27 Jul 2015

Solo Trip Ke Teluk Tamiang Kotabaru

Seminggu setelah Lebaran 1436 H, saya memutuskan untuk mengambil jatah cuti saya. Maklum lah, pusing oleh pekerjaan dan oprek Hackintosh memaksa otak saya bekerja lebih extra. Saking extra nya seakan mau turun mesin nih(lebay?), daripada turun mesin mending dibawa refreshing saja. Singkat cerita, daripada masa cuti saya di habiskan cuma tidur, mending jalan-jalan melihat keindahan alam. Saya ajaklah teman-teman saya pada weekend untuk liburan.

Begitu mereka saya ajak ke daerah Teluk Tamiang, Kotabaru, hmmmm seakan mereka tidak begitu tertarik atau mungkin karna jauh letaknya atau mungkin karna kesibukan masing-masing, entahlah, yang jelas saya kecewa karena terancam batal lagi-lagi(udah lama berencana nge-trip ke Teluk Tamiang ga jadi-jadi sob, wkwkk). Akhirnya ide otak stress ini berbisik dan mengilhami saya untuk nge-trip ke sana, SENDIRIAN.

Sendirian? Sempat ragu juga sih sob, karena jaraknya lumayan (kalo kata embah Google Maps sih sekitar 318Km). Belum lagi kalo menuju ke daerah Kotabaru ini, ga cukup waktu 1 hari. Setelah berfikir matang-matang, akhirnya saya putuskan untuk single trip alias sendirian menuju Teluk Tamiang, itung-itung ngerasain ke-gregetan-an nyasar di kampung orang, hehe. Oke fix, hari Sabtu saya bersiap berangkat dari Bati-Bati, dan benar-benar berangkat pukul 11:30 siang dengan menggunakan kuda besi kesayangan. Dan selamat menikmati cerita lebay saya nge-trip sendirian di bawah ini:

Sambil ditemani musik (judulnya Swansong by Josh Woodward, recomended nih lagu) sepanjang jalan, bawa motornya juga santai sambil meratapi kesendirian ini. Sampai pukul 13:00 saya tiba di Kec. Kintap. Okeh, sambil istirahat sejenak, kita wajib absen Dzuhur dulu sob sama Tuhan, hehe.


Setelah otot kembali fit, saya lanjutkan perjalanan kembali. Sampai pukul 16:30 saya tiba di daerah Siring, Pagatan, kembali nyantai lagi menikmati pantai sob.


Setelah istirahat sekitar 30 menit, lanjutkan perjalanan menuju kota Batulicin. Tiba di Batulicin pukul 17:30, waduh akibat banyak santai nih, jadi kesorean. Sempat bingung mau nginep dimana (target sih nginep di Masjid or SPBU, haha), pucuk di cinta hoki pun tiba, teman saya yang lumayan ganteng bernama Rizal ini, berbaik hati mengizinkan saya nginep dirumahnya. Segala puji bagi Tuhan, karena saya calon gak bakalan kedinginan, hehe, plus saya disambut hangat oleh keluarga Rizal, jadi terharu.

Malam pun tiba, kebetulan malam minggu nih, saya nongkrong dulu lah di taman Batulicin ditemani om Rizal(Note: saya panggil nya om, padahal dia masih 27 tahun). Bencana pun tiba, ternyata di taman ini mayoritas bawa pasangan masing-masing, subhanallah, hadeeeh apalah daya saya yang jomblo ini hanya bisa menikmati pemandangan yang mengenaskan ini.



Malam semakin larut, kami pun pulang, dan saya tanpa basa-basi langsung KO di pulau kapuk. Mau dengar cerita mimpi saya? Eh ga usah deh kepanjangan sob dan ga penting juga, wehehe, kita skip saja. Azan subuh memanggil, selepas subuh saya menyiapkan berkas(perlengkapan, red.) untuk lanjut menyebrang ke pelabuhan Tanjung Serdang. Disini hal yang so sweet terjadi, mungkin om Rizal ga tega lihat saya trip sendirian ke Teluk Tamiang atau mungkin dia mau jalan-jalan juga, akhirnya dia menemani saya untuk go TKP, oke sip lumayan ada teman.

