28 Des 2010

Senyum Rasulullah

Siapa orang muslim yang gak kepengen lihat senyum Rasulullah angkat tangaan??? Ane jamin gak ada deh, hehe.Ketika sobat membuka lembaran sirah kehidupan Muhammad saw. ASobat tidak akan pernah berhenti kagum melihat kemuliaan dan kebesaran pribadi Rasulullah saw. Sisi kebesaran itu terlihat dari sikap seimbang dan selaras dalam setiap perilakunya, sikap beliau dalam menggunakan segala sarana untuk meluluhkan kalbu setiap orang dalam setiap kesempatan.

Jangan sobat tanyakan efektifitasnya dalam mempengaruhi akal pikiran, menghilangkan kesedihan, membersihkan jiwa, menghancurkan tembok pengalang di antara anak manusia!. Itulah ketulusan yang mengalir dari dua bibir yang bersih, itulah senyuman!

Itulah senyuman yang direkam Al Qur’an tentang kisah Nabi Sulaiman as, ketika Ia berkata kepada seekor semut,
“Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. An Naml:19
Senyuman itulah yang senantiasa keluar dari bibir mulia Muhammad saw., dalam setiap perilakunya. Beliau tersenyum ketika bertemu dengan sahabatnya. Saat beliau menahan amarah atau ketika beliau berada di majelis peradilan sekalipun.

Diriwayatkan dari Jabir dalam sahih Bukhari dan Muslim, berkata, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah saw tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.”
Suatu ketika Muhammad saw. didatangi seorang Arab Badui, dengan serta merta ia berlaku kasar dengan menarik selendang Muhammad saw., sehingga leher beliau membekas merah. Orang Badui itu bersuara keras, “Wahai Muhammad, perintahkan sahabatmu memberikan harta dari Baitul Maal! Muhammad saw. menoleh kepadanya seraya tersenyum. Kemudian beliau menyuruh sahabatnya memberi harta dari baitul maal kepadanya.”
Ketika beliau memberi hukuman keras terhadap orang-orang yang terlambat dan tidak ikut serta dalam perang Tabuk, beliau masih tersenyum mendengarkan alasan mereka.

Ka’ab ra. berkata setelah mengungkapkan alasan orang-orang munafik dan sumpah palsu mereka:
“Saya mendatangi Muhammad saw., ketika saya mengucapkan salam kepadanya, beliau tersenyum, senyuman orang yang marah. Kemudian beliau berkata, “Kemari. Maka saya mendekati beliau dan duduk di depan beliau.”
Suatu ketika Muhammad saw. melintasi masjid yang di dalamnya ada beberapa sahabat yang sedang membicarakan masalah-masalah jahiliyah terdahulu, beliau lewat dan tersenyum kepada mereka.
Beliau tersenyum dari bibir yang lembut, mulia nan suci, sampai akhir detik-detik hayat beliau.


- يقول أنس -كما في الصحيحين-: بينما الْمُسْلِمُونَ في صَلاَةِ الْفَجْرِ مِنْ يَوْمِ الإِثْنَيْنِ وَأَبُو بَكْرٍ يُصَلِّي بَهُمْ لَمْ يَفْجَأْهُمْ إِلاَّ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ كَشَفَ سِتْرَ حُجْرَةِ عَائِشَةَ، فَنَظَرَ إِلَيْهِمْ وَهُمْ فِي صُفُوفِ الصَّلاَةِ. ثُمَّ تَبَسَّمَ يَضْحَكُ!


Anas bin Malik berkata diriwayatkan dalam sahih Bukhari dan Muslim, “Ketika kaum muslimin berada dalam shalat fajar, di hari Senin, sedangkan Abu Bakar menjadi imam mereka, ketika itu mereka dikejutkan oleh Muhammad saw. yang membuka hijab kamar Aisyah. Beliau melihat kaum muslimin sedang dalam shaf shalat, kemudian beliau tersenyum kepada mereka!”

Sehingga tidak mengherankan beliau mampu meluluhkan kalbu sahabat-shabatnya, istri-istrinya dan setiap orang yang berjumpa dengannya!

فهذا جرير -رضي الله عنه- يقول -كما في الصحيحين-: ما حَجَبني رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- منذُ أسملتُ، ولارآني إلا تَبَسَّم في وجهي. يقول كعب -رضي الله عنه- بعد أن ذكر اعتذار المنافقين وحلفهم الكاذب: فَجِئْتُهُ فَلَمَّا سَلَّمْتُ عَلَيْهِ تَبَسَّمَ تَبَسُّمَ الْمُغْضَبِ، ثُمَّ قَالَ «تَعَالَ» . فَجِئْتُ أَمْشِي حَتَّى جَلَسْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ.

Muhammad saw telah meluluhkan hati siapa saja dengan senyuman. Beliau mampu “menyihir” hati dengan senyuman. Beliau menumbuhkan harapan dengan senyuman. Beliau mampu menghilangkan sikap keras hati dengan senyuman. Dan beliau saw. mensunnahkan dan memerintahkan umatnya agar menghiasi diri dengan akhlak mulia ini. Bahkan beliau menjadikan senyuman sebagai lahan berlomba dalam kebaikan. Rasulullah saw. bersabda,

“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” At Tirmidzi dalam sahihnya.
Meskipun sudah sangat jelas dan gamblang petunjuk Nabi dan praktek beliau langsung ini, namun Asobat masih banyak melihat sebagaian manusia masih berlaku keras terhadap anggota keluarganya, tehadap rumah tangganya dengan tidak menebar senyuman dari bibirnya dan dari ketulusan hatinya.
sobat merasakan bahwa sebagian manusia -karena bersikap cemberut dan muka masam- mengira bahwa giginya bagian dari aurat yang harus ditutupi! Di mana mereka di depan petunjuk Nabi yang agung ini! Sungguh jauh mereka dari contoh Nabi muhammad saw.!

Sebagian manusia ketika berbicara tentang senyuman, mengaitkan dengan pengaruh psikologis terhadap orang yang tersenyum. Mengkaitkannya boleh-boleh saja, yang oleh kebanyakan orang boleh jadi sepakat akan hal itu. Namun, seorang muslim memandang hal ini dengan kaca mata lain, yaitu kaca mata ibadah, bahwa tersenyum adalah bagian dari mencontoh Nabi saw. yang disunnahkan dan bernilai ibadah.
Para pakar dari kalangan muslim maupun non muslim melihat seuntai senyuman sangat besar pengaruhnya.

Dale Carnegie dalam bukunya yang terkenal, “Bagaimana Anda Mendapatkan Teman dan Mempengaruhi Manusia” menceritakan:
“Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami, senyum tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja sama dengan pihak lain. Senyum lebih berharga dibanding sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria. Dan lebih menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di wajah seorang wanita. Senyum bukti cinta tulus dan persahabatan yang murni.”
Ia melanjutkan, “Saya minta setiap mahasiswa saya untuk tersenyum kepada orang tertentu sekali setiap pekannya. Salah seorang mahasiswa datang bertemu dengan pedagang, ia berkata kepadanya, “Saya pilih tersenyum kepada istriku, ia tidak tau sama sekali perihal ini. Hasilnya adalah saya menemukan kebahagiaan baru yang sebelumnya tidak saya rasakan sepanjang akhir tahun-tahun ini. Yang demikian menjadikan saya senang tersenyum setiap kali bertemu dengan orang. Setiap orang membalas penghormatan kepada saya dan bersegera melaksanakan khidmat -pelayanan- kepada saya. Karena itu saya merasakan hidup lebih ceria dan lebih mudah.”
Kegembiraan meluap ketika Carnegie menambahkan, “Ingatlah, bahwa senyum tidak membutuhkan biaya sedikitpun, bahkan membawa dampak yang luar biasa. Tidak akan menjadi miskin orang yang memberinya, justeru akan menambah kaya bagi orang yang mendapatkannya. Senyum juga tidak memerlukan waktu yang bertele-tele, namun membekas kekal dalam ingatan sampai akhir hayat. Tidak ada seorang fakir yang tidak memilikinya, dan tidak ada seorang kaya pun yang tidak membutuhkannya.”

Betapa kita sangat membutuhkan sosialisasi dan penyadaran petunjuk Nabi yang mulia ini kepada umat. Dengan niat taqarrub ilallah -pendekatan diri kepada Allah swt.- lewat senyuman, dimulai dari diri kita, rumah kita, bersama istri-istri kita, anak-anak kita, teman sekantor kita. Dan kita tidak pernah merasa rugi sedikit pun! Bahkan kita akan rugi, rugi dunia dan agama, ketika kita menahan senyuman, menahan sedekah ini, dengan selalu bermuka masam dan cemberut dalam kehidupan.
Pengalaman membuktikan bahwa dampak positif dan efektif dari senyuman, yaitu senyuman menjadi pendahuluan ketika hendak meluruskan orang yang keliru, dan menjadi muqaddimah ketika mengingkari yang munkar.

Orang yang selalu cemberut tidak menyengsarakan kecuali dirinya sendiri. Bermuka masam berarti mengharamkan menikmati dunia ini. Dan bagi siapa saja yang mau menebar senyum, selamanya ia akan senang dan gembira.
Share:

26 Des 2010

Menjawab Tuduhan Film Ayat Fitna QS. AN-NISÂ’ [4]: 56

QS. AN-NISÂ’ [4]: 56 berbunyi, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan siksa. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Ayat di atas diperdengarkan oleh film Fitna hingga firman-Nya: li yadzûq al-‘adzâb/supaya mereka merasakan siksa sambil menayangkan juga terjemahannya yang menyatakan:“ Those who have disbelieved our signs, we shall roost them in fire. Whenever their skins are cooked to a turn, we shall substitute new skin for them. That they may feed the punishment. Verify Allah in a sublime and wise.”

Itu semua disertai dengan penayangan seorang “Muslim” yang berpidato berapi-api sambil menghunus pedang, untuk mengajak berjihad disertai dengan teriakan Allâh Akbar . Selanjutnya ditayangkan suatu wawancara dengan seorang bocah perempuan “Muslimah” yang ditanyai tentang orang-orang Yahudi dan dijawab olehnya bahwa mereka itu adalah monyet-monyet dan babi-babi. Setelah ditanyai siapa yang menyatakan demikan, sang bocah menjawab: “Allah.”

Tidak jelas mengapa QS. an-Nisâ’ [4]: 56,yang mereka pilih untuk memfitnah. Boleh jadi hal tersebut mereka maksudkan untuk membuktikan bahwa Allah yang disembah kaum Muslim memerintahkan untuk menyayat kulit orang-orang kafir dan membakar mereka hidup-hidup, lalu membiarkannya hingga sembuh dan mengulangi lagi pembakarannya! Atau bisa juga tujuan mereka adalah menggambarkan betapa “kejam” Tuhan yang d i s e m b a h o l e h k a u m M u s l i m d a l a m penyiksaan-Nya. Benarkah demikian???? Jelas tidak! Bukan saja karena ayat di atas tidak berbicara tentang siksa duniawi, tetapi berbicara tentang sesuatu yang dapat terjadi kelak di dalam neraka yakni di akhirat. Bukan hanya karena itu, tetapi juga karena dengan jelas ada larangan Nabi Muhammad saw. untuk menyiksa siapa pun dengan api, sesuai sabdanya:

“ Tidak ada yang boleh menyiksa dengan api kecuali Tuhannya api (yakni Allah)” (HR. Abu Daud melalui Hamah al-Aslami)

Sekali lagi, ayat di atas berbicara tentang siksaan yang diancamkan terhadap orang-orang kafir kelak di Hari Kemudian. Itu pun oleh sementara ulama tidak dipahami dalam arti hakiki. Firman-Nya: “Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain,” mereka pahami dalam arti setiap orang kafir yang disiksa itu menduga bahwa siksa atas mereka telah berakhir atau akan berakhir dengan hancurnya kulit dan jasmani mereka, Allah menganugerahkan lagi kepada mereka hidup baru yang menjadikan siksa atas mereka berlanjut sampai waktu yang dikehendaki-Nya. Sebagian ulama lain memahami ayat di atas dalam arti hakiki sambil menyatakan bahwa ayat di atas merupakan ancaman. Pemahaman mereka dikuatkan oleh temuan ilmuwan yang membuktikan bahwa saraf yang tersebar pada lapisan kulit merupakan yang paling sensitive terhadap pengaruh panas dan dingin. Atau dengan kata lain, kulit adalah alat perasa yang paling peka. Jika demikian, apakah ayat di atas mengantar siapa pun untuk berkata, apalagi membuktikan, bahwa Allah swt., Tuhan yang disembah oleh kaum Muslim, adalah Tuhan yang kejam? Jelas juga tidak boleh demikian! Karena ayat ini dan yang semacam ini merupakan ancaman yang belum tentu terjadi sebagaimana yang dilukiskan itu, karena Allah, Tuhan Yang dipercayai oleh kaum Muslim adalah Tuhan Yang Maha Pengasih, yang Rahmat-Nya menyentuh segala sesuatu sebagaimana berkali-kali dinyatakan oleh al-Qur’an dan Sunnah.

