anything like this ever again, dalam hati saya bergumam.
Namun perjalanan harus tetap dilanjutkan. Terus saja menelurusi jalur yang mulai berbatu-batu (jalan cor nya terkelupas), tiba lah di persimpangan dengan jalur Perusahan Logging (kayu), ambil kiri menuju Uut Murung, sobat bisa saja bertanya dengan warga sekitar untuk lebih jelasnya. Btw, sungai disini bening sob, sama kayak ceweknya😜😅.
Nah, dengan melewati jalur Perusahaan Logging inilah tantangan yang sesungguhnya. Jalan disini sepenuhnya tanah merah dan berbatu-batu. Untung beribu untung hari itu lumayan cerah dan jalan kering, coba aja kalau basah, licin banget pasti.
Yang harus diperhatikan di jalan logging adalah rambu sob. Apabila sobat melihat rambu dengan tulisan "Kiri", itu artinya sobat harus berada di lajur kiri, dan sebaliknya kalau tulisannya "Kanan" artinya sobat harus ambil lajur kanan. Ini untuk mencegah kita biar tidak "dicium" oleh angkutan logging atau pengendara lain. Seperti yang saya bilang tadi, jalur disini sangat berat apalagi ditambah medan yang berbukit-bukit, naik turun gunung gitu, sehingga menganggu konsentrasi. Saya aja beberapa kali mau "dicium", untung gesit yeeeaaah.
Pemandangan disini LUAR BIASA pokoknya sob. Hutan yang masih asri dan lebat, sungguh memanjakan mata, ditambah view pegunungan yang membiru, jatuh cinta rasanya. Sungguh merupakan kebesaran Tuhan YME.
Di tengah hutan gini masih ada BTS, hmmmm you know lah yang punya siapa?😉
Setelah 3 jam melintasi jalan yang berkelok-kelok naik turun gunung. Saya mulai ragu nih hehe. Maklum udah kelamaan di jalan yang naik sepeda motor tapi, rasanya seperti naik kuda. Keraguan bertambah ketika melihat jalan kubangan, apa bener sih ini jalannya? Saya tanya lah kepada warga yang kebetulan lewat angkut kayu, ternyata benar itu jalannya, "masih 2 jam lagi mas" katanya. Well😜, sepertinya memang ini "takdir" yang harus saya lewati, wkwk.
Berhasil melewati beberapa kubangan, akhirnya ada simpangan yang harus diperhatikan, kalau belok kiri akan lanjut melewati jalur perusahaan, kalau kanan menuju daerah Laas (Uut Murung), untuk itu kita ambil kanan dan memasuki jalur biasa (bukan perusahaan lagi). Saya berpikir, jalan perusahaan saja rusak, apalagi jalan biasa hmmmm.
Di foto atas bisa sobat perhatikan sebelah kiri saya, itu sebenarnya jurang dalam banget. Kalo nyemplung situ bisa "wassalam" dah saya. Dalem hati teriak "oh Tuhan saya masih mau hidup, belum kawin😌".
Setelah empat jam perjalanan, badan sudah mulai error dan hati jadi risih, kok gak sampe-sampe yah wkwk. Namun semua itu sirna ketika saya tiba di sebuah bukit yang lumayan tinggi tapi super duper indah. Ya, inilah yang dinamakan bukit Pasir Putih a.k.a Bukit Tengkorak. Eits, jangan salah dengan namanya yang serem ya, sangat kontras dengan pemandangan indah disini.
Apalagi disini ada beberapa gazebo untuk menikmati view hamparan pegunungan di seberang nya. Pegunungan apakah itu sob? Yup, itulah dia "The Heart of Borneo", pegunungan Schwaner and Muller. Ada yang belum tau pegunungan Schwaner and Muller yang legendaris itu? Hmmmm, kurang afdol haha. Sungguh luar biasa menikmati view pegunungan tersebut. Ada rasa deg-deg-an dalam hati, layaknya kekasih yang sudah lama tidak bertemu😍 Amazing!
Subhanallah, Allahuakbar. Sungguh kamera TIDAK bisa mewakili! Hanya mata yang bisa menikmati, jadi cukup 2 foto saja ya hehe.
Meskipun belum puas menikmati, saya masih harus berlanjut menaklukkan jalur disini (lebay). Well, kubangan again, seperti yang sudah saya bilang, mau gak mau ya mesti enjoy aja.
Bantuin orang kemogokan juga, ya meskipun cuma memfoto wkwkkwk. Jalur disini sepenuhnya sepi sob. Hampir tidak ada desa/keramaian, saya aja ketemu orang sejam sekali. Jadi, kalo sobat kena mogok disini, apalagi sendirian, silakan nangis aja sob, gapapa kok, saya dapat maklumi😜. Bawa ban serep atau bahan bakar cadangan, wajib hukumnya.