Hari Minggu, pukul menunjukan jam 06:30 pagi, sinar mentari masih malu-malu menampakkan diri, akhirnya kami tiba di pelabuhan Batulicin. Tanpa basa-basi apalagi ngobrol dulu sama petugas nya, langsung beli tiket dan merapat ke atas kapal Ferry. Dan welcome aboard wahaha, mungkin karena masih pagi, suasana di Ferry masih agak sepi. Sirene tanda kapal akan lepas landas berbunyi, oke ready to go.




30 menit menyebrang kami sampai di pelabuhan Tanjung Serdang. Dari Tanjung Serdang, dan hanya bermodal sinyal GPS hengpon, langsung hajar menuju arah Lontar(kami ambil belok kanan, kenapa kanan? Kalo ke kiri saya malah nge-trip ke Kotabaru donk, ga sesuai cerita nanti). Saat itu pukul 07:30 pagi suasana masih sejuk dan nice sekali sob. Oke, inilah tantangan selanjutnya.


30 Menit perjalanan, kami santai sejenak di desa Sungai Pasir, menikmati nasi kuning dendeng yang sebelumnya kami beli di Batulicin tadi. Njirrrr, nasi kuning nya lazis kali sob!(mungkin karena efek lapar). Setelah perut terisi, game on lagi.


1 jam pertama kondisi jalan masih bersahabat, disuguhi pemandangan pegunungan sebelah kiri, dan pemandangan laut di sebelah kanannya, so romantic right? Romantic dengkulmu, haha, setelah satu jam berlalu, kondisi jalan sudah menunjukkan tanda-tanda ke-gregetan-nya. Kadang beraspal, kadang berbatu, kadang beton. Kadang tanjakan suram(sesuram hati kamu), trus turunan yang landai, pokoknya kita dipaksa "agak" offroad sob.





Hoki lagi, ini musim kemarau, jadi say goodbye sama kubangan lumpur, dan say welcome sama yang namanya debu. Buset, saking debunya kegantengan saya dan om rizal menurun 90%, dan sepertinya ke"jelek"an ini akan permanen, wekawekaweka. Sebenarnya jarak dari Pelabuhan ke Lontar cuma 70Km an sob, karena suasana jalan yang aduhai, memaksa kita menempuh perjalanan selama 3 jam lebih.



Pukul 10:30 akhirnya kami tiba di Lontar, nah berhubung kami ga ada yang tau arah TKP, bertanya adalah senjata terakhir.

Saya: "Pak, Teluk Tamiang kemana ya?"

Warga: "Ke arah sana mas, arah menuju pelabuhan PT. IBT" Note: IBT kepanjangannya Indonesia Bulk Terminal

Oke, kami langsung lanjut sesuai yang diarahkan warga tadi, eh lah dalah kami malah nyasar ke lokasi PT. IBT nya, balik lagi deh. Akhirnya kami dapat sebuah papan nama yang memberi pencerahan.


Nah iniiii yang benar. Langsung deh menuju lokasi, jalan nya sih berbatu, tapi masih mending ini daripada jalan sebelumnya. Sekitar 10 menit tiba lah kami(saya dan om Rizal) di desa Teluk Tamiang. Berhubung kami cuma berdua, jadi gak ada rencana mau nyebrang ke pulau Tanjung Kunyit sob. Sambil disambut tatapan warga sekitar(mungkin dikira mereka kami orang yang ga pernah ke pantai wkwk), langsung bermain ria di pantai desa Teluk Tamiang ini. Mantap sekali sob pemandangannya, dengan latar belakang pulau Tanjung Kunyit.