Ancaman adalah salah satu bentuk pendidikan yang digunakan guna mencegah mereka yang bermaksud buruk melangkah menuju keburukan. Agama-agama menggunakan hal tersebut. Di sisi lain, perlu diketahui bahwa yang mengancam dengan siksaan berupa api, bukan hanya Islam. Nabi Isa as pun yang dikenal luas merupakan sosok yang penuh kasih sayang menggunakannya sebagai ancaman. Bacalah misalnya Injil Matta 13:49, yang menyatakan:

“ Demikian juga pada akhir zaman, Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api, di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”

Apa yang digambarkan oleh agama-agama—baik melalui kitab suci, lebih-lebih m e l a l u i u r a i a n p e m u k a - p e m u k a n y a —kesemuanya menggambarkan siksa dengan gambaran yang sangat menakutkan. Bacalah uraian Will Durant, sejarahwan Amerika (w.1981 M) dalam bukunya The Story of Civilizations , di mana dia banyak mengangkat kepercayaan orang-orang Yahudi dan Nasrani tentang siksa neraka, dan bagaimana ancaman neraka dapat menggugah orang untuk melaksanakan kebaikan. Baca juga The Divine Comedy karya Dante, Penyair Italia (1265-1321M), niscaya bulu roma siapa pun akan berdiri saat membaca aneka siksa neraka yang dilukiskannya. A g a m a m e n g g a r i s b a w a h i b a h w a kehidupan ini adalah tempat menanam benih, sedang akhirat adalah tempat menuainya. Jangan berkata bahwa yang dilakukan oleh yang berdosa hanya sedikit atau sesaat, sehingga mengapa harus demikian besar dan lama siksa yang dialaminya? Jangan berkata demikian, karena itu serupa dengan pertanyaan: “Mengapa sekadar melempar sebiji benih di tanah, hasilnya adalah pohon yang rimbun dengan ribuan buah?” Demikian juga halnya balasan amal buruk dan siksa di neraka. Tetapi, mengapa harus memfokuskan pandangan ke siksa, bukankah agama juga menggambarkan surga dengan kenikmatannya yang luar biasa?

Agama enggan menjadikan manusia larut dalam harapan, tetapi dalam saat yang sama, agama juga tidak menginginkan manusia berputus asa, karena itu digabungnya kedua hal tersebut antara lain melalui harapan surgawi dan ancaman neraka. Sungguh Allah Maha Bijaksana. Siapa yang membaca ayat-ayat siksa dalam al-Qur’an dan membaca juga ayat-ayat kenikmatan surgawi, dia akan menemukan bahwa rahmat Allah mengalahkan amarah-Nya, surga-Nya jauh lebih luas daripada neraka-Nya, dan bahwa aneka kebajikan yang melimpah dari-Nya, mampu untuk memenuhi alam raya sehingga pada akhirnya—tidak mustahil suatu ketika—neraka tidak lagi memiliki tempat, atau bahwa ia adalah tempat penyiksaan tetapi ia (dikatakan) siksa jika dibandingkan dengan surga yang sedemikian indah dan menyenangkan.

Seorang yang membandingkan perjalanan melelahkan dengan bus tanpa AC dengan perjalanan dengan pesawat udara di First Class pula akan berkata bahwa berpergian dengan bus adalah siksaan. Namun, bila perjalanan dengan bus itu dibandingkan dengan berjalan kaki di tengah teriknya panas, maka perjalanan dengan bus akan terasa sangat indah dan menyenagkan. Atau Anda dapat berkata bahwa r a h m a t A l l a h y a n g d e m i k i a n b e s a r membatalkan siksa yang beraneka ragam itu sebagaimana polisi menjinakkan bom yang dipasang untuk meledak. Al-Qur’an melukiskan bahwa melakukan satu keburukan balasannya hanya satu, sedang melakukan satu kebaikan menghasilkan sepuluh ganjaran (baca QS. al-An‘âm [6]: 160). Seandainya masing-masing dari kebaikan dan keburukan itu memperoleh satu balasan/ganjaran, maka itu merupakan keadilan, tapi curahan rahmat-Nya sangat melimpah sehingga seseorang yang melakukan sepuluh keburukan dan hanya satu kebaikan, maka ia tetap memiliki harapan untuk selamat, bahkan menghuni surga. “Sungguh celaka siapa yang memiliki satu, tapi mengalahkan yang sepuluh”, demikian ungkap sementara sahabat Nabi saw.

Begitu gambaran atau katakanlah harapan yang dilahirkan oleh keyakinan bahwa Allah Maha Pengasih, rahmat kasih sayang-Nya mengalahkan amarah-Nya. Sebaliknya surgapun demikian, kenikmatan yang digambarkan al-Qur’an tidaklah sepenuhnya sama dengan apa yang akan dialami di sana. Di sana terdapat banyak hal yang belum pernah terlihat oleh mata, atau terdengar oleh telinga, serta terlintas dalam benak. Tetapi untuk menggambarkannya, bahasa manusia bahkan benaknya, tidak m a m p u m e l u k i s k a n d a n m e n c e r n a n y a , sehingga yang digambarkan hanyalah kenikmatan tertinggi yang mampu dilukiskan oleh kata-kata dan yang tejangkau oleh benak manusia.

Satu lagi yang perlu dikomentari dari bagian film ini, yaitu tayangan bocah yang ditanya tentang orang Yahudi. Terlepas apakah yang ditanya benar-benar seorang anak Muslimah atau bukan, tetapi biarlah kita berandai bahwa memang demikian itu halnya. Namun, perlu dketahui bahwa selama ini penduduk Palestina merasa sangat tertindas oleh Negara Yahudi, Israel. Wilayah mereka direbut, pemuda-pemuda mereka ditahan dan dibunuh, mereka hidup di tenda-tenda pengungsian sejak puluhan tahun yang lalu. Ini menjadikan para orangtua mereka mengajarkan kebencian terhadap orang-orang Y a h u d i , d a n t i d a k m u s t a h i l m e r e k a menggunakan ayat-ayat al-Qur’an yang mengecam sebagian orang Yahudi sebagai pembenaran atas kebencian itu. Dalam konteks penamaan mereka sebagai kera dan babi, harus diakui bahwa memang ada ayat al-Qur’an yang menyatakannya dalam ” QS. al-Baqarah [2]: 65 dan QS. al-Mâ’idah[5]: 60. Beberapa hal perlu dicatat, dalam memahami dua ayat tersebut:

Pertama: Firman-Nya “dijadikan kera-kera dan babi-babi,” tidak harus dipahami dalam arti mengubah fisik mereka sehingga berbentuk kera dan babi, tapi dapat juga dipahami dalam arti kiasan. Yakni sifat-sifat mereka adalah sifat kera dan babi. Kera adalah satu-satunya binatang yang selalu terlihat auratnya, karena auratnya memiliki warna yang menonjol berbeda dengan seluruh warna kulitnya. Di sisi lain, kera harus dicambuk untuk mengikuti perintah. Demikianlah sementara orang-orang Yahudi yang dikecam oleh al-Qur’an. Mereka tidak tunduk dan taat kecuali setelah dijatuhi sanksi atau diperingatkan dengan ancaman. Selanjutnya, babi adalah binatang yang tidak memiliki sedikit pun rasa cemburu, sehingga walau betinanya ditunggangi oleh babi yang lain ia tak acuh. Hal ini juga merupakan sifat sebagian orang Yahudi. Rasa cemburu hampir tidak menyentuh mereka.

Kedua: Sifat tersebut tidak menyentuh semua orang Yahudi, tetapi hanya yang sebagian dari mereka, seperti bunyi ayat QS.al-Mâ’idah, yakni yang durhaka menyangkut ketentuan tentang hari Sabtu1, seperti bunyi ayat QS. al-Baqarah di atas. Memang al-Qur’an menyatakan mereka tidak sama, yakni ada yang baik dan ada juga yang buruk (baca antara lain: QS. Âli ‘Imrân [3]: 75 dan 103).

1 Sabtu adalah hari yang ditetapkan Allah bagi orang-orang Yahudi – sesuai usul mereka – sebagai hari ibadah yang bebas dari aktivitas duniawi. Mereka dilarang mengail ikan pada hari itu. Tetapi, sebagian mereka melanggar dengan cara yang licik. Mereka tidak mengail, tetapi membendung ikan dengan menggali kolam sehingga air bersama ikan masuk ke kolam itu. Peristiwa ini – menurut sementara mufasir – terjadi di salah satu desa kota Aylah yang kini dikenal dengan Teluk Aqabah. Kemudian setelah hari Sabtu berlalu, mereka mengailnya. Allah murka terhadap mereka, maka Allah berfirman kepada mereka, “Jadilah kamu kera yang hina terkutuk”.

Ketiga: Sebenarnya apa yang dijelaskan oleh al-Qur’an tentang pengubahan fisik atau sifat itu, diketahui sepenuhnya oleh pemuka-p e m u k a a g a m a o r a n g - o r a n g Y a h u d i , sebagaimana diisyaratkan oleh penggalan awal firman-Nya: “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar” (QS. al-Baqarah [2]: 65). Sekali lagi, jika bukan karena aneka penderitaan besar yang dialami oleh penduduk Palestina akibat perbuatan orang-orang Yahudi di Israel, maka dapat diduga keras bahwa ucapan bocah perempuan itu tidak akan terdengar. Demikian, wa Allâh a‘lam.


Oleh Dr. Quraisy Sihab
Share:

24 Des 2010

Sekilas Tentang Film Fitna

Setelah sebelumnya posting tentang jawaban terhadap film fitna (ayat pertama), berikut adalah penjelasan tantang film fitna dari wikipedia. Fitna (bahasa Arab: فتنة) adalah sebuah film 2008 politik jangka oleh anggota parlemen Belanda Geert Wilders dengan pandangan tentang agama Islam. Sekitar 17 menit panjang, film yang dipilih menunjukkan kutipan dari Sura Al Qur'an, diselingi dengan klip media dan potongan surat kabar yang menunjukkan atau menggambarkan tindak kekerasan dan / atau kebencian oleh umat Islam. Film ini mencoba untuk menunjukkan bahwa Qur'an memotivasi pengikutnya untuk membenci semua orang yang melanggar ajaran Islam.

Akibatnya, film ini berpendapat bahwa Islam mendorong-antara lain hal-tindakan terorisme, antisemitism, kekerasan terhadap perempuan, kekerasan dan penaklukan dari "kafir" dan terhadap kaum homoseksual dan universalisme Islam. Sebagian besar dari film rincian pengaruh Islam di Belanda. Film ini dipublikasikan di internet pada tahun 2008 [1] [2] Tak lama sebelum rilis, pengumuman diskors dari website oleh penyedia Amerika karena kontroversi dirasakan.. [3] [4] Ini diaduk perdebatan masih terus di Belanda maupun di luar negeri, [5] dan penuntutan kriminal.

Judul Arab-kata "fitnah" berarti "perselisihan dan perpecahan antara orang-orang" atau "ujian iman di saat-saat pencobaan" [6] Wilders, seorang kritikus terkemuka Islam, dijelaskan. film sebagai "panggilan untuk menyingkirkan merayap tirani Islamisasi ". [7]

Pada tanggal 27 Maret 2008, Fitna dirilis ke Internet di situs video sharing Liveleak dalam bahasa Belanda dan versi bahasa Inggris. Keesokan harinya, Liveleak dihapus film dari server mereka, mengutip ancaman serius terhadap staf mereka. Pada tanggal 30 Maret, Fitna dipulihkan pada Liveleak setelah upgrade keamanan, hanya untuk dihapus lagi tak lama kemudian oleh Wilders sendiri karena pelanggaran hak cipta. Edisi kedua dirilis kemudian.
Share:

Menjawab Tuduhan Film Ayat Fitna QS. AL-ANFÂL [8]: 60

Ayat pertama yang diputar balikkan oleh film Fitna adalah QS. AL-ANFÂL [8]: 60. Yang berbunyi : "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, dan musuh kamu, serta orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)."

