15 Jun 2011

Saya, Kamu, dan Kita Harusnya Malu?

Basa basi dulu ah, kenapa kita harus malu? Apa arti malu itu sebenarnya? Haha, kayak belajar bahasa Indonesia saja. Langsung ke cerita, saya sebenarnya bingung sob, apakah cerita saya kali ini merupakan 'cacian' atau mungkin cambuk motivasi bagi kita(khususnya orang Kalsel) untuk menjadi lebih baik. Kejadian ini saya alami sekitar dua tahun yang lalu, baru cerita sekarang, karena baru ingat kemaren sob, hehe. Penasaran kan apa 'kejadian' yang saya maksud? Disimak ya sobat, bro, and sist...^_^

Kalau tidak salah hari itu adalah hari sabtu, sore. Saya dan teman saya berencana untuk menikmati akhir pekan, yaa santai-santai lah setelah satu minggu memutar otak, belajar. Setelah berdebat cukup lama kemana tempat 'nangkring' yang cocok plus gak keluar duit, maklumlah kere haha, akhirnya kami putuskan untuk pergi ke Gunung Kayangan. Wisata yang terletak di 'pintu gerbang' menuju kota Pelaihari.

Setelah berdandan ala anak gaul getoo, berangkat lah kami. Setelah tiba di 'TKP', kami bingung mau ngapain. "Ya sudah, dudukan ja diatas menara, belelihat pemandangan matahari tanggalam", kata teman saya. Maka naiklah, kami keatas menara yang ada di wisata Kayangan tsb. Sewaktu memegang pegangan tangga, tangan saya kena sisa mentega. Rupanya, ada banyak sisa kue ulang tahun berserakan(kata orang banjar becelemotan).

Entah siapa yang merayakan ulang tahun disitu dan tidak bertanggung jawab. Saya hanya bisa bergumam dalam hati "Dasarrrrr!!!". Tapiii,,, hehe, seperti kebiasaan anak muda, saya bergumam lagi dalam hati, "Biaram, lain aku jua". Saya kembali melanjutkan perjalanan naik keatas menara. Wew, pemandangan sore itu indah banget sob, pas banget buat yang pacaran. Angin sepoi-sepoi, pokoknya santai deh suasananya.

Disaat lagi asyik menikmati suasana santai, di kejauhan datanglah satu rombongan keluarga. Beberapa anggota keluarga rombongan(terdiri dari bapak, anak, dan nenek) tersebut juga ingin naik ke atas menara. Mendengar logat mereka bercakap-cakap, saya berbisik kepada teman saya, "Orang dari Jawa singgah jua disini lah, hehe".

Sialnya, salah seorang dari mereka juga mengalami apa yang saya alami, kena sisa kue ulang tahun. Sang Nenek itupun berkata, "Haduuuh, apa ini? Jorok, kenapa sisa kue koq ada ditangga?". Mendengarnya, saya takut juga sih, nanti dikirain malah saya yang buang sisa kue itu. Yang bikin saya terkejut, sang Bapak berkata dengan nada rendah "Yaaa beginilah bu, orang kalimantan".

Setelah sang Bapak berkata demikian, saya yang mendengar merasa tersinggung juga sih, pengennya gak tersinggung, tapi saya juga orang Kalimantan. Wajah saya serasa dilempar pake kue, serasa ditonjok. Saya lagi-lagi bergumam dalam hati, "dimana aku meandak muha!!!!". Setelah beberapa lama, rombongan itupun pergi, menyisakan kritikan pedas, sepedas sambal acan, ^_^.

Waduh, kalo menurut kalian gimana ini sobat? Akibat segelintir oknum anak muda, saya, kamu, dan kita kena imbasnya. Karena itu, apakah kita harus malu saja??? Atau mulai sekarang kita melangkah untuk lebih baik??? Atau bahkan mungkin hanya diam saja???

Saya selaku 'pepadaan' anak muda, bukan maksud menggurui nih sob tapi mengajak, marilah sekarang kita jaga 'tanah' kita 'saurang', 'tanah' ngini ampun kita 'saurang' kalo.

Begitulah pengalaman saya sob, saya share kepada kamu, dengan maksud agar menjadi pelajaran bagi kita semua. Kalau ada salah kata, mohon maaf nih, ma'aaaaaf banget.

Wassalam


Share:

Merasa terbantu? Donate:
Previous
Prev Post «
Disqus
Blogger
Choose comment platform

Tidak ada komentar

Berkomentarlah dengan bijak. Sobat juga bisa menambahkan emoticon, klik 👉

Langganan Artikel Gratis
Masukan alamat email:

Delivered by FeedBurner

Merasa terbantu oleh blog ini?

Sobat bisa memberikan donasi via PayPal, klik tombol di bawah ini. Terima kasih.

Popular Posts