Kok beda sama yang saya lihat di Google Images dulu ya, apakah kami tersesat? Entahlah, yang penting sampai ke Teluk Tamiang, haha.


Oh iya, berbeda dengan kebanyakan wisata pantai di Kalsel sob yang rata-rata pasir nya cokelat, disini pasirnya putih dan air lautnya yang jernih. Semakin memanjakan mata dan tubuh yang telah lelah di perjalanan. Sori ya, kamera murahan, jadi rada kabur image nya, hehe.











Satu lagi yang bikin betah, meski awalnya mereka menatap tajam ke kami berdua(dikira homo kali), ternyata warga disini ramah banget sob. Kami pun beristirahat di salah satu rumah warga setelah capek "bermain". Kami malah di jamu minuman dingin sama kue khas lebaran(Note: zonk yang sering ditemui pas lebaran alias kaleng Khong Guan tapi isinya kacang goreng, alhamdulillah ga ada sob, haha). Kami juga saling bercanda ria sama mereka, pokoknya tambah nice lah disini sob.




Tak terasa azan Dzuhur sudah memanggil, selepas Dzuhur, kami pun pamitan karena om Rizal besoknya harus kerja lagi(awalnya sih mau nginep). Sepanjang jalan pulang keluar dari desa, kami pun selalu disambut senyuman ramah, double nice dan respect sama warga disini.




Dan, singkat cerita, akhirnya kami pun selamat kembali ke Batulicin, alhamdulillah dan very thanks ke om Rizal yang mau capek-capek menemani daku. So, jadi ini kesimpulan dari perjalanan saya menuju ke Teluk Tamiang:

What is it?
Tempat ini bernama desa Teluk Tamiang, jauh ke arah selatan Kab. Kotabaru. Pemadangan laut dan pantai nya yang aduhai membuat mata ini dan hati berdecak kagum sob. Suasana disini juga masih asri, karena jarang dikunjungi wisatawan. Mayoritas penduduk suku Bugis, Mandar, dan sedikit Banjar. Namun sayang, akses yang sulit membuat daerah ini "agak" terpencil. Namun sekarang proses perbaikan jalan masih di terus dilakukan, kemungkinan 1-2 tahun ke depan, akses jalan bisa mulus sob, mudahan.

How to get there?
Dari Kec. Bati-Bati, Tanah Laut sekitar 3-4 jam menuju ke Batulicin. Sampai di Batulicin, menyebrang dengan kapal Ferry sekitar 30 menit menuju Tanjung Serdang. Dari Tanjung Serdang menuju ke Teluk Tamiang sekitar 3-4 jam sob. Kondisi jalan lumayan menantang, tapi masih bisa dilewati mobil kok.

What will you see?
Pemandangan pantai yang berbeda dari wisata pantai pada umumnya di daerah Kalsel. Sobat bisa juga snorkling disini, karena terumbu karang nya konon nice banget sob. Pembibitan ikan laut dan budidaya rumput laut juga ada disini. Harap dicatat sob! Desa Teluk Tamiang bukan lah tujuan wisata utama di daerah ini. Tujuan utama adalah pulau Tanjung Kunyit. Untuk ke pulau tersebut sobat bisa sewa klotok nelayan sekitar, 200-250rb lah harga sewa nya, itu sudah antar dan jemput. Perlu waktu 15-30 menit untuk menyebrang ke pulau tersebut.

The cost?
Berikut rincian biaya yang saya keluarkan:
Bahan bakar si kuda besi PP: 100rb
Ferry penyebrangan PP : 52rb
Kebutuhan bertahan hidup (makan dan minum): 50rb
Total = 202rb

Oke sob, sampai disini dulu cerita lebay saya ini, wassalam.


