23 Jan 2011

Rasulullah Pernah Disihir, Benarkah?

Rasululloh shalallahu ‘alaihi wasalam adalah seorang manusia, dapat menimpa Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam apa-apa yang menimpa manusia lainnya dari berbagai penyakit, sikap melampaui batas sebagian manusia terhadapnya dan tindak kedzaliman mereka terhadap Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam sebagaimana manusia yang lainnya. Demikian pula hal-hal lain yang berhubungan dengan perkara dunia yang Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam tertimpa sesuatu penyakit atau sikap melampaui batas orang lain terhadapnya -dengan sihir misalnya- yang dengan sebab itu Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam membayangkan sesuatu urusan dunia yang hakekatnya tidak ada.

Dibayangkan kepada Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam menyetubuhi istrinya padahal Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam tidak melakukannya, atau Beliau shalallahu ‘alahi wasalam memiliki kekuatan untuk menyetubuhinya, namun tatkala mendekati salah seorang dari mereka, tiba-tiba muncul kelemahan dan hilang kekuatan beliau untuk melakukannya. Tetapi musibah yang menimpa Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam penyakit, atau sihir tersebut tidaklah mempengaruhi penerimaan wahyu dari Alloh Subahanahu wa Ta’ala dan tidak berhubungan dengan apa yang beliau sampaikan dari Alloh Subahanahu wa Ta’ala kepada umatnya, karena telah tegaknya berbagai dalil dari Al Qur’an dan sunnah dan kesepakatan para pendahulu umat ini yang menunjukan kemaksumannya (terpeliharanya) Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam dalam menerima wahyu, menyampaikan, dan semua yang berhubungan dengan perkara-perkara agama. Dan sihir adalah sejenis penyakit yang menimpa Beliau shalallahu ‘alaihi wasalam.”

Kemudian Al-Lajnah menyebutkan Hadits Aisyah radhiallahu anha, lalu melanjutkan: “Barang siapa yang mengingkari terjadinya hal itu, sungguh dia telah menyelisih dalil-dalil, ijma’ para sahabat dan pendahulu umat ini. Lalu berpegang dengan syubhat dan prasangka yang tidak memiliki pondasi kebenaran, sehingga tidak bisa di jadikan sebagai sandaran. Telah dirinci masalah ini oleh Al-Allamah Ibnul Qayyim dalam kitabnya Zadul Ma’ad dan Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari.”

(Sumber Rujukan: Fatawa al Lajnah ad-Da’imah: No.4015)


Share:

Merasa terbantu? Donate:
Previous
Prev Post «
Disqus
Blogger
Choose comment platform

Tidak ada komentar

Berkomentarlah dengan bijak. Sobat juga bisa menambahkan emoticon, klik 👉

Langganan Artikel Gratis
Masukan alamat email:

Delivered by FeedBurner

Merasa terbantu oleh blog ini?

Sobat bisa memberikan donasi via PayPal, klik tombol di bawah ini. Terima kasih.

Popular Posts