Ayat ini dijadikan bukti bahwa ajaran Islam memerintahkan kaum Muslim melakukan teror. Ayat tersebut dibacakan dalam film itu sampai dengan w a ‘ a d û w w a k u m / d a n m u s u h k a m u , dengan terjemahannya yang menyatakan: “ Prepare for them whatever force and cavalry ye are able of gathering to strike terror into the hearts of the enemies of Allah and your enemies.” Itu disusul dengan penayangan rekaman serangan pesawat yang menghancurkan menara kembar World Trade Center New York, 11 September 2001, serta rekaman korban pengeboman di Madrid dan London, guna dijadikan bukti bahwa al-Qur’an memang memerintahkan untuk melakukan teror. Pertama yang perlu digarisbawahi adalah penerjemahan kata “ turhibûn ” dengan “ teror ”.

Pada hakikatnya kata “ turhibûn ” terambil dari kata rahiba yang berarti takut/gentar .Ini bukan berarti melakukan teror. Memang dalam perkembangan bahasa Arab dewasa ini teror dan teroris ditunjuk juga dengan kata yang seakar dengan kata tersebut, yakni “irhâb/terorisme atau teroris”. Tetapi perlu dicatat bahwa pengertian semantiknya serta penggunaan al-Qur’an bukan seperti yang dimaksud oleh kata itu dewasa ini. Perlu juga digarisbawahi bahwa yang digentarkan bukan masyarakat umum, bukan juga orang-orang yang tidak bersalah, bahkan bukan semua yang bersalah, tetapi yang digentarkan adalah musuh agama Allah dan musuh masyarakat. Ayat di atas tidak dapat dipahami secara benar jika dipisahkan dari uraian ayat-ayat sebelumnya yang dimulai dari ayat 55 hingga ayat 59. Di sana Allah berfirman:

“Sesungguhnya seburuk-buruk binatang di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman” [55], (yaitu) “Orang-orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, kemudian mereka mengkhianati perjanjian mereka setiap kali, dan mereka tidak bertakwa” [56]. “Maka setiap kali engkau menemui mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah siapa yang di belakang mereka, supaya mereka mengambil pelajaran” [57]. “Dan jika engkau benar-benar khawatir pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah (sampaikan pembatalan perjanjian itu) kepada mereka dengan seimbang. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat ” [58]. “ Dan janganlah orang-orang yang kafir mengira, dapat lolos. Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan (Allah) ” [59]

Setelah ayat-ayat di atas, barulah datang ayat 60 yang diputarbalikkan itu. Seperti terbaca di atas, ayat 55 berbicara tentang seburuk-buruk binatang, yakni manusia-manusia kafir yang tidak beriman yang dijelaskan oleh ayat 56 bahwa yang dimaksud adalah mereka yang setiap kali mengikat perjanjian, setiap kali itu juga mereka mengingkarinya. Mereka itulah yang oleh ayat 57 dinyatakan bahwa bila mereka ditemui d a l a m p e p e r a n g a n—sekali lagi dalam peperangan—agar diceraiberaikan bersama siapa yang di belakang mereka supaya mereka mengambil pelajaran. Anda perhatikan mereka tidak dibunuh, tetapi diceraiberaikan dan tujuannya adalah agar mereka mengambil pelajaran. Selanjutnya ayat 58 mengingatkan agar tidak menyerang pihak yang berkhianat dalam perjannjiannya kecuali setelah membatalkan perjanjian itu dan menyampaikan pembatalannya kepada mereka dengan penyampaian yang tegas.

Menyerang tanpa menyampaikan pembatalan perjanjian adalah salah satu bentuk pengkhianatan yang terlarang, walau terhadap musuh sekalipun. Ayat 59 masih berbicara tentang mereka dan yang serupa dengan mereka. Di sana mereka diperingatkan agar tidak mengira bahwa mereka dapat lolos dari kepungan dan siksa Allah swt. Nah, setelah uraian di atas, datanglah ayat 60 yang diputarbalikkan maknanya itu oleh film Fitna itu. Dari segi hubungan ayat 60 dengan ayat sebelumnya dapat dikatakan bahwa ia bertujuan menampik kesan yang dapat muncul akibat pernyataan ayat 59 yang menegaskan bahwa musuh-musuh Allah itu tidak akan dapat lolos dari siksa.

Nah, karena ketika itu boleh jadi timbul kesan bahwa kaum Muslim boleh berpangku tangan menghadapi musuh, maka ayat 60 menghapus kesan tersebut melalui penegasan-Nya yang menyatakan bahwa: Dan di samping memorak-morandakan yang telah berkhianat serta membatalkan perjanjian yang dijalin dengan siapa yang dikhawatirkan akan berkhianat, kamu juga—wahai kaum Muslim—harus memerhatikan hukum sebab dan akibat, karena itu siapkanlah untuk menghadapi mereka yakni musuh-m u s u h k a m u a p a y a n g k a m u m a m p u menyiapkannya dari kekuatan apa saja dan dari kuda-kuda yang ditambat (pasukan kavaleri) untuk persiapan menghadapipeperangan.

Lebih jauh ayat 60 tersebut menjawab lagi pertanyaan yang dapat muncul, seperti “ Me n g a p a k a m i h a r u s m e m p e r s i a p k a n kekuatan padahal Engkau Ya Allah yang menganugerahkan kemenangan?” Pertanyaan itu dijawab bahwa tujuan persiapan adalah agar kamu menggentarkan musuh Allah, musuh k a m u d a n menggentarkan pula dengan persiapan itu, atau dengan gentarnya musuh-musuh Allah dan musuh kamu itu orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahui siapa mereka baik karena mereka munafik maupun suku dan bangsa yang bermaksud menindas kamu. Allah mengetahui mereka kapan dan di mana pun mereka berada.

Selanjutnya, karena persiapan untuk membela kebenaran dan nilai Ilahi memerlukan biaya, maka ayat ini memerintahkan untuk menafkahkan harta sambil mengingatkan bahwa apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah walau sekecil apa pun niscaya akan dibalas dengan cukup kepada kamu dan kamu tidak akan dianiaya yakni dirugikan walau sedikit pun, bahkan Allah akan menambah sesuai kemurahan Allah dan niat serta upaya masing-masing. Itulah pesan ayat 60, tetapi oleh “Fitna” ayat tersebut diartikan sebagai perintah melakukan teror. Firman-Nya: “ untuk menggentarkan musuh-musuh” menunjukkan bahwa kekuatan yang dipersiapkan itu bukan untuk menindas atau menjajah, tetapi untuk menghalangi pihak lain yang bermaksud melakukan agresi. Tujuan dari persiapan kekuatan sama dengan apa yang dinamai oleh pakar-pakar militer dewasa ini dengan deterrent effect . Ini karena yang bermaksud jahat, bila menyadari kekuatan yang akan dihadapinya, ia akan berpikir seribu kali sebelum melangkah. Perlu ditambahkan bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa al-Qur’an menggunakan kata “ Qûwwah/kekuatan ” dalam berbagai bentuknya adalah dalam arti kekuatan untuk menghadapi pembangkang, tetapi bukan untuk menganiaya, tidak juga untuk memusnahkan, bahkan tidak menggunakannya tetapi sekadar “memamerkan” untuk menggentarkan musuh. Karena itu, penggunaan kekuatan sedapat mungkin dihindari, dan kalau pun digunakan, ia digunakan untuk menghadapi musuh Allah, musuh masyarakat. Musuh adalah yang berusaha untuk menimpakan mudharrat kepada yang dia musuhi. Adapun yang tidak berusaha untuk itu, maka ia tidak perlu digentarkan. Selanjutnya perlu dicatat bahwa penggunaan senjata untuk membela diri, wilayah, agama, dan negara sama sekali tidak dapat dipersamakan dengan teror. Demikian,wa Allâh a‘lam.



Oleh Dr. Quraisy Shihab
Share:

10 Des 2010

Sapaan Untuk Para Anti Rasulullah SAW

Saya pertama-tama menyapa dahulu kepada para anti-kedamaian dan para anti-Rasulullah, “Haaaaiiii, apa kabar? Kelihatannya kamu semua capek ya?”. Yup, betul, kelihatannya para anti-Rasulullah sudah sangat capek untuk menghina baginda Rasulullah. Tapi mau bagaimana lagi, mereka keras kepala tetap saja berusaha membuat citra Rasulullah buruk.

Sudah bukan rahasia lagi para anti-Rasulullah ini beraksi dengan cara memberi penjelasan-penjelasan yang palsu dan tidak beraturan. Tujuannya hanya satu, membuat citra Rasulullah menjadi buruk seperti Teroris, tukang kawin, tukang rampok,dan lain-lain. Mereka saling berebut mengeluarkan pendapat palsu dari yang murahan sampai yang berbau sains. Tapi apa yang dapat?

Ya, apa yang mereka dapat? Kemenangan? Bukaannn, atau Berhasil kah mereka? Tidak juga. Nama Muhammad tetap menjadi nama terfavorit di dunia. Kharisma beliau tidak akan luntur hanya karena perbuatan mereka. Muhammad masih saja dikagumi karena kecerdasan beliau.Seorang yang ummi tapi bisa merubah Dunia. Hoho, suatu pencapaian yang tidak pernah ada tokoh yang menyamainya (mungkin ini kali ya, yang membuat mereka iri). Boleh saja mereka menganggap diri mereka berhasil atau menang, tapi kenyataan dilapangan sangat berbeda bosss. Mereka mengaku menang hanya melalui dunia yang tidak kelihatan, apalagi kalau tidak Dunia Maya, Internet.

Satu hal, tuduhan mereka sudah berani menyerang lewat hadits-hadits. Awalnya saya terkejut, tapi saya cari tahu kebenarannya. Hahah, sayang kepintaran mereka hanya sebatas anak TK yang koar-koar minta makan terus menerus. Mereka hanya bisa memelintirkan maksud hadits, mereka berusaha menjauhkan makna hadits dari makna sebenarnya. Apakah hanya segitu kemampuan?

Bahkan tidak tanggung-tanggung lho, karena saking bencinya mereka membuat hadits-hadits palsu. Setelah ditanya tentang perihal dan seluk beluk masalah hadits tersebut mulai dari perawi sampai masalah isnad, tapi apa jawaban mereka? Mereka hanya bisa menjawab “Heeiiii, ini sudah ada haditsnya dengan jelas, terima sajalah”. Hahahaha, mereka pikir masalah hadits adalah segampang membalikkan tangan? Bagi kami yang muslim saja, masalah hadits sangat kami teliti, bahkan terhadap hadits yang dirawikan oleh sahabat-sahabat Rasul pun masih kami teliti kebenarannya bos. Seenaknya saja kalian menyuruh menelan mentah-mentah hadits-hadits palsu dan pelintiran yang kalian anggap JELAS. Jelas darimananya? Jelas dari bohongnya.

Sungguh perbuatan yang merusak kehidupan antar beragama. Jangan ditiru yea......!!!!!
Share:

Perjalanan Alternatif Menuju Takisung

Salaaam,,,banyak sudah blog-blog yang mengulas tentang keindahan suatu tempat. Tapi jarang sekali mengulas tentang keindahan dalam perjalanan menuju tempat indah tersebut, kalau saya tidak salah yeaaa,,^_^.. Berbeda dengan blog ini, di dalam blog ini, sobat akan melihat artikel-artikel tentang agama rahmatan lil alamin, tapi juga sobat bisa menemukan artikel-artikel tentang pengetahuan, pariwisata, kehidupan, tekhnologi, de el el deh. Berharap bisa membuat blog ini komplit sesuai dengan motto-nya “Menilai Agama dengan Pikiran, Pengetahuan, dan Kehidupan”. Lhooo, koq ngawur, he,, langsung aja, kali ini saya akan share tentang keindahan dalam perjalanan menuju pantai Takisung.

Pantai Takisung, pantai yang terkenal di Kalsel ini, jaraknya dari kota Pelaihari hanya sekitar 22 Km. Menyajikkan keindahan pantai, keunikan, dan keragaman suasana pantai. Disini kamu bisa menyaksikan matahari terbenam juga lampu mercusuar saat sore hari. Tapi dalam artikel ini saya tidak akan mengulas tentang pantai ini (takut kesaing kale, maklum amatir, he). Melainkan akan mengulas keindahan dalam perjalanan menuju pantai ini.

Menuju pantai Takisung bisa melewati dua jalur, yaitu jalur melewati kota Pelaihari dan jalur yang melewati Pulau Sari. Nah kali ini saya mau share keindahan lewat jalur Pulau Sari. Kalau jalur lewat Pelaihari, udah biasa sih. Jalur Pulau Sari terletak di kecamatan Tambang Ulang (setelah kecamatan Bati-Bati, dari Banjarmasin sekitar 2 jam perjalanan). Dipinggir jalan tepat di desa Pulau Sari sobat bisa melihat penunjuk jalan yang menunjuk ke daerah Kurau, langsung aja sobat belok mengkuti penunjuk jalan tersebut, hehe...

