31 Okt 2010

Meluruskan Pandangan Terhadap Jihad

“Pokok pangkal dari urusan ini adl Islam tiang adl shalat dan puncak yg tertinggi adl jihad.”(1)
Banyak manusia memandang amalan jihad tanpa dilandasi ilmu hingga menyebabkan banyak kekeliruan dan menambah pelik persoalan. Yang paling parah adl muncul penyimpangan yg demikian jauh dari pengertian sebagaimana yg telah dijelaskan oleh para ulama.


Karena itu banyak kita saksikan belakangan ini berbagai tindakan dan aksi tertentu yg langsung atau tdk langsung dapat menimbulkan kerusakan di tengah masyarakat namun oleh para pelaku diklaim sebagai jihad. Padahal Islam sama sekali tdk memerintahkan amalan tersebut. Sebagai contoh kecil sikap suka mengkritisi atau mendiskreditkan pemerintah di depan umum. Bagi para demonstran dari kalangan hizbiyyin sikap kritis terhadap pemerintah merupakan “menu wajib” yg harus dimiliki. Jadilah demonstrasi yg di dlm menjadi ajang utk mencaci maki pemerintah sebagai bagian dari perjuangan mereka yg tdk terlewatkan. Mereka akan menganggap orang2 yg memiliki sikap berseberangan dgn mereka sebagai penjilat ataupun kaki tangan pemerintah. Bahkan tdk jarang mereka menganggap orang yg suka mendoakan kebaikan utk pemerintah sebagai budak pemerintah.

Begitupun dgn amalan lain seperti melakukan pengeboman terhadap tempat-tempat ibadah orang kafir membunuh orang2 kafir dgn bom bunuh diri ataupun merusak fasilitas-fasilitas orang asing yg ada . Semua tindak kedzaliman ini mereka anggap sebagai jihad yg tdk akan muncul sikap demikian bila mereka memahami makna jihad secara benar.

Definisi Jihad
Kata Al-Jihad dgn dikasrah huruf jim asal secara bahasa bermakna yg bermakna kesulitan kesukaran kepayahan.
Sedangkan secara syar’i bermakna: “Mencurahkan segala kemampuan dlm memerangi orang2 kafir atau musuh.”
Berikut beberapa ucapan Ulama Salaf dlm memaknai Al-Jihad.
- Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “ mencurahkan kemampuan pada dan tdk takut krn Allah terhadap celaan orang yg suka mencela.”
- Muqatil rahimahullah berkata: “Beramallah kalian krn Allah dgn amalan yg sebenar-benar dan beribadahlah kepada-Nya dgn ibadah yg sebenar-benarnya.”
- Abdullah ibnul Mubarak rahimahullah berkata:“ melawan diri sendiri dan hawa nafsu.”
Dalam tinjauan syariat Islam jihad juga diistilahkan kepada mujahadatun nafs mujahadatusy syaithan mujahadatul kufar dan mujahadatul munafikin .

Disyariatkan Jihad dan hukumnya
Dalam permasalahan jihad pada dasar manusia terbagi dlm dua keadaan:
1. Keadaan mereka pada masa kenabian
2. Keadaan mereka setelah kenabian

Masa Kenabian
Para ulama sepakat bahwa disyariatkan jihad pertama kali ialah setelah hijrah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah. Setelah itu muncul perselisihan di antara mereka tentang hukum fardhu ‘ain atau fardhu kifayah?
Di dlm Fathul Bari Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Ada dua pendapat yg masyhur di kalangan para ulama. Al-Mawardi dia berkata: “ fardhu ‘ain bagi orang2 Muhajirin saja bukan selain mereka.” Pendapat ini dikuatkan dgn perkara tentang wajib hijrah atas tiap muslim ke Madinah dlm rangka menolong Islam. As-Suhaili dia berkata: “Fardhu ‘ain atas orang2 Anshar saja bukan selain mereka.” Pendapat ini dikuatkan dgn baiat para shahabat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam Al-Aqabah utk melindungi dan menolong Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari dua pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa jihad menjadi fardhu ‘ain atas dua thaifah dan fardhu kifayah atas selain mereka.
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah dan kalangan Asy-Syafi’iyyah sepaham dengan lbh menguatkan pendapat yg menyatakan fardhu kifayah . Beliau berhujjah bahwa dlm peperangan yg terjadi pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada para shahabat yg ikut dan ada pula yg tidak. Kemudian walaupun jihad menjadi kewajiban atas orang2 Muhajirin dan Anshar namun kewajiban ini tdk secara mutlak.
Sebagian berpendapat jihad wajib ‘ain dlm peperangan yg di dlm ada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bukan pada selainnya. Yang benar dlm hal ini ialah jihad menjadi fardhu ‘ain bagi orang yg dipilih oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun ia tdk keluar ke medan tempur.