Share:

25 Jul 2015

Syaitan Membantu Pemuda Pergi Ke Masjid

Seorang pemuda bangun awal pagi untuk shalat subuh di Masjid. Dia berpakaian, berwudhu dan berjalan menuju masjid. Di tengah jalan menuju masjid, pemuda tersebut jatuh dan pakaiannya kotor. Dia bangkit, membersihkan bajunya, dan pulang kembali ke rumah. Di rumah, dia berganti baju, berwudhu lagi dan berjalan menuju masjid.

Dalam perjalanan kembali ke masjid, dia jatuh lagi di tempat yg sama! Dia, sekali lagi, bangkit, membersihkan dirinya dan kembali ke rumah. Di rumah, dia sekali lagi, berganti baju, berwudhu dan berjalan menuju masjid. Di tengah jalan menuju masjid , dia bertemu seorang lelaki yang memegang lampu. Dia menanyakan identitas lelaki tersebut.

Lelaki itu menjawab, "Saya melihat anda jatuh 2 kali di perjalanan menuju masjid, jadi saya bawakan lampu untuk menerangi jalan anda.."

Pemuda tersebut mengucapkan terima kasih dan mereka berdua berjalan ke masjid. Ketika sampai di masjid, si pemuda bertanya kepada lelaki yang membawa lampu, mengapa tidak masuk dan shalat subuh bersamanya?" Lelaki itu menolak. Pemuda itu mengajak lagi hingga berkali kali dan jawabannya tetap sama.

Pemuda bertanya, "Kenapa menolak untuk masuk masjid dan ikut shalat?" .

Lelaki itu menjawab, "Karena aku adalah syaitan."

Pemuda itu terkejut mendengar jawaban lelaki itu.

Syaitan kemudian menjelaskan: Saya melihat kamu berjalan ke masjid dan sayalah yang membuat kamu terjatuh. Ketika kamu pulang ke rumah untuk membersihkan badan dan kembali ke masjid, Allah memaafkan semua dosa dosamu.

Saya membuatmu jatuh kali kedua, dan itupun tidak membuatmu berubah pikiran untuk tinggal di rumah, kamu tetap memutuskan kembali masjid. Karena itu, Allah memaafkan dosa-dosa seluruh anggota keluargamu.

Saya khawatir, jika saya membuat kamu jatuh untuk kali ketiga, jangan-jangan Allah akan memaafkan dosa seluruh penduduk kampungmu. Jadi, saya mesti memastikan bahwa kamu sampai di masjid dengan selamat.

Wassalam


Share:

10 Jul 2015

Pak, Izinkan Saya Berzina Dengan Anak Bapak!

Suatu hari sepasang muda-mudi akan pergi untuk berjalan-jalan, si gadis ingin ditemani oleh seorang pemuda untuk membeli sesuatu di mall. Setibanya pemuda di rumah orang tua sang gadis untuk menjemputnya.
Gadis: Masuk dulu ya, bertemu sama ayah
Pemuda : Boleh kah?
Gadis: Masuk saja, saya bersiap-siap dulu.


Masuklah sang pemuda melalui pintu utama. Pintu yang siap terbuka mengelu-elukan
kedatangan si pemuda.

Pemuda : Assalamualaikum.
Ayah Gadis : waalaikumussalam!

Mendengar lantangnya suara Ayah si gadis, si pemuda kaku membatu. Lantas si gadis menyadarkan pemuda dari lamunan itu. Entah apa yang dipikirkannya.

Gadis : Mari, silahkan duduk
Pemuda : eh.,iyaa

Setelah mengucapkan salam dan berjabat tangan, duduklah si Pemuda di kursi yang hampir menghadap Ayah si gadis. Hanya koran yang menjadi ‘sitroh’ antara mereka.

Ayah Gadis : hendak jalan kemana hari ini?
Pemuda : ke Kota saja Pak, dia mau mencari barang katanya. entah barang apa saya tidak tahu.
Ayah Gadis : oh..
Pemuda : . . .