Nah pertama-tama sobat akan melewati daerah Bingkulu. Daerah ini diselimuti oleh padang semak belukar dan kebun-kebun masyarakat. Hamparan padang semak yang luas dan berbukit-bukit sangat memanjakan mata lhooo.

Daerah Bingkulu

Padang Semak, terlihat di kejauhan Menara Sutet

Setelah melewati Bingkulu, sobat kembali melewati suatu daerah bernama Maluka Baulin. Disini sobat akan melihat hamparan sawah yang luas. Sangat mengasyikkan deh buat foto-foto gitu. Sisi lain daerah Maluka Baulin ini adalah merupakan tempat yang bersejarah, dimana ditempat inilah rakyat Kurau dan sekitarnya berjuang mengusir penjajahan yang kejam. Disini juga sobat akan melihat melihat penunjuk jalan, ke kiri menuju Takisung dan ke kanan menuju kecamatan Kurau. Langsung, tanpa pikir lagi sobat pilih belok kiri.

Persawahan di Maluka Baulin

Masjid megah di persimpangan menuju Kurau atau Takisung

Kemana mata memandang, disitu hamparan sawah yang indah terlihat

Tapi, ada satu hal yang akan memperlambat perjalanan sobat, apalagi kalau bukan jalan yang rusak. Haduuuh, padahal kan jalan sangat berpengaruh kepada kehidupan ekonomi warga setempat. Semoga cepat diperbaiki deh..!

Jalan yang rusak

Petani sejahtera, Petani bersepeda

Selanjutnya sobat akan melintas di daerah Tabanio. Di daerah ini sobat juga akan melihat hamparan sawah. Juga sungai-sungai yang akan bermuara ke pantai. Jadi disungai-sungai ini banyak ditumbuhi bakau. Nah bila sudah berada di daerah ini, sobat sudah melakukan perjalanan yang lumayan jauh (jika dari Banjarmasin), tidak ada salahnya sobat santai sejenak di bawah pohon-pohon rindang dipinggir jalan sambil memandangi hamparan sawah yang luas. Untuk melepas lelah lah. Di daerah ini juga pantai Takisung sudah bisa terlihat dikejauhan lho.

Daerah Tabanio

Sungai-sungai Tabanio, pas buat mancing

Santai sejenak lah...!^_^

Pantai sudah terlihat di kejauhan

Walaupun udah terlihat perjalanan kita masih ada 8 Km lagi. Setelah melewati Tabanio, sobat akan melewati daerah bernama Pagatan Besar. Di daerah ini sudah mulai terasa suasan pantainya. Yup, perjalanan sudah dekat hanya tinggal 2 Km lagi. Berhubung saya kemarin saat musim hujan, kehujanan deh.

Sungai dekat pantai

Berteduh ditengah hujan lebat

Yuhu, setelah melewati Pagatan Besar. Pantai yang kita tuju telah di depan mata. Sampai lah kita di pantai Takisung. Dan selamat menikmati indahnya. Jangan lupa bawa uang yang cukup, karena pasar-pasar disini menggoda dompet lhoo.

Pintu Gerbang Pantai Takisung

Pasar,,,Pasaar

Pantai Takisung

Walau sobat jauh dari kota dan agak pedalaman, tenaang, masih ada internetnya koq,,,^_^

Hhhhmmm, cukup melelahkan, tapi kalo dah lihat yang indah pasti capek kita terbayarkan. Apalagi, pastinya bagi yang lagi jomblo, siap-siap pasang ketampanan dan kecantikan, haha...
Share:

5 Des 2010

Metafisika Puasa Menaklukan Iblis

Pada galibnya puasa sebagai penapis dan penyaring, yang selanjutnya menentukan kadar ketakwaan seseorang. la membentuk watak yang kukuh-tegar dalam segala keadaan dan waktu, tak mudah terpedaya oleh terpaan dan godaan, lantaran iman yang mapan menghujam di relung hati, bahkan yang hebat lagi, puasa dapat membersihkan ruhani dan nalar pikir dari segala muskil kesulitan, dan mampu mengentas derajat kemanusiaan.

Manusia hidup bergantung dari udara, makanan, tanah dan alam jagat raya sekitamya. Faktor tersebut memberikan pengaruh kuat bagi hidup dan kehidupannya menuju obyek yang material. Ini bisa diraup dengan ilmu pengetahuan. Sedang ilmu itu sendiri tak bakal dimiliki, tanpa melalui kecerdasan otak dan kecakapan nalar pikir. Fungsi otak sebagai pusat syaraf, merupakan jaringan butir sel yang sangat halus, rumit dan asketis. Setiap kemajuan yang diperoleh adalah melalui penalaran akal sehat serta penelaahan pikiran yang kritis.

Karenanya, bagi para pemimpin sekecil apapun sebagai khalifah di bumi, perlu mencermati dan meneliti gerak-gerik daya otaknya, agar setiap langkah dan tindakannya dituntut pikiran yang sehat dan jernih.

Lantaran otak menjadi pusat urat syaraf Graoto Hersen. Urat syaraf tersusun dari kumpulan sel sel yang berbilliun jumlahnya. Fungsi syaraf menjadi perantara yang menerima kesan-kesan perangsang yang datang dari luar tubuh, langsung disampalkan kepada otak. Ilinu Psikologi dan Anatomi menyebutkan bahwa otak besar itulah yang mengatur dan mengendalikan langkah dan perbuatan nianusia. Sebab setiap sesuatu yang terjadi di luar tubuh, mustahil dapat diketahui dan disadari sebelum peristiwa itu disampalkan oleh urat syaraf kepada otak besar. Banyak pakar mengemukakan, puasa dapat mengobati berbagai penyakit seperti diabetes, maag, gangguan usus, gangguan pencernaan, sakit jantung, kegemukan, paru-paru, lemah badan atau tekanan darah tinggi. Tapi banyak pula orang beranggapan bahwa puasa penyebab menurunnya prestasi kerja berkurangnya konsentrasi dan melemahnya tenaga.

Padahal kita meyakini, justru berpuasa salah satu cara menuju sehat. WHO Expert Committee mengartikan sehat ialah terdapat keseimbangan yang optimal, baik fisik, psikis maupun sosial. Jadi tidak hanya sekedar bebas dari penyakit lahiriyah, kelemahan dan cacat. Tetapi sehat adalah keseimbangan dan keserasian jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi antara fisik dan psikis. Keseimbangan merupakan prinsip dasar Islami. Agama Islam adalah agama yang sederhana, mudah, kompleks dan universal. Ia memberikan tuntunan kepada ummatnya untuk hidup sederhana tapi bersahaja.

Dalam al Qur#039;an termaktub prinisip ini dalam ungkapan:

“Makan dan minumlah, tapi jangan melampaui batas, karena Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas. (Q.S. al A’raf. 31)

Jika manusia kelewat tebal jasadnya, maka kekuatan ruhaninya akan melemah atau sifat kehewanannya mengalahkan sifat ruhaniahnya..

“Makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang”

“Kejarlah duniamu, seolah kau hidup terus dan kejarlah akhiratmu seolah-olah kau akan mati esok hari”

Jadi prinsip keseimbangan ini dapat dilakukan dengan latihan, kebiasaan sehari-hari. Kiranya puasa di bulan Ramadan, adalah tepat untuk pemusatan latihan agar jiwa mempunyai disliplin yang kuat, mental terbina mapan dan ruhani yang murni. Sewaktu perut kenyang, banyak darah tersalur untuk melakukan proses pencernaan, dan selagi puasa, ketika perut kosong, volume darah ke bagian pencernaan dapat dikurangi dan dapat dipakai untuk keperluam lain, terutama untuk melayani otak.

Zat makanan yang telah tersaring bersih (dari usus panjang) lalu oleh jantung disalur-sebarkan ke seluruh tubuh dan disaat itulah sel-sel menerima makanan.

Itulah sebabnya, meski manusia memerlukan makanan harus disesuaikan dengan kemampuan tubuhnya, gizi yang memadai, sehingga kerja sel tersebut berjalan lancar, demikian juga kemampuan otak selaras.

Namun, apabila perut manusia selalu dipenuhi makanan berlebih, maka sel-sel tadi akan kebanjiran zat makan, berakibat urat syaraf menjadi lemah, kerja otak terhambat dan mundur. Sebaliknya bila kita memberikan waktu sesaat bagi perut dan lambung untuk membersihkan bermacam-macam kotoran yang setahun penuh bermukim di dalamnya, maka kerja otak kita bertambah giat dan cepat sehingga menimbulkan daya yang sanggup memecahkan berbagai persoalan tanpa rasa letih.

Cara berpikir yang energik ini menghasilkan buah berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Dengan berpuasa, kita dapat mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan kemungkinan masuknya kuman-kuman kedalam lambung. Para ahli di bidang kedokteran mengakui bahwa perut sumber-sumber asal timbulnya penyakit:

“Perut adalah sumber penyakit dan pemeliharaanya merupakan obat yang paling utama “

Orang yang terlalu kenyang, mudah diserang rasa kantuk, malas, letih dan konsentrasi, kemampuan pikir menjadi kurang. Karena itu Rasulullah saw memberikan peringatan kepada umatnya. “Ilmu dan akal tidak mungkin ada bersama lambung yang penuh dengan makanan”. Nabi Muhammad juga bersabda “Perut semisal kolam air dalam badan manusia, dan pembuluh dari pergi kesana untuk diisi” Kalau perut itu sehat, maka kesehatan yang dibawa kembali oleh pembuluh-pembuluh itu. Tapi sebaliknya kalau perut itu sakit, penyakitlah yang dibawanya”.

Otak adalah titik sentral di dalam organ tubuh manusia untuk berfikir, belajar dan bekerja. Ini berartl bahwa selama lambung kosong, sewaktu berhenti sejenak dari kerja keras selama setahun, cara berpikir kita lebih cemerlang.
Jadikan puasa kita yang lengkap, fisik, psikis, dan kejiwaan. Melatih ketenangan bain, menumbuhkan akal pikiran yang sehat, mengendurkan ketegangan, stress, mensirnakan iri, dengki, hasud dan cela lainnya.

Tak pelak lagi kemashuran para ulama atau para pengarang yang melahirkan karya karya bermutu justeru pada bulan Ramadhan. Juga tokoh politik yang berpuasa dalam tahanan, acapkali membuahkan tulisan tulisan yang berharga.

Dengan berpuasa, sebenarnya tak bakal melemahkan fisik seseorang atau menyebabkan kekurangan gizi. Sebab tubuh manusia hasil cipta Allah teknologi maju yang tak tertanding. Tubuh kita mampu bertahan beberapa hari tanpa makan dan minum, sebab hidrat arang, lemak atau protein merupakan persediaan yang cukup lama.

Ini berarti tepatlah apabila dikatakan bahwa puasa itu menghidupkan pikiran dan penglihatan mata hati.

“Apabila perutmu penuh sesak dengan makanan, tidurlah pikiranmu, luluhlah hikmah dan berhentilah anggotamu dari beribadah kepada Allah Rabbul `alamin dan hilanglah kebersihan hati, dan sebenarnya kehalusan pengertian yang dengan keduanyalah diperoleh kelezatan dan berkasnya dzikir pada jiwa.”

Memang sesuatu yang dihasilkan kecerdasan otak, secara empirik belumlah dikatakan yang benar atau murni, sebelum dilengkapi keberhasilan ruhani atau budi pekerti. Kecakapan otak hanya sebatas obyek yang nyata yang bisa diraba dan disaksikan oleh pancaindera lahir yang riil, korporil, logis dan positif. Hasil penalaran pancaindera lahiriah semata mata akin menimbulkan bermacam�macam aliran serba benda, semisal rasionalisrne, pragmatisme, positivisme, materialisme dan sebagainya. Bahkan masih juga berlanjut penyelidikannya mengenai ke Esaan Tuhan hanya berdasar pada olah pikir lahiriah semata, menumbuhkan kepercayaan adanya Tuhan yang berbentuk, berupa, berukuran atau berwujud. Bahkan jika pengamatannya itu tiada menemukan Tuhan, niscaya ia ikan mengatakan Tuhan itu tak ada (Atheis).

Sementara beranggapan, hasil pemikiran yang didasarkan hanya pada akal saja, logika dan bukti pastilah tidak akan bebas dari pengaruh nafsu. Dalam buku “der Mensh Gezund und Krank” (hal. 170) Dr. Fritz Khant menyebutkan, “dis Stanganhen sind der sits der instinkte” artinya pangkal otak itu pusatnya nafsu. Sedangkan fungsi nafsu umumnya saling bergetar dengan setan yang menjelmakan tindakan jahat dan buruk.