Kadang di pinggir jalan sobat akan menemui beberapa patung dari kayu yang unik, tapi kalo malam rada serem juga sih😌. Itulah cara penghormatan warga sekitar kepada para leluhur mereka. Btw, berhubung saya ada darah Dayak juga, otomatis itu juga leluhur saya dong🤔, saya sempatkan juga deh sejenak memberi penghormatan🙏.
Satu jam dari bukit Tengkorak tadi, sobat akan menemui gapura di sebelah kiri dengan tulisan "Selamat Datang". Itulah wisata air terjun Bumbun. Ehm, langsung singgah dooooong, wajib itu!
Setelah menuruni tangga yang di kanan kiri nya pepohonan yang rindang dan tinggi, akhirnya air terjun nampak. Sungguh luar biasa cantik! Air terjun dengan ketinggian kurang lebih 15 meter ini ada beberapa tingkat loh sob, keren. Air nya yang jernih memanggil-manggil untuk mandi. Silakan dah nyemplung sambil telanjang gak apa-apa juga, gak ada orang juga disitu wkwkwk. Tapi hati-hati sob, kalau terbawa arus, nyemplung dah di air terjun tingkat kedua nya yang lumayan tinggi juga, kan amsyong ntar.
Namun sayang, wisata ini sepertinya terbengkalai😔. Mungkin dikarenakan akses kesini yang sangat sulit. Padahal, air terjun ini saya akui sangat-sangat worth it dijadikan wisata unggulan daerah ini. Titian nya pun sudah mulai lapuk, hati-hati kalau melangkah sob.
Setelah puas dengan kesegaran air pegunungan nan jernih. Saya lanjutkan lagi perjalanan. Masih sekitar 5 kilometer lagi. Nei nei nei, 5 kilometer disini bukan dekat artinya sob, disini akan terasa 30 kilometer jauhnya wkwkwk.
Dan finally, setelah total lima jam perjalanan yang amazing banget (bayangin aja dah sendiri). Sampailah saya di kecamatan Uut Murung. Sebuah kecamatan di tengah belantara Barito.
Tidak jauh dari kantor Kecamatan, sedikit menuruni bukit, tiba lah saya di Monumen Khatulistiwa, yeeeeeaaah! I did it!
Monumen ini ada di desa Tumbang Olong, Kecamatan Uut Murung, Kabupaten Murung Raya, Kalteng. Monumen ini dibangun oleh PT. SSP tahun 2001. Saya masih saja tak percaya disini dilintasi garis imaginer Khatulistiwa, untuk itu iseng saya buka GPS di hengpon, eh ternyata bener sob, berada di titik 0 (nol) derajat di garis lintang😋. Monumen ini sangat pantas menurut saya, jadi ikon daerah Murung Raya itung-itung alternatif Monumen Khatulistiwa yang di Pontianak atau Bontang. Kelebihannya, yang satu ini di belantara.
Pada bulan-bulan tertentu (kalo gak salah Maret), jika sobat berdiri disini tepat jam 12 siang, maka bayangan sobat akan menghilang, mengapa? Karena, matahari akan tepat berada lurus di atas kepala kita, keren bukan? Oh, pastinya keren dong!
Ssshhhhh it's hot here. Untung di samping tugu tersebut, ada sungai dengan airnya yang dingin dan jernih. Saya bisa sambil mendinginkan kelapa eh kepala.
Sungguh betapa menikmatinya saya dengan suasana disini. Lingkungan masih asri, sepi dan pepohonan yang lebat. Mantap lah pokoknya. Warga nya juga murah senyum.
Sebenarnya kalau mau lebih nekat, tetap lanjutkan perjalanan menuju arah perbatasan Kaltim, masih banyak spot wisata yang tidak kalah cantik sob, tentunya dengan medan lebih berat dan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Cuman saya cukup sampai sini aja deh dulu, sendirian aja sih soalnya😌, ini aja udah capek banget rasanya.
Perjalanan yang luar bisa ini akan sangat berkesan dan akan saya selalu kenang dan ceritakan ke anak cucu saya nanti. Saran sih buat Pemerintah setempat yang baik hatinya, kalau bisa di perbaiki dong jalur disini..! Kan kasian warga, meskipun sepertinya sudah terbiasa dengan jalan tersebut, tapi kan yaaa ekstrim juga. Lagian, biar "orang jauh" yang kayak saya ini, gak mesti susah payah "banget nget nget" berkunjung untuk bisa menikmati pemandangan disini yang luar biasa, ikonik.
Oh iya, sobat mau bertualang kesini juga? Monggoooo. Need a map?
Image credit: BCI Official (Pundang Stories Blog) |
Okeh, apabila saya ada salah kata atau info, mohon dimaafken yah sob, namanya manusia tentu tempatnya khilaf, wassalam.
Bonus:
Lone Ranger, eh Lone Traveler ceritanya😛 |