Hampir 5 menit suasana senyap tanpa suara.
Dan ibu si gadis keluar dari ruang belakang membawa air dan kue kering.
Si Pemuda pun tersenyum manis.

Ibu Gadis : Silahkan diminum dulu nak. Kamu sudah sarapan?
Pemuda : eh, Sudah Bu. Terima kasih.
Ibu Gadis : kamu ini malu-malu segala dengan kami.
Pemuda : saya hanya segan Bu. Hehe
Ayah Gadis : kapan kamu mau mengirim rombongan (lamaran)?
Ibu Gadis : eh, ayah ini?
Pemuda : hmm. Saya belum memiliki banyak uang Pak. Hehe
Ayah Gadis : kamu bawa anak kami kesana-kemari. Apa orang kata nanti?
Pemuda: (sebenarnya Malu dengan orang lain, serta malu dengan Allah). Setiap kami pergi kami selalu naik mobil Pak, tidak pernah berdekatan apalagi sampai bergandeng tangan.
Oh iya, bisa saya tanya sedikit Pak?
Ayah Gadis : tentu saja, silahkan!
Pemuda : bapak dan ibu ingin saya
menyediakan uang berapa untuk lamaran ini?
Ibu Gadis : kalau bisa Rp.20.000.000,-
Ayah Gadis : ehh, tapi kalau bisa lebih besar dari orang sebelah yang naksir juga sama gadis.
Pemuda : Maaf, Berapa itu Bu?
Ayah Gadis : Rp.40.000.000,- syukur-syukur bisa lebih
Pemuda : (Ya Allah, whhooa.. Rp.40.000.000,- darimana saya dapat uang sebanyak itu, aduh)
Besar sekali Pak, apakah tidak bisa lebih sedikit, kita buat acara sederhana saja. Cukup mengudang keluarga, saudara dan tetangga dekat?
Ayah Gadis : itu nasib kamu nak, kamu yang akan menikahi anak kami. Lagipula dialah satu-satunya anak perempuan kami.

Si Pemuda pun hampir hilang akal ketika disebutkan ‘harga’ si gadis itu. Dan si Pemuda mencoba kembali berdiskusi dengan orang tua gadis pujaan hatinya.

Pemuda : Boleh saya bertanya lagi, apakah anak bapak pandai memasak?
Ayah Gadis : hmm,.boro-boro. Bangun tidur saja jam 10 lebih, bukan bangun pagi lagi itu. Habis bangun terus langsung makan siang.
Ibu Gadis : Apa sih ayahnya ini, anaknya mau dijadikan istri, dia malah cerita yang jelek-jelek.
Ayah Gadis : Ibunya pun sama suka terlambat bangun juga.
Ibu Gadis : ih ayah ini!
Pemuda: (bengong) Ehh.. iya cukup pak,
sekarang saya sudah tau. Kalau boleh bertanya lagi, bisa kah dia membaca Qur’an?
Ibu Gadis: bisa sedikit-sedikit kok
Pemuda : belajar dengan maknanya?
Ibu Gadis : mungkin.
Pemuda : hmm.
Ibu Gadis : kenapa?
Pemuda : Oh, tidak apa - apa bu. Pertanyaan terakhir, apakah dia rajin sholat?
Ayah Gadis : Apa maksud kamu tanya semua ini !? Dia kan dekat dengan kamu. Harusnya kamu juga tahu.
Pemuda : Setiap sedang diluar dan saya ajak sholat, dia selalu bilang sedang datang bulan. Sedikit - sedikit datang bulan. Saya jadi bingung, sebenarnya dia bisa sholat tidak.
Ayah dan Ibunya begitu kaget. Dan pada wajahnya begitu kemerahan menahan amarah.
Pemuda : Boleh saya sambung lagi. Dia tak bisa masak, tak bisa sholat, tak bisa mengaji, tak bisa menutup aurat dengan baik. Sebelum dia menjadi istri saya, dosa-dosanya juga akan menjadi dosa bapak dan ibu. Lagipula tak
pantas rasanya dia dihargai Rp.40.000.000,-. Kecuali dia hafidz Qur’an 30 juz dalam kepala, pandai menjaga aurat, diri, dan batasan-batasan agamanya. Barulah dengan mahar Rp.100.000.000,-pun saya
usahakan untuk membayar.