Dalam al-Qur’an surah Yusuf ayat 55 berbunyi:

“sesungguhnya nafsu (kerjanya) menyuruh kepada kejahatan. “

Jadi, manakala cara berpikir cuma didasarkan atas kecakapan tubuh lahir tanpa memperoleh daya dukung otak batin yang transenden, maka akan mewujudkan hasil yang serba “salah”.

Sebab hakikatnya ia akan mengingkari peristiwa yang tidak dapat ditimbang, diukur, yang tak mampu disaksikan oleh pancaindera, meski bukti buktinya selalu berkembang. Dan kalau dikaji lebih dalam lagi, pastilah gerakan pikirannya bertumpu pada pengaruh keinginan mementingkan diri sendiri, angkara murka, tamak serakah, bahkan nafsu kanibalisme dan semacamnya. Akibatnva, ia tak bakal memiliki cita cita kiprah membangun bagi kesejahteraan umat, tapi kiat hidupnya hanya untuk kepentingan sendiri, mencari keuntungan sebanyak mungkin bagi gelimang kemewahannya. Umat atau bangsa yang demikian akan mudah sekali diperalat atau diperbudak bangsa lain yang memiliki kecerdasan olah pikir yang lebih memadai. Sisi lain yang unggul tentu mereka mampu menggunakan akalnya ditopang kebersihan ruhaninya atau budi pekerti. Budi bermakna kecakapan ruhaniyah dan pekerti ialah hasil kecerdasan otak (jasmani ragawi).

Tapak tapak perjalanan latihan spiritual dengan semangat jihad hanya keridhaan Allah Azza Wajalla, akan diperolah hasil kecerdasan otak dan kecakapan nalar pikir, membuahkan wujud kebenaran hakiki, lantaran kebersihan rohaninya dipanjatkan ke alam ilahiyat. Setiap sesuatu yang dibenarkan oleh akal belum tentu dibenarkan Rabbi dan setiap sesuatu yang disalahkan oleh akal belum tentu pula salah dalam pandangan Al Khaliq. Karena itu pula, titik tumpu kita, segala kejadian fenomena alam pastilah dikendalikan oleh sunnatullah. Surat Al Jatsiyah ayat 13 berbunyi:

“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripadaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda tanda kekuasaan (Allah) bagi kaum yang berpikir. “

Jelasnya, ayat ini menyatakan bahwa seluruh jagat raya dan isinya akan ditundukkan Al Khaliq bagi umat manusia dengan sains yang diterapkan, dengan teknologi, yang akan diberikan kepada mereka yang mau melibatkan akalnya dan menggunakan nalar pikirnya.

Latihan spiritual yang maha akbar di bulan Ramadhan, cara terbaik mengutamakan kemapanan ibadat, berlomba dalam kebajikan dan berjuang melawan hawa nafsu. Akan terasa mumpuni, mengangkat harkat dari martabat, derajat insani, dua sisi yang diraupnya, akal dan budi, menjernihkan pandangan jiwa ruhani.

Tentang daya kerja sel sel dengan segala akibatnya yang diderita, dalam alam kehidupan manusia, lantaran perutnya (lambung) senantiasa dipenuhi makanan yang tak selaras dengan kemampuan ragawi. Dan sebaliknya, perut atau lambung yang tak selamanya dipenuhi makanan, maka sel sel dalam tubuh tak bakal menjadi lembab, bahkan terasa panas (suhu yang sehat) yang memacu kerja urat syaraf bertambah giat dan cepat yang menimbulkan daya tarik yang kuat pula. Sel sel yang menjadi panas akan menimbulkan pergeseran yang menumbuhkan daya tolak tarik “magnetische kracht” mempunyai aliran yang dinamakan tenaga listrik” yang berasal dari benda mati (materi) bisa dimanfaatkan di bidang teknik, sanggup menggerakkan atau mengangkat benda dan sebagainya. Semisal sebuah semprong lampu kalau digosok dengan secarik kain sutra atau woll maka ia mempunyai daya tarik (magnetik)

Daya tarik yang ditimbulkan sel sel tersebut, bukan seperti tenaga listrik teknik yang bisa kita lihat dengan pancaindera, melainkan tenaga listrik halus yang diterima oleh otak berupa sinar dan langsung dialirkan kearah budhi “Budhis lichaam”. Sinar inilah yang dinamakan sinar bathin “Unvending licht atau Hat subjective licht”.

Hakiki urat syaraf otak yang mengandung daya tarik listrik tadi akan menjelmakan daya nalar pikir yang memiliki kemampuan menangkap sesuatu yang ada di luar jangkauan akalnya dan lebih meyakinkan lagi mampu membuka tirai yang menutupi sesuatu persoalan atau peristiwa yang pada galibnya dipandang sulit dan pelik.

Kiranya manusia yang memiliki kadar cara berpikir berkualitas inilah yang sanggup menghadapi segala kendala dan memecahkan setiap persoalan tanpa merasa letih nalar otaknya, dan cenderung rasa cintanya terhadap segala macam ilmu pengetahuan. Seperti tak puas puasnya mereguk ilmu. Seperti ungkapan Rasul “Carilah ilmu mulai dari buaian hingga keliang lahat “

Nilai nilai pikiran yang demikian inilah yang bisa dimiliki oleh mereka yang lambungnya tidak selalu dipenuhi makanan atau dengan kata lain mereka yang menunaikan puasa yang dituntut oleh syara. Pada umumnya melahirkan para ulama, kyai ataupun cendekiawan muslim yang mumpuni serta tokoh tokoh bibit unggul yang dibanggakan.

Inilah bukti yang dipraktekkan Rasulullah saw, mendidik umatnya dengan berpuasa, mensucikan jiwa, menatap renung keheningan hati, satu satunya menelusuri jati diri, meski berawal dari bangsa Arab yang kala itu dikenal dalam sejarah sebagai bangsa “Jahiliyah” yang hidupnya hanya untuk hawa nafsu, yang oleh bangsa Persia dan Romawi Kuno dianggap suatu bangsa yang paling rendah derajatnya, bahkan lebih rendah dari “kambing dan onta”.

Maka berkat latihan dan pendidikan puasa yang diinjeksikan Rasulullah saw, dengan sekejap berbalik menjadi bangsa yang bermoral, memanjat ke alam kebesarannya, menjelma bangsa yang kuat jasmani dan rohaninya, memiliki kemampuan menciptakan dasar ilmu pengetahuan. Mereka tidak lagi tercela dengan sebutan kambing dan onta, namun berbalik menjadi bangsa yang berkuasa, malah negeri Persia dan Romawi yang semula menghina mereka, jatuh di bawah kekuasaannya.

Dengan tampuk kekuasaan yang diraihnya, sanggup pula memberikan pimpinan, pendidikan, pengajaran nilai tamaddun yang sangat bermanfaat bagi bangsa lain, yang sampai kini mengagumkan para pakar sejarah dunia. Dalam buku “The Spirit of Islam” menyebutkan, (Under the inspiring influences of the great Prophet who give them acot and nationality started from soldiers into scholars.” Dengan pengaruh pendidikan dari Nabi Muhammad saw yang menghidupkan suatu sistem kenasionalan mendirikan tentara, sehingga menjadi umat terpelajar dan intelek).

Mereka menyadari bahwa dengan berpuasa dapat menentukan kelebihan derajat manusia dari pada hewan, yakni otak dan budinya. Tapi ada manusia yang bersifat seperti binatang, yang tujuannya hanya “doyan mangan” (makan melulu) dan memuaskan hawa nafsunya belaka, maka tak mungkin mereka mencapai kemajuan, utamanya dibidang mental spiritual.

Sejarah bangsa bangsa, sebagaimana bangsa Babilonia, Macedonia dan bangsa lain yang mampu meraup kemajuan, lantaran mereka banyak mengurangi makan dan minum, meski dengan gizi yang seimbang. Mahatma Ghandi dengan puasanya menjadi senjata ampuh untuk mengusir penjajah.

Kemajuan suatu bangsa yang hanya didasarkan atas ilmu pengetahuan dan teknologi semata, tetapi menyangkal bahwa pendidikan ruhani (budhi) adalah mampu menjurus ke arah kebenaran hakiki dan kejujuran, maka rasa cinta terhadap sesama ataupun kepada makhluk di luar manusia dianggapnya tidak menguntungkan, keadilan hanya terdapat pada golongan yang lebih kuat dan berkuasa, penghargaan dan penghormatan hanya terdapat pada manusia yang bergelar, setumpuk harta kekayaan, kedudukan dan yang menyandang pangkat melulu.

Dari situ pulalah tercermin kemuliaan dan pujian yang nisbi hanya ditujukan kepada yang berwenang, sebab dianggapnya paling terhormat, walau cara berpikirnya hanya dituntut oleh rumus rumus kaku yang diperoleh dari akal dan kecakapan alat pancaindera lahir yang memuja obyek kebendaan atau kesenangan lahiriah, sedang budi dipandang kurang sesuai dengan intelektualnya, bahkan tidak selaras dengan tuntunan rumus patokan dari bayangan tiga dimensi atau tidak pas dengan logika ilmu bukti.

Paham yang bertalian dengan ilmu pengalaman di luar alam benda “metafisika” intuisi, inspirasi ataupun ragam transenden yang tak bertepi, dianggapnya hanya suatu “impian yang mustahil”. Bahkan dikatakan sebagai tahayul, nonsen atau sulapan, tidak terangkum oleh akal. Yang dipercayanya hanya buah pikiran otak “verstand” dan harus bebas leluasa, sedangkan mahkluk mahluk hidup yang bertebaran di jagat raya disangkalnya.

Buat menghindari sistem berpikir yang demikian ini, sepatutnyalah disadari bahwa dalam setiap diri pribadi manusia, sebagaimana diuraikan terdahulu, memiliki otak batin dan otak lahir “sensus interior dan sensus exterior” Dalam buku “uber deas Wewen and den Ursprung des mensechen (hal.30) oleh Shoeseki Kaneko menyebutkan, “Die Volvermontft bersthtaus zweizeinten, Namlich erzens aus den auf die obyekte welt bersogenen Kentnissen”. Budhi mempunyai dua fungsi, yang pertama, menerima daya daya pikiran yang mengandung unsur ilmu pengetahuan lahir dan yang kedua, ialah ilmu pengetahuan mutlak dasar hakikat kehidupan.

Puasa sebagai institusi disiplin spiritual moral dan fisik yang menerawang ke alam ilahiyat, adalah tujuan mulia mencapai tingkatan spiritual manusia yang paling tinggi. Kesempuranaan perjalanan ruhani puasa di bulan Ramadhan, adalah lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai ditekankan dalam hadits:

“Barang siapa yang berpuasa dalam bulan Ramadan dengan percaya kepada Ku dan mencari keridhaan Ku …

Kiranya ibadah puasa yang paling intens cenderung menumbuhkan kesadaran dekat kepada Tuhan dan hadirnya Allah. Dimana mana Allah senantiasa melihat hamba-hambaNya dalam segala tingkah laku pokal. Inilah yang menjadi tumpuan disiplin spiritual yang tinggi, kebangkitan jati diri dalam kehidupan spiritual pula.

Karena tubuh jasmani yang dimiliki otak dinamakan otak lahir, maka tubuh ruhani pun mempunyai otak batin. Ragawi disebut “badan kasar” dan tubuh ruhani dinamakan “badan halus”. Untuk mengetahui susunan dan bagian bagian kasar, dibutuhkan acuan pendalaman ilmu Parasit, Anatomi, Biologi. Dengan perantara ilmu tersebut, akan diketahui gerak-gerik aku lahir dan aku batin, ” sehingga disadari bahw di dalam pusat badan halus terdapat bagian yang terpenting yang disebut otak batin atau Budi sebagaimana sabda Rasulullah SAW

“Dalam tuhuh manusia ada segumpal daging, kalau daging itu baik niscaya balk pula seluruh tubuh dan kalau ia jelek, maka jelek jua seluruh tubuh. Segumpal daging itu adalah Kalbu”.

Yang dimaksud kalbu dalarn hadis ini adalah jantung lahir yang terletak di badan “kasar” yang harus dialirkan ke jantung ruhani badan “budi”. Fungsi jantung jasmani memompakan darah keseluruh tubuh. Sedangkan fungsi jantung ruhani memompakan bion bion ke segenap penjuru tubuh rohani (badan halus).

Jantung lahir mempunyai otak, menverap obyek ke arah yang rill coorporil (nyata) berbentuk materi yang logis diraba pancaindera. Jika otak lahir menerima daya daya memancarkan sinar-sinar abstrak, yang kemudian diserap otak lahir, sehingga otak lahir akan diliputi daya daya (sinar) dari otak batin yang tidak selaras dengan getaran getarannya.