Tapi jika segala sesuatunya tidak harus
dibayar mahal mengapa harus dipaksakan untuk dibayar mahal ?
Seperti halnya mahar. Sebab sebaik-baik pernikahan adalah serendah-rendah mahar. Mata ayah si gadis direnung tajam oleh mata ibu si gadis. Keduanya diam tanpa suara.
Sekarang ketiganya menundukkan kepala. Memang sebagian adat menjadikan anak perempuan untuk dijadikan objek pemuas hati
menunjukkan kekayaan dan bermegah-megah dengan apa yang ada, terutama pada pernikahan. Adat budaya mengalahkan masalah agama. Para orang tua membiarkan bahkan menginginkan anak perempuan dihias
dan dibuat pertunjukkan di muka umum.
Sedangkan pada saat akad telah dilafadz oleh suami, segala dosa anak perempuan sudah mulai ditanggung oleh si suami.

Ayah Gadis : tapi kan, ayah hanya ingin anak ayah merasakan sedikit kemewahan. Hal seperti tu kan hanya terjadi sekali seumur hidup.
Pemuda : Bapak ingin anak bapak merasakan kemewahan?
Ibu Gadis : tentulah kami berdua pun
turutgembira.
Pemuda : sungguh demikian ? boleh saya sambung lagi? bapak, ibu.. saya bukanlah siapa - siapa. Sekarang dosa anak Bapak, Bapak juga yang tanggung. Esok lusa setelah akad nikah terus dosa dia saya yang tanggung.
Belum lagi pasti bapak dan ibu ingin kami bersanding lama di pelaminan yang megah, anak Ibu dirias dengan riasan secantik-cantik­nya dengan make up dan baju paling mahal, di
hadapan ratusan undangan agar kami terlihat mewah pula. Salain setiap mata yang memandang kami akan mendapat dosa. Apakah begitu penting hal tersebut jika dalam
kehidupan sehari-hari kita malah berusaha untuk hidup sesederhana mungkin tanpa berlebih-lebihan.
Ibu si gadis segera mengambil langkah mudah dengan menarik diri dari pembicaraan itu. Si ibu tahu, si pemuda berbicara menggunakan fakta islam. Dan tidak mungkin ibu si gadis dapat melawan kata si pemuda itu.
Ayah Gadis : Kamu mau berbicara mengajari masalah agama di depan kami?
Pemuda : ehh. maaf pak. Bukan saya hendak berbicara / mengajari masalah agama. Tapi itulah hakikat. Terkadang kita terlalu memandang pada adat sampai lupa agama.
Ayah Gadis : sudah lah. Kamu sediakan
Rp.40.000.000,- kemudian kita bicarakan lebih lanjut. Kalau tidak ada, kamu tak bisa kimpoi dengan anak ku!
Pemuda : Semakin lama lah hal itu. Mungkin di umur saya 30 atau lebih, saya baru bisa mengumpulkan uang tersebut dan bisa masuk meminang anak bapak.
Baiklah, .kalau memang bapak berharap tetap demikian, maka ’izinkan saya berzina dengan anak bapak’?
Ayah Gadis : hei! Kamu sudah berlebihan!, kamu jaga baik-baik omongan kamu itu.
Pemuda : dengar dulu penjelasan saya pak. Apa bapak tahu alas an orang berzina dan banyak orang memiliki anak di luar nikah? Sebab salah satunya hal seperti ini lah pak.
Selalu saja orang tua perempuan
menempatkan puluhan juta rupiah untuk mahar, harus menunggu si pria mempunyai pekerjaan dengan gaji begitu tinggi, sampai pihak pria terpaksa menunda keinginan untuk
menikah. Tetapi cinta dan nafsu kalau tidak diwadahi dengan baik, setan yang jadi pihak ketiga untuk menyesatkan manusia.
Terlebih di zaman seperti ini yang cobaan dan kondisinya tidak seperti zaman bapak dan ibu dulu. Akhirnya mereka mengambil jalan pintas
memuaskan nafsu serakah dengan berzina. Pertama memang hal yang ringan-ringan dulu pak, pegang-pegangan tangan, saling
memeluk, dan sebagainya. Tapi semakin lama akan menjadi hal berat. Yang berat-berat itu bapak sendiri pun bisa membayangkan.
Ayah Gadis : lantas apa kaitan kamu dengan hendak berzina pula !?
Pemuda : Begini logikanya. Sepertinya yang terjadi dengan anak-anak lainnya. Bapak tidak memberi izin kami menikah sekarang, biar ada berpuluh juta uang dulu baru bisa menikah.
kami hendak melepaskan nafsu bagaimana pak? setiap harinya kami mengenal lebih dekat dan semakin dewasa. Dia meminta saya menengoknya, semakin cinta
saling melepas rasa rindu. Susah pak, itu Nafsu yang diberikan kepada manusia. Sebab itu saya dengan rendah hati meminta izin pada
bapak untuk berzina dengan anak bapak. Terlepas apakah yang penting bapak tahu saya dan dia hendak berzina. Sebab rata-rata orang
yang berzina itu orang tua tidak tau pak, tidak. Kelihatannya pemuda -pemudi zaman sekarang biasa-biasa saja padahal sebenarnya sudah pernah bahkan sering berzina. Ironisnya banyak orang menganggap
hal itu tidak tabu lagi. Berzina bukan saja hal yang ehem-ehem saja.
Ada zina-zina ringan, zina mata, zina lidah, zina telinga dll. Tapi sebab hal ringan itu lah yang akan menjadi berat.
Ayah Gadis : hmm. Kamu ini begitu pelik dan memperumit saja. Beruntung kamu bukan orang lain. Kalau orang lain, sudah dari tadi saya angkat parang. Begini nak, Tapi kalau tidak ada uang, bagaimana kamu akan memberi dia makan??
Pemuda : hehe. Bapak. lupakah Bapak dengan apa yang telah Allah pesankan pada kita.
"Dan menikahlah orang-orang bujang (pria dan perempuan) dari kalangan kamu, dan orang-orang yang
sholeh dari hamba-hamba kamu, pria dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka.
sesungguhnya karunia Allah Maha luas (rahmat dan karunianya), lagi Maha
Mengetahui
." (An Nur 32).
Apakah kita tak yakin dengan apa yang Allah janjikan. Bapak dan Ibu juga pernah lah menjadi muda. Masalah datangnya harta, selagi kita
terus berusaha itu adalah Rahmat-Nya yang sudah ditakdirkan pada tiap-tiap hamba-Nya. Lagipula pak, kalau makan dan minum itu Insya Allah, saya sanggup untuk memberikannya. Tempat tinggal bisa kita bicarakan lagi.
Kalau hal ini bisa menghalangi kami dari melakukan dosa dan sia-sia. Apakah tidak lebih baik disegerakan. Bapak pun tak mau hal-hal tak tidak diinginkan terjadi.

Bapak si Gadis Diam tanpa kata, merenung kata - kata si pemuda, berusaha memikirkan cara untuk mematahkan kata-kata si Pemuda.
Dan ayah si gadis mendapat akal.