Proses penyerapan sinar yang diperoleh otak bathin inilah yang dinamakan “ilham” atau intuisi yang dibuahkan mereka yang berbudi dengan bias dan watak yang sempurna. Hal ini sesuai pula yang disebutkan dalam hadits tentang esensi puasa adalah nilai spiritual dan moral.

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan dusta dan perbuatan yang palsu, Allah tidak memerlukan usahanya meninggalkan makan dan minumnya.”

Agaknya hal ini pula merupakan perintah agama. Semisal orang yang melakukan shalat dan tidak memperhatikan arti hakiki dan tujuan shalat itu, maka ia akan terkutuk. Dalam memahami aspek ajaran Islam oleh Prof. Mukti Ali, juga dikemukakan segi etis dari puasa.

Dalam sebuah hadits dijelaskan sebagai berikut:

“Puasa adalah suatu tameng muka, orang yang berpuasa hendaknya jangan bicara kotor, atau melakukan pekerjaan yang jelek, atau apabila ada orang yang menyakiti atau bertengkar dengannya atau pun memakinya, hendaknya ia berkata: saya sedang berpuasa”.

Dalam pandangan Allah, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, puasa akan kehilangan nilai, bukan hanya Iantaran orang makan dan minum, tetapi karena ia dusta, berkata kata kotor, menggunjing, melakukan perbuatan yang tidak baik dan tingkah laku yang tidak baik yang mengakibatkan dosa.

Maka jelaslah jikalau jantung Iahir menerima sinar dari jantung bathin (budi) akan baiklah semua tubuh karena dihiasi kesempurnaan dan keluhuran akhlak yang mulia. Itu pulalah yang dimaksud dengan Hadits Nabi yang mengajak manusia agar berbudi luhur dan terpuji, sehingga mampu menerima intuisi dari Allah Rabbul ‘alamin. Sebab manusia yang berbudi mampu menangkap petunjuk Ilahi.

Intuisi adalah pikiran yang bersih yang diperoleh dari olah pikir yang ditingkatkan oleh alam Tuhan yang menjadikan manusia yang infra dan supra intelektual dan berabstraksi.

“Bertafakur hanya dapat dilakukan kalau kondisi lambung (perut) dalam kondisi kosong, yakni dalam menunaikan ibadah puasa yang sebaik baiknya tak ubahnya seperti yang disebutkan dalam hadits. Puasa diibaratkan sebagai pengampunan terhadap dosa.

Orang yang berpuasa beriman kepada Allah dan berusaha untuk memperoleh keridhaanNya dan mernpunyai maksud yang ikhlas. Rasanya hati ini benar benar suci, bersih dari dosa, melambung menuju alam malakut atau ke alam Tuhan.

Kenyataan ini merupakan tanggung jawab terhadap mereka yang menganggap puasa itu hanya mendidik manusia menahan lapar dan kelemahan jasmani. Anggapan itu tinlbul dari mereka yang hidupnya hanya mengutamakan “makan dan minum” saja.

Tentu hal ini akan terasa naif, jika sekali tempo tidak mendapatkan makanan, lalu untuk mengisi perutnya akan merampas makanan apa saja tanpa peduli pemiliknya. Bahkan hewan yang lebih kecil dan lemah menjadl mangsa tanpa belas kasih, yang penting perutnya bisa kenyang.

Justru karena itu, manusia yang punya daya pikir dan perasaan ini, hendaknya mampu dan menjaga serta memelihara dengan sebaik baiknya. Agama memberi tuntunan untuk membatasi hawa nafsu agar tidak bersifat atau bertabiat seperti binatang, sebagaimana Flrman Allah SWT:

“Hendaknya kamu makan dan minum dan jangan melebihi batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai mereka yang melebihi batas” (Al- �Araf: 31)

Seruan makan dan minum ini tentunya dari miliknya sendiri yang diperoleh secara halal. Ada suatu ungkapan “Kullu Wasyrabu” yang bermakna ia mennggunakan bukan miliknya sendiri milik rakyat atau milik negara. Tingkah laku semacam ini jelas serakah atau sifat “lawwahmah”, egoisentris, bahkan dia nekat melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya sendiri. Na’udzubillahi min dzalik.

Dalam suatu perjalanan yang lebih nyata, penyakit egosentris, acapkali menggunakan golongan lain sebagai alat mempengaruhi atau menguasai sesuatu yang merupakan obyek. Seperti halnya kaum buruh dan tani yang dijadikan alat agar menimbulkan pertentangan antara buruh dari majikan, yang mengakibatkan penutupan perusahaan atau perkebunan, yang berbuntut pada pemutusan hubungan kerja dan terjadilah masalah pengangguran, yang berarti pula menambah kemelaratan dari penderitaan. Kegiatan nafsu yang demikian, sering dianut oleh faham kolonialis dan imperialis yang tak jarang oleh kecerdasan otak lahir tanpa didukung otak batin, maka dunia tak akan lolos dari segala ancaman kesesatan, pertentangan dan kekacauan.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Hajj 46

“Apakah mereka tidak menjelajah di bumi, padahal mereka mempunyai mata hati (otak batin) atau telinga (alat pendengar batin) yang mampu mendengarkan, maka sesungguhnya tidaklah buta alat pancaindera lahirnya akan tetapi buta pancaindera batinnya. “

Ayat ini menyinggung mereka yang tidak memperdulikan badan halusnya yang mempunyai pancaindera batin, tanpa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Otak batin akan melebihi kecakapan dengan daya daya tembus luar biasa. Sehingga bisa ditingkatkan ke alam yang abstrak yang memancarkan daya dayanya menuju ke alam ‘Tuhan – alam wahdaniyah’.

Otak batin hanya dapat dipancarkan daya tembusnya dengan jalan tafakkur “creatifermegen”, meditasi dan perenungan yang hakiki. Meditasi yang demikian ini dapat dilakukan dengan teratur dan tertib, latihan yang sungguh-sungguh, apabila seluruh alat pencernaan dapat beristirahat dengan sebaik baiknya manakala melakukan puasa di siang hari.

Dengan menunaikan ibadah puasa, maka daya pikir akan menerima pancaran daya yang dialirkan oleh “budhi”, sehingga terjadilah perpaduan yang harnionis antara daya otak lahir akan luluh sifatnya yang semula menjadi sentral nafsu nafsu, menjadi pikiran yang bersih dan murni yang disebut “religius instink” atau mutmainnah.

Menurut hukum kekekalan daya “Behound wet der energie”, tidak ada daya yang hllang lenyap tanpa berubah menjadi daya lain. Semisal, elektron yang kehilangan sifatnya sebagai elektron akan berubah menjadi sinar atau gelombang aether. Proses ini dinamakan “radio aktivitet”. Daya yang dapat meruntuhkan elektron menjadi aether dapat dinamakan daya radio aktif

Demikian juga daya otak lahir yang berpadu dengan daya otak batin, akan berubah menjadi daya lain yang disebut “badan budi” yang disebut juga “De Gesstelijke kracht”. Maka otak lahir yang semula berada di bawah pengaruh nafsu egosentris setelah perpaduan itu berubah sifatnya menjadi suci yang selalu mengandung ajakan untuk kebajikan, etis dan berkeadilan. Nafu egois ini berubah menjadi ikhlas.

Hasil bekerja otak yang demikian menjelmakan pikiran yang murni dan asli yang mengandung rasa perikemanusiaan yang dalam. Dan hasil pemikiran yang demikian akan mampu menghasilkan teori teori baru, menciptakan pendapat baru yang bermanfaat bagi seluruh umat mengenal kenyataan yang tidak diketahui oleh orang lain, mengetahui sesuatu tanpa analisa “empiris realitas”, disebabkan dalam cara berpikinya di dorong oleh pancaran yang dapat ditingkatkan ke arah kenyataan yang mutlak “het transendental”.

Dengan uralan ini dapat disadari betapa faedah dan hikmah puasa bagi kecerdasan otak dan kecakapan berfikir. Sekiranya umat Islam zaman ini dalam melakukan ibadah puasanya benar benar mencontoh jejak puasa Nabi dan para sahabat, yang dengan hasil puasanya mereka menjadi ahli pikir dan berhasil membina suatu negara yang demokratis yang belum pernah dicapai oleh bangsa-�bangsa sebelum mereka.

Maka, umat Islam di zaman ini sedikitnya setahun sekali dengan ibadah puasanya akan berhasil menjelmakan ahli-ahli pikir yang infra dari supra intelektual, seniman yang genius, sastrawan dan pujangga yang mampu membentuk pembaharuan di bidangnya masing masing dan merubah rona dunia masyarakat orde baru dalam segala bidang pembangunan material dan spiritual sesuai dengan program Pemerintah yang terus kita laksanakan. Dalam hal ini Umat Islam berperan sebagai tenaga penggerak “driving force”.

Dr. Lord Stoddart dalam bukunya “‘The New World of Islam” menyebutkan Muhammad adalah pembangun ruhani yang hebat, seorang ahli strategi, pemimpin umat, politikus ulung, ekonom serta sebagai seorang yang sosialis demokrat, beliau menolak segala pujian yang diberikan atas diri pribadinya.

Juga dalam buku “Hero is a Prophet”, Thomas Carlyle mengemukakan, “umat Islam yang telah rnenerima pimpinan bimbingan Nabi Muhammad saw kemudian berhasil mendirikan pemerintahan di Spanyol yang sangat mengagumkan di abad pertengahan, sedangkan bangsa Eropa kala itu masih diliputi kebodohan.”

Sementara dalam buku “The Law Quartely”, Prof. Vaswani mengatakan: “Dengan wahyu Allah Yang Maha Pemurah, agama Islam menjadi suluh kemajuan di Afrika, Cina, Asia, Eropa, Persia dari Hindustan, sedang Eropa masih tidur nyenyak, kemudian umat Islam membangkitkan dan memberi bimbingan bagi mereka “

Dalam New Internationale Encyclopaedie disebutkan “Dunia sekarang harus banyak terterima kasih kepada Islam, sebab merekalah yang mempelopori kemajuan dunia.” Umat Islam telah membangun gedung-gedung yang mengagumkan dunia seperti Taj Mahal dan AI Hambra yang kondang kolaka itu.

Mereka itulah yang mula-mula menemukan Aljabar, Ilmu Hitung, Kimia dan obat-obatan. Mereka yang pertamakalinya mendirikan Universitas di Baghdad, sehingga rombongan dari luar negeri, utamanya dari Eropa datang kesana untuk menjadi murid umat Islam.

Dalam Encyclopaedia Britannica menyebutkan, “Islam telah lebih dulu mengarang bermacam macam buku yang kemudian dikutip orang seantero jagat hingga sekarang. Di Cairo mereka telah mendirikan perpustakaan yang kondang di dunia. Sedangkan di masa itu London sebagai tempat yang kotor dan jelek, serta jalan-jalannya berbau busuk, padahal orang Islam mendirikan Cordova yang terkenal lantararan keindahan gedung gedung dan kebun kebunnya yang menawan.”

Juga dalam buku “Ottasen’s Eenvondige Wereld Geschidemis. Dr. Kernkamf menulis “Orang Islam menjadi dokter yang pandai dan ahli ilmu pengetahuan. Mereka itulah yang pertama kali mengarang angka satu sampai sepuluh yang digunakan hingga sekarang. Mereka sudah berhasil membuat dari meracik obat obatan, menciptakan penerangan (lampu) di jalan, mendirikan masjid dan istana yang indah, bercocok tanam, sedanlgkan orang Eropa mendapat beras dari orang Islam.”

The roman Empire oleh Edward Gibson menyebutkan, bahwa dunia baru dibangun oleh Muhammad yang dianut oleh sejumlah 450 juta manusia di atas dasar spiritualitas.

Pujangga Barat lain berkata: “Long before the French revolution, Islam stood for liberty, equality and, Fraternity (lama sebelum Revolusi Perancis. Islam telah berdiri tegak dalam kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan).

Demikianlah hasil karya yang dihasilkan oleh kecakapan otak lahir dan kecerdasan otak bathin yang dimiIiki oleh umat Islam di zaman Nabi dan Khulafaurrasyidin serta ahli falsafah dengan melakukan puasa. Cobalall kita simak dan teliti biografi orang orang besar dan kalangan intelektual yang genius, tentu akan diketahui bahwa dalam hidupnya senantiasa berpuasa.

Seorang cendikiawan Barat yang masuk Islam mengatakan “First satisfy your intellect through sound reasoning, Faith will automatically spring up” (Terlebih dahulu hendaklah diselidiki dan ditimbang secara mendalam sehingga hasil pemikiranmu dapat memuaskan dan keyakinan “iman” otomatis akan datang sendiri).

Demikianlah rahasia puasa yang sanggup mencetak manusia menjadi intelek dan berkeprimanusiaan yang tinggi dan berkepribadian menuju kebahagiaan lahir dan batin yang sangat besar sekali manfaatnya kepada sesama mahluk hidup, masyarakat, bangsa dan negara.

Seorang ahli kesehatan berkata “Pencernaan itu adalah pusat penyakit dan berpantang itu adalah pokok obat.” Ada yang berpendapat bahwa susunan kata tersebut adalah hadits Nabi, sehingga sementara ulamapun berpendapat demikian, sebenarnya bukan sabda Nabi, melainkan pitutur seorang shalih zaman dahulu.

Dalam buku Al Lu’lu Marshu halaman 73, Imam Zarkasyi berkata, ucapan itu tidak bersumber dari pada sabda Nabi, melainkan ucapan seorang tabib.

Peribahasa Latin menyebutkan: Plenus Venter non student it benter yang artinya: perut yang penuh makanan sukar belajar. Dan itulah sebabnya Napoleon Bonaparte mengatakan “Obatku adalah puasa.”

Sabda Nabi Muhammad saw.:

“Makan banyak adalah penyakit dan berpantang adalah pangkal semua obat. “

Untuk membuktikan kebenaran sabda Nabi tersebut, dibutuhkan penelitian dari cabang ilmu kesehatan misalnya, ilmu urai (Anatomi), ilmu pengobatan serta ilmu ilmu obat obatan, ilmu sebab-�sebab penyakit (Aetiologi). Ilmu asal datangnya penyakit (Pathogeni), ilmu ketentuan hilangnya penyakit (Prangnostik).

Sekali saja Nabi bersabda dibutuhkan penelitian dalam bermacam ilmu padahal beliau adalah orang awam tidak pernah belajar berguru. Namun setiap Sabda Nabi selalu menjadi pengasuh dan pendorong kepada umatnya agar memanjatkan pikiran ke arah ilmu pengetahuan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena setiap ayat Al-Qur’an dan Sabda Nabi bila tanpa dianalisa segi ilmu pengetahuan, baik yang eksak ataupun yang abstrak tentu akan dijumpai kekaburan dan akan menyimpang dari tujuan hakiki

Sabda Nabi itu menerangkan bahwa makan banyak adalah penyakit atau dengan kata lain perut itu adalah sentral penyakit, yang pada saat tertentu harus diistirahatkan daripada makanan, yaitu dengan “berpuasa”

Kalau kita coba menganalisa Sabda Nabi tersebut maka dapat ditarik tiga kesimpulan. Pertama orang yang sedang berpuasa perutnya dalam keadaan kosong akan menyebabkan kosongnya zat zat makanan di dalam usus kecil. Oleh karena itu darah terpaksa menghisap zat zat yang basah dalam usus dan perut sebagai gantinya

Orang sang sering mengalami keadaan yang demikian pada umumnya mempunyai daya penglihatan tajam, gerak cepat serta memiliki kecakapan menganalisa persoalan dengan mudah.

Kedua, setelah zat zat yang basah yang siap dihisap oleh darah tadi hilang, maka usus dan perut menjadi kering dan panas, semisal dengan mesin kalau kehabisan air menjadi kering dan panas.

Orang yang dalam keadaan demikian biasanya rnempunyai sifat sederhana dalam segala hal, bertindak tegas dalam mengambil keputusan. tanpa sikap ragu ragu.

Ketiga, usus dan perut yang dalam keadaan kering tadi, maka lendir yang berada dalam usus dan perut akan menjadi hancur. Sebab lendir inilah yang menjadi sumber penyakit. Karena kalau lendir ini selalu bertambah banyak dalam perut dan usus akan menyebabkan timbulnya penyakit yang dinamakan “Muces zichten”. Dan jika seseorang dihinggapi penyakit ini, maka keadaannya bersikap pasif, rendah, dan lemah daya berpikirnya serta lambat dalam segala galanya.

Muces ziehten ini banyak jenis dan macamnya antara lain menyebabkan lemahnya pencernaan, karena makanan di dalam perut tidak lekas hancur halus lantaran licin oleh banyaknya lendir tadi yang mengakibatkan kerja syaraf otak dan tubuh menjadi lamban dan lemah.

Lambatnya kerja serat syaraf otak menyebabkan pikiran menjadi tumpul, sukar sekali untuk berpikir dan menerima pelajaran, sedangkan tubuh jasmani selalu terasa berat, malas dan lemah.

Jika penyakit ini tidak segera diatasi, boleh jadi akan menimbulkan berbagai penyakit lain, misalnya penyakit yang dalam bahasa latin dinamai “psoriasis” yakni penyakit supak (schilfrende huild zichte), penyakit mati palsu dan lumpuh (verlamming). Pada akhirnya akan menimbulkan penyakit demam selama seminggu berturut turut tanpa panas. Akan tetapi sesudah timbul panas yang bergelora dari perut naik ke otak sehingga meliputi seluruh tubuh dan pada umumnya membawa rnaut.

Demikianlah bahayanya penyakit yang disebabkan perut yang selalu kebanjiran makanan, bukan saja terhadap tubuh jasmani tetapi juga akan menimbulkan perubahan tabiat yang tidak baik.

Untuk menghindari timbulnya penyakit ini tidak ada lain, kecuali dengan pada suatu saat perut harus beristirahat atau dengan kata lain puasa. agar supava lendir dalam usus dan perut menjadi hancur. Maka dengan melakukan puasa, tubuh jasmani dan tabiat akan menjadi sehat.
Kiranya kalau kita simak hadits Nabi tersebut, betapa pentingrlya melakukan puasa yang sampai sekarang ini menjadi perhatian dan penelitian para pakar ilmu, utamanya ilmu kedokteran-kesehatan.

Sabda Nabi:

“Hendaklah kamu berpuasa, niscaya kamu sehat. “

Yang dimaksud dengan puasa menurut batasbBatas yang ditetapkan oleh Allah SWT.

Hakikat puasa pada hadits ini, ialah puasa yang menurut batas batas yang ditetapkan oleh AIIah SWT dan garis yang telah ditentukan Nabi Muhammad saw saw, yaitu berpuasa sebulan lamanya dalam setahun dan boleh ditambah diwaktu lain yang dinamakan puasa sunnah.

Menurut ajaran Islam tidak dibolehkan bagi penganutnya berpuasa terus-menerus. Karena kalau berpuasa yang demikian akan menimbulkan penyakit pula yang jelas luka dan infeksi dalam perut karena terlalu lama menderita lapar. Tentunya, hat ini tidak perlu direntang-panjangkan bagaimana bias dampak akibatnya.

Pada setiap agama tidak sama cara dan aturan di dalam melakukan puasa. Dalam Agama Budha berpuasa siang malam sampai beberapa hari lamanya tanpa berbuka sebagaimana puasanya Mahatma Gandhi selama 40 hari (siang/malam). Puasa semacam ini sangat berat, barangkali hanya dapat dilakukan oleh beberapa orang saja.

Juga puasa orang Yahudi dan Kristen dengan syarat menahan diri dari makanan yang berdarah dan rempah rempah, akan tetapi pada waktu pagi di perkenankan makan sepotong roti yang memakai daging. Puasa demikian itu terlalu ringan.

Karena itu pulalah, maka Agama Islam mengambil jalan tengah puasa yang tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan, sederhana sesuai dengan kemampuan fitrahnya sebagai umat pertengahan sebagalmana firman Allah SWT:

“Demikianlah Aku (Allah) jadikan kamu umat pertengahan sebagai bukti kepada manusia.” (Al Baqarah 2:46)

Menurut ajaran Islam, dalam melakukan puasa tidak hanya diwajibkan menahan lapar dan haus semata, akan tetapi wajib pula menahan dan menutup segenap alat pancaindera dari segala macam pengaruh dan perbuatan maksiat, dan harus mampu mencegah gerakan tubuh maupun bisikan batin yang dapat menimbulkan pengaruh pada perbuatan jelek, tidak terpuji.

Jelasnya segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindera, baik dengan perantaraan mata, hidung, mulut, telinga maupun kulit, maka hasil tangkapan tadi adalah merupakan daya daya atau elektron bebas yang langsung masuk melalui indera masing masing. Kemudian daya daya tadi melakukan Process of Relay, lalu berubah menjadi arus listrik hidup “bio electrisiteit” yang terus mengalir ke pangkal otak sampai di pusat akan dan terus ke otak besar groate hersen. Yang kemudian menimbulkan kesadaran atau pikiran yang dinamai ruh pikir atau Anima Mentalis, ialah pikiran yang tersusun dari bioelectronen.

Oleh karena pancaindera terusun dari materi atau jasad kasar, maka segala sesuatu yang ditangkap olehnya tentu berupa serba benda, yakni keadaan yang nyata yang berbentuk materi, maka dengan sendirinya dalam pikiran menyimpan gambaran gambaran yang serba materialistis.

Sebagaimana diterangkan bahwa daya daya yang berada di pangkal otak menjelmakan nafsu (instincten). Oleh karenanya pangkal otak disebut “sentralnya nafsu” yakni pikiran yang materialistis, pikiran yang mempunyai obyek ke arah kebendaan semata dan keinginan yang mengandung daya daya kebencian kemurkaan dan sebagainya.

Setelah itu daya daya tadi mengalir ke dalam pusat kemauan yang disebut juga “pusat gerakan” atau motorische centrum lalu mengalir melalui urat syaraf dan akhirnya menuju ke otak untuk melakukan gerakan, perbuatan, tindakan dan semacamnya

Oleh karena daya daya pikiran tadi telah berpadu dengan daya daya nafsu maka daya daya itu mengandung sifat hewaniyah atau anima mentalis, sehingga hasil pemikiran yang demikian dipengaruhi oleh sifat sifat yang serupa dengan hewan.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa segala sesuatu yang didengar oleh telinga, yang dilihat oleh mata, yang dirasakan oleh kulit, yang dikerjakan oleh tangan yang digerakkan oleh kaki, yang terbayang dalam pikiran atau angan angan dan segala macam gerakan tubuh, semuanya itu bercampur dengan nafsu hewan, sebagai akibat proses yang berasal dari daya daya atau elektron bebas yang ditangkap oleh masing masing alat pancaindera yang mengalir dari urat syaraf kedalam otak.

Elektron adalah daya hidup tubuh, yakni tubuh membutuhkan elektron elektron bebas untuk hidupnya atau dengan kata lain: zat hidup harus ada pada elektron. Jadi elektron tidak membutuhkan pertukaran zat hidupnya, oleh karena itu ia memiliki hubungan langsung dengan pusatnya ialah Yang Maha Mutlak, Yang Maha Hidup dan Menghidupkan, yaitu Allah SWT.

Kalau elektron yang berada di dalam tubuh hanya digunakan untuk kebutuhan lahiriyah berupa benda, kekayaan, kemewahan, makan banyak dan enak tanpa diberi kesempatan untuk melakukan hubungan dengan asas pusatnya (Allah SWT), maka elektron tadi akan berontak. Ibarat masyarakat, rakyat dalam suatu negara yang tidak diberi kesempatan melakukan hubungan dengan pemerintah pusatnya, maka rakyat itu akan berontak karena tidak diberi hak asasi atas mereka.

Adalah mafhum belaka bahwa nafsu itu mengandung ajakan yang dapat disamakan dengan instink hewan, antara lain instink lapar instink menghindarkan diri atau mencari perlindungan, instink loba instink tamak, instink berkelahi, berperang, dan semacamnya.

Semua nafsu tersebut adalah berbentuk api yang abstrak yang mengandung ajakan berupa keinginan yang berkobar untuk menyampaikan maksudnya, tak ubahnya bagaikan api yang berkobar untuk menjilat apa saja yang berada di sekitarnya.

Api yang abstrak itu hanya mempunyai hubungan saling menggetar resonansi dengan mahluk yang tersusun dari api yang abstrak, ialah iblis dan setan.

Iblis dan setan menurut kejadiannya berasal dari elektron hidup berujud dari daya daya elektro magnetik, semisal dengan sinar membunuh (dudende snruol?) yang mempunyai gelombang 0,000,0! sampai dengan 0,000,001 Iebih pendek dari gclombang arus Iistrlk tehnik bolak balik, Iebih pendek dari telegraf tanpa kawat, Iebih pendek dari gelombang radio dan sinar cahaya, bahkan lebih pendek dari sinar ultra violet.