Ayah Gadis : kamu tahu lah zaman sekarang ni. Kalau mengikuti cara kamu itu. Mungkin kamu tidak suka dengan acara persandingan yang
mewah, Bapak bisa terima. Tapi kamu apa bisa menerima apa yang akan orang-orang katakan. Orang akan mengatakan anak aku ‘kecelakaan’ dan terpaksa menikah dengan
kamu. Mau ditaruh dimana muka ini.
Pemuda : bagus juga pikiran bapak itu. Kalau 'kecelakaan' mana mau saya menikahi anak bapak.
Karena akan selamanya menjadi haram, orang yang zina tidak akan pernah menjadi halal sekalipun dengan pernikahan. Kalau bapak memaksa ya sudah. Bisa ikut nikah masal kan bagus juga bisa berhemat tapi tetap ramai.
Ayah Gadis : serius lah nak!
Pemuda : begini pak, sekali lagi rasanya tidak perlu membayar puluhan juta dan mahar yang berlebihan sehingga memaksa diluar kemampuan. Tapi saya tak mengatakan tidak
ada walimatul urus. Sedang walimatul urus itu tetap perlu dan disesuaikan dengan kemampuan. itu cara islam.
Saya bukan hendak macam-macam dengan bapak. Syariat memang seperti itu. Maha baiknya Allah sebab masih menjaga kita selama ini, tapi hal sepele seperti ini pun kita masih memandang ringan dan kita tak percaya
dengan apa yang telah Allah janjikan.
Saya benar-benar minta maaf kalau ada kata-kata saya yang membuat bapak tidak senag terhadap saya. Tidak juga bermaksud tidak
takdzim dengan bapak dan ibu. Segalanya kita serahkan pada Allah, kita hanya bisa merencanakan saja.

Azan dzuhur berkumandang, jaraknya tidak sampai 10 rumah dengan rumah si gadis. Si pemuda memohon untuk ke surau dan mengajak bapak si untuk pergi bersama. Namun ajakan ditolak dengan lembut. Lantas sang pemuda memberi salam dan memohon
untuk keluar.
Di pinggir jendela tua si gadis melihat si
pemuda mengeluarkan kopiah dari sakunya dan segera di pakainya. Lalu masuk mobil dan hilang dari penglihatan si gadis tadi.
Sedang si gadis yang sedari tadi berdiri di balik tirai bersama ibunya meneteskan air mata
mendengar curahan kata-kata si pemuda terhadap ayahnya. Kerudung lebar pemberian si pemuda sebagai
hadiah padanya yang lalu digenggam erat. Ibu si gadis juga meneteskan air mata melihat pada perilaku anaknya.
Segera ibu dan si gadis ke ruang tamu
menghadap ayahnya.

Ibu Gadis : Apa yang anak itu katakan benar. Kita ini tak pernah memperhatikan syariat-syariat
ringan agama selama ni. Terlalu melihat dunia, adat dan apa kata orang. Padahal mereka tak pernah juga peduli pada kita.
Ayah Gadis : hmm.. entahlah, ayah tak tahu. Begitu keras yang anak itu katakan tadi. Dia berpesan tadi, kamu suruh bersiap, lalu setelah dzuhur dia jemput kamu.
Gadis : sudah tidak ada semangat untuk pergi ayah. Kemudian si gadis menggapai telepon
genggamnya dan mengetik pesan.
Si Pemuda yang selesai mengambil wudhu tersenyum saat membaca pesan yang baru saja diterima dari si gadis,
Andai Allah telah memilih dirimu untukku, aku ridho dan akan terus bersama mu, apapun yang ada pada dirimu dan yang kamu miliki,
aku juga akan terus pada agama yang ada padamu.
Siang ini ga ada mood untuk keluar, maaf. Minggu depan ayah menyuruh kirim rombongan (lamaran) untuk ke rumah.


Wassalam

Source: Kaskus


Share:

Langganan Artikel Gratis
Masukan alamat email:

Delivered by FeedBurner

Merasa terbantu oleh blog ini?

Sobat bisa memberikan donasi via PayPal, klik tombol di bawah ini. Terima kasih.

Popular Posts