Oleh karenanya, siapa yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya akan menjadi korban sinar iblis (setan), pikirannya selalu dikendalikan iblis yang mengajak berbuat buruk dan jahat sesuai dengan sifat yang dimiliki oleh iblis (setan).

Maka untuk mencegah agar nafsu nafsu ahlak bertindak leluasa di dalam tubuh harus senantiasa diusahakan suatu alat yang ampuh untuk menaklukannya ialah dengan daya daya yang mempunyai gelombang yang lebih pendek daripada gelombang Iblis, yaitu Sinar Tuhan “Nurullah”

Sinar Tuhan dapat diperoleh dengan bermacam syarat beribadah antara lain ialah puasa, sehingga dengan otomatis elektron elektron bebas yang berada ditubuh jasmani memanjat ke alam Tuhan. Karena Sinar Tuhan adalah gelombang paling pendek dari semua gelombang dan menembus alam semesta, dalam segala keadaan, termasuk otak manusia.

Sinar Tuhan yang menembus ke dalam otak manusia sanggup menghancur-leburkan gelombang iblis dan setan yang bersarang di dalam otak. Sinar Tuhan yang menembus ke otak manusia, lalu sinar itu diserap oleh badan budi maka akan menimbulkan pikiran disebabkan daya daya dalam otak telah beresonansi dengan Alam Tuhan.

Otak yang berisi Sinar Tuhan dinamakan otak batin yang sanggup mencegah segala kegiatan hawa nafsu (iblis dan setan) sehingga pancaindera dan alat alat tubuh dapat dikendalikan dengan sempurna.

Misalnya mata dapat dicegah dari pandangan yang membawa pengaruh buruk, telinga dapat dicegah dari mendengarkan kata kata yang memberikan pengaruh menimbulkan amarah lisan, dapat pula menahan kata kata buruk, memfitnah dan kata kata yang tidak sedap, kotor menyakitkan hati orang, rasa dengki, iri hati, loba, tamak rakus, takabur, riya dan segala macam tindakan tingkah laku dan gerak gerik yang menjurus kepada kejahatan dapat dihindari.

Jelaslah bahwa melakukan puasa menurut ajaran Islam tidak hanya sanggup menahan lapar dan haus semata, melainkan harus mampu menutup semua pintu pintu alat pancaindera agar tidak kemasukan daya daya iblis dan setan. Sabda Nabi:

“Beberapa banyak orang berpuasa tetapi pusanya tiada berarti kecuali Iapar menahan lapar dan dahaga saja.”

Maksud hadits ini, orang yang berpuasa hanya menahan lapar dari dahaga tetapi tidak dapat mencegah perbuatannya dari pengaruh nafsu iblis dan setan, maka puasanya tidak memperoleh hikmah apa–apa.

Sabdanya lagi: “Siapa yang tidak dapat menahan kata kata buruk dan berbuat buruk maka bagi Allah tiada guna ia menahan lapar dan dahaganya “

Jadi yang dimaksudkan dengan puasa bukan hanya sanggup menahan lapar dan haus saja, tetapi rohaninya (badan halus) harus mampu pula menghalau nafsu nafsu Iblis dan setan yang mengandung ajakan untuk berbuat jahat .

Berkata Umar lbnul Khattab “Perangilah nafsu nafsumu sebelum kamu memerangi musuh musuhmu”. Memerangi hawa nafsu pasti dapat ditundukkan dengan melakukan puasa ialah puasa lahiriyah dan puasa rohaniyah. Puasa lahiriyah yakni menahan makan dan minum, dan Puasa rohaniyah ialah menutup alat pancaindera dan segala macam days days yang menimbulkan nafsu yang berkonotasi kepada perbuatan yang maksiat.


Oleh KH. Bahaudin Mudhari
Share:

3 Des 2010

Wajah Yang Mengundang Kematian

Ketika Sayyid Ahmad al Badawi berada di Thandita di sana banyak para aulia yang sengaja keluar kota karena haybah (takut dan tawadhu) kepadnya. Seperti salah seorang ulama yang bernama Syekh Hasan al Ikhnai yang kemudian menetap di kota Ikhna’i sampai wafat. Perlakuannya sangat berbeda dengan kebanyakan orang, diantaranya apabila memakai sebuah baju, ia tidak akan menggantinya kecuali baju itu telah rusak dan bila memerintahkan sahabatnya (muridnya), tak ada yang berani menolaknya.

Selain itu, Sayyid Ahmad tidak akan menerima tamu kecuali orang yang sudah dikenalinya. Dan jarang, bahkan nyaris tak mau membuka cadarnya kecuali sekali. Dalam sebuah riwayat diceritakan alasannya tak mau membuka cadar. Sudah lama berkumpul dan menimba ilmu kepada Sayyid Ahmad , namun sekalipun Abdul Majid tak pernah melihat wajah gurunya itu. Karenanya, ia meminta kepada gurunya membuka cadarnya.

“Perlihatkan wajahmu kepada ku,” pinta Abdul Majid. Sayyid Ahmad menjawab, “setiap orang yang memandang wajahku akan mati”. “Perlihatkanlah,” kata Abdul Majid lagi. Karena muridnya itu sangat menginginkan melihat wajahnya, dia pun membuka cadarnya. Seketika itu juga Abdul Malik yang menyaksikan wajahnya meninggal dunia.

Sementara itu, Sayyid Ahmad diketahui memiliki banyak karomah. Diantaranya, diceritakan seorang wanita meminta yang anaknya ditangkap orang Perancis dan meminta pertolongan kepadanya (meminta didoakan) agar anaknya selamat. Namun, dengan sekejab anaknya yang ditangkap tadi berada dihadapannya, padahal tangan anak tersebut masih terbelenggu.

Lain lagi dengan cerita seorang laki-laki yang membawa wadah berisi susu. Sayyid Ahmad pun mengisyaratkan kepadanya untuk meletakkan wadah tersebut. Orang itu kemudian mematuhi isyaratnya dan meletakkan wadah susu tersebut. Tak berapa lama keluar dari wadah itu ternyata ada seekor yang keluar dan menyemburkan bisa. Dan banyak lagi karamah yang diriwayatkan berasal pengalaman hidupnya. Sayyid Ahmad al Badawi diketahui wafat pada tahun 665M dan makamnya kemudian banyak diziarahi orang.
Share:

Syekh Abdul Qodir Dan Iblis

Suatu hari syekh Abdul Qodir al Jaelani dan beberapa muridnya sedang dalam perjalanan di padang pasir dengan telanjang kaki. Saat itu bulan Ramadhan dan padang pasirnya panas. Dia mengatakan, “aku sangat haus dan merasa kelelahan”. Sedangkan murid-muridnya berjalan didepan ku. Pada waktu itu, tiba-tiba awan muncul di atas kami, seperti sebuah payung yang melindungi kami dari panasnya matahari.

Didepan kami muncul mata air yang memancar dan sebuah pohon kurma yang terlihat memiliki buah yang banyak dan masak. Akhirnya datanglah sinar berbentuk bulat, lebih terang dari matahari dan berdiri berlawanan dengan arah matahari. Dia berkata, “wahai murid Abdul Qodir, aku adalah Tuhan kalian. Makan dan minumlah karena telah aku halalkan bagi kalian apa yang aku haramkan bagi orang lain!”. Murid-muridku yang berada di depanku berlari kearah mata air itu untuk meminumnya, dan ke arah pohon kurma untuk dimakannya. Aku berteriak, “aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk!”

Awan, sinar, mata air, dan pohon kurma semuanya hilang. Iblis berdiri dihadapan kami dalam rupanya yang paling buruk. Dia bertanya, “bagaimana kamu tahu bahwa itu aku?” Syekh Abdul Qodir mengatakan kepada iblis yang terkutuk yang telah dikeluarkan Allah dari rahmatNya bahwa firman Allah bukan dalam bentuk suara yang dapat didengar oleh telinga ataupun datang dari luar. Lebih lagi aku tahu bahwa hukum Allah tetap dan ditujukan kepada semua. Allah tidak akan mengubahnya ataupun membuat haram menjadi halal bagi siapa yang dikasihiNya.

Mendengar ini, iblis berusaha menggodanya lagi dengan memujinya, “wahai Abdul Qodir,aku telah membodohi tujuh puluh nabi dengan tipuan ini. Pengetahuanmu sungguh luar biasa dan kebijakanmu lebih besar daripada nabi-nabi itu!”. Kemudian menunjuk kepada murid-muridku dan melanjutkan, “hanya sekian banyak orang-orang bodoh saja yang jadi pengikutmu? Seluruh dunia harusnya menjadi pengikutmu Abdul Qodir, karena kamu sebaik seorang nabi”. Aku mengatakan, “aku berlindung darimu kepada Tuhanku yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Karena bukanlah pengetahuanku ataupun kebijakanku yang menyelamatkan aku darimu, tetapi hanya dengan rahmat dari Tuhanku”.
Share:

Indonesia Calon 10 Besar Raksasa Ekonomi Dunia

Laporan terbaru Standard Chartered Research, yang berjudul “The Super-Cycle Report” pada 15 November 2010, cukup mengejutkan. Bank terkemuka internasional itu menilai, dunia tengah berada dalam sebuah kelanjutan periode waktu dari pertumbuhan ekonomi tinggi. China akan menjadi negara adidaya ekonomi dunia pada 2020.

Kekuatan China bakal menggeser Amerika Serikat , yang pada 2010 ini masih menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Negara-negara berkembang akan jadi pendorong utama pertumbuhan. Bahkan, negara-negara berkembang akan dapat melampaui negara maju dengan lebih baik.

Yang mengejutkan adalah masuknya Indonesia dalam jajaran 10 negara terbesar ekonomi dunia. Namun, perhitungan Standard, Indonesia akan masuk urutan kesepuluh pada sepuluh tahun lagi, dengan total PDB USD 3,2 triliun. Masuknya Indonesia ini sebagai akibatnya dari keseimbangan kekuatan global ekonomi yang bergeser tegas dari Barat ke Timur.

“Asia akan mendorong sebagian besar dari pertumbuhan global selama 20 tahun ke depan”, begitu catatan Stanchart. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi China seperti sekarang, akan menjadi 6,9% selama dua dekade mendatang. China akan berkemampuan menyalip Amerika Serikat untuk menyandang status sebagai negara adidaya ekonomi dunia pada 2020.

Total PDB China saat itu sekitar USD 24,6 triliun, meningkat dibanding 2010 yang sebesar USD 5,9 triliun. Sedangkan, PDB Amerika sendiri diperkirakan mencapai USD 23,3 triliun meningkat dibanding 2010 sebesar USD 14,6 triliun. Pertumbuhan ekonomi India naik 9,3% dalam periode yang sama dan mengekori Amerika Serikat sebagai perekonomian terbesar ketiga tahun 2030. PDB India akan mencapai USD 9,6 triliun.

Posisi India langsung melesat, karena pada 2020 negara ini tidak masuk dalam daftar negara terbesar. Selain China dan India, kekuatan baru yang bakal melesat adalah Brazil dan Rusia. Dalam satu dekade lagi, Brazil akan menempati posisi kelima dengan PDB USD 5,1 triliun. Sedangkan, Rusia akan menempati posisi kedelapan dengan PDB USD 3,5 triliun.

Sementara, negara-negara Eropa yang sekarang dikenal sebagai negara industri maju justru turun dari posisi saat ini. Bahkan, Italia dan Kanada justru terpental dari sepuluh besar. Menurut laporan Stanchart itu, peta negara maju dunia selalu berubah tiap dekade. Pada abad 19, awalnya Inggris sebagai negara produktif memimpin secara ekonomi, lalu disusul oleh Amerika Serikat menjelang akhir abad 19.

Namun, pasca era perang dunia, Jepang menjadi negara maju di bidang ekonomi. Sekarang China menjadi negara yang ekonominya paling dinamis, sedangkan India akan menyusul secepatnya. Kemajuan tersebut membuat standar hidup yang diukur dengan pendapatan per kapita akan meningkat sembilan kali lipat di China dan India dalam kurun waktu antara tahun 2000 hingga 2030.

Sedangkan pada 2030, kekuatan ekonomi akan bergeser dari negara Barat ke negara Timur. Sedangkan AS, Uni Eropa dan Jepang yang mewakili 72 persen ekonomi global harus menyusut hanya 29 persen pada 2030. Saat itu, kekuatan ekonomi telah pindah ke kekuatan baru, seperti China, India, Brazil dan Indonesia.
Share:

Langganan Artikel Gratis
Masukan alamat email:

Delivered by FeedBurner

Merasa terbantu oleh blog ini?

Sobat bisa memberikan donasi via PayPal, klik tombol di bawah ini. Terima kasih.

Popular Posts