Masa setelah Kenabian
Pendapat yg masyhur di kalangan ahlul ilmi adl fardhu kifayah kecuali jika ada keadaan mendesak seperti ada musuh yg datang dgn tiba-tiba. Ada pula yg berkata fardhu ‘ain bagi yg ditunjuk oleh imam . Sebagian juga berpendapat wajib selama memungkinkan dan pendapat ini cukup kuat. Namun yg nampak dlm masalah ini adl jihad terus-menerus berlangsung pada jaman kenabian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai sempurna perluasan ke beberapa negara besar dan Islam menyebar di muka bumi kemudian setelah itu hukum seperti yg telah dijelaskan di atas.
Kesimpulan dari masalah ini adalah jihad melawan orang kafir menjadi kewajiban atas tiap muslim baik dgn tangan lisan harta atau dgn hati wallahu a’lam.”
Berikut beberapa ayat dan hadits yg menjelaskan tentang disyariatkan jihad.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

انْفِرُوا خِفَافاً وَثِقاَلاً وَجاَهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ

“Berangkatlah kamu baik dlm keadaan merasa ringan atau berat. Dan berjihadlah dgn harta dan dirimu di jalan Allah.”

يآأَيُّهاَ النَّبِيُّ جاَهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُناَفِقِيْنَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ

“Hai Nabi berjihadlah melawan orang2 kafir dan orang2 munafik itu dan bersikap keraslah terhadap mereka.”

وَجاَهِدُوا فِي اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dgn jihad yg sebenar-benarnya.”

فَلاَ تُطِعِ الْكاَفِرِيْنَ وَجاَهِدْهُمْ بِهِ جِهاَداً كَبِيْراًً

“Maka janganlah kamu mengikuti orang2 kafir dan berjihadlah terhadap mereka dgn Al-Qur’an dgn jihad yg besar.”

يآأَيُّهاَ النَّبِيُّ جاَهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُناَفِقِيْنَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ

“Hai Nabi perangilah orang2 kafir dan orang2 munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka.”
Dalam sebuah hadits yg diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Yaumul Fath : “Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah akan tetapi yg ada ialah jihad dan niat. Dan apabila kalian diminta utk pergi atau berangkat berperang mk pergilah.”
Al-Hafidz rahimahullah berkata: “Pada hadits ini terdapat berita gembira bahwa kota Mekkah akan tetap menjadi negeri Islam selamanya. Di dlm juga terdapat dalil tentang fardhu ‘ain keluar dlm perang bagi orang yg dipilih oleh imam.”
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Apabila imam memerintahkan kepada kalian utk berjihad mk keluarlah. Hal ini menunjukkan bahwa jihad bukanlah fardhu ‘ain akan tetapi fardhu kifayah. Apabila sebagian telah menunaikan gugurlah kewajiban yg lain. Dan jika tdk ada yg melakukan sama sekali berdosalah mereka. Dari kalangan Asy-Syafi’iyyah berpendapat tentang jihad di masa sekarang hukum fardhu kifayah kecuali jika orang2 kafir menyerang negeri kaum muslimin mk jihad menjadi fardhu ‘ain atas mereka. Dan jika mereka tdk memiliki kemampuan yg cukup wajib bagi negeri yg bersebelahan utk membantunya.”
Setelah diketahui bahwa pendapat yg masyhur di kalangan ahlul ilmi tentang hukum jihad pada masa setelah kenabian adl fardhu kifayah berikut adl beberapa keadaan yg menjadikan hukum tersebut berubah menjadi fardhu ‘ain di mana sebagian telah disebut di atas:
1. Apabila bertemu dgn musuh yg sedang menyerang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوا إِذاَ لَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوا زَحْفاً فَلاَ تُوَلُّوْهُمُ اْلأَدْباَرَ. وَمَنْ يٌوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلاَّ مُتَحَرِّفاً لِقِتاَلٍ أَوْ مُتَحَيِّزاً إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بآءَ بِغَضَبٍ مِّنَ اللهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ

“Hai orang2 yg beriman apabila kamu bertemu dgn orang2 kafir yg sedang menyerangmu mk janganlah kamu membelakangi mereka . Barangsiapa yg membelakangi mereka di waktu itu kecuali berbelok utk perang atau hendak menggabungkan diri dgn pasukan yg lain mk sesungguh orang itu kembali dgn membawa kemurkaan dari Allah dan tempat ialah neraka jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.”
Ayat ini menjelaskan tentang tdk boleh seseorang mundur atau berpaling dari menghadapi musuh. Karena yg demikian termasuk perkara terlarang dan tergolong dlm perkara yg membawa kepada kehancuran/ kebinasaan sehingga wajib utk dijauhi. Sebagaimana yg disebut dlm sebuah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yg membawa kepada kehancuran atau kebinasaan.” Para shahabat bertanya: “Apakah ketujuh perkara itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Syirik kepada Allah sihir membunuh jiwa yg diharamkan Allah kecuali dgn sebab yg dibenarkan agama memakan riba memakan harta anak yatim membelot/ berpaling dlm peperangan dan melontarkan tuduhan zina kepada wanita yg terjaga dari perbuatan dosa tdk tahu-menahu dengan dan beriman kepada Allah.”
Dua hal yg diperbolehkan bagi seseorang utk berpaling ketika bertemu dgn musuh:
a. Berpaling dlm rangka mendatangkan kekuatan yg lbh besar atau siasat perang.
b. Berpaling dlm rangka menggabungkan diri dgn pasukan lain utk menghimpun kekuatan.

2. Apabila negeri dikepung oleh musuh. wajib atas penduduk negeri tersebut utk mempertahankan negerinya. Keadaan ini serupa dgn orang yg berada di barisan peperangan. Sebab apabila musuh telah mengepung suatu negeri tdk ada jalan lain bagi penduduk kecuali utk membela dan mempertahankannya. dlm hal ini musuh juga akan menahan penduduk negeri tersebut utk keluar dan mencegah masuk bantuan baik berupa personil makanan dan yg lainnya. Karena itu wajib atas penduduk negeri utk berperang melawan musuh sebagai bentuk pembelaan terhadap negerinya.
3. Apabila diperintah oleh imam. Apabila seseorang diperintah oleh imam utk berjihad hendak ia mentaatinya. Imam dlm hal ini ialah pemimpin tertinggi negara dan tdk disyaratkan ia sebagai imam secara umum bagi kaum muslimin semuanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يآأَيُّهاَ الَّذِيْنَ آمَنُوا ماَ لَكُمْ إِذاَ قِيْلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيْلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى اْلأَرْضِ أَرَضِيْتُمْ بِالْحَياَةِ الدُّنْياَ مِنَ اْلآخِرَةِ فَماَ مَتاَعُ الْحَياَةِ الدُّنْياَ فِي اْلآخِرَةِ إِلاَّ قَلِيْلٌ. إِلاَّ تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَاباً أَلِيْماً وَيَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ وَلاَ تَضُرُّوْهُ شَيْئاً وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Hai orang2 yg beriman apakah sebab apabila dikatakan kepada kamu: ‘Berangkatlah pada jalan Allah’ kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dgn kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal keni’matan hidup di dunia ini di bandingkan dgn kehidupan akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tdk berangkat utk berperang niscaya Allah akan menyiksa kamu dgn siksa yg pedih dan diganti-Nya kamu dgn kaum yg lain dan kamu tdk akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dalam sebuah hadits yg diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha dan dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian diminta utk berangkat berperang mk berangkatlah.”
4. Apabila diperlukan atau dibutuhkan.
Misal dlm hal ini kaum muslimin memiliki senjata berat seperti artileri pesawat atau teknologi tempur lain namun tdk ada yg mampu mengoperasikan kecuali seseorang. mk menjadi fardhu ‘ain atas orang tersebut dgn sebab ia dibutuhkan.
Kesimpulan dari penjelasan di atas jihad menjadi fardhu ‘ain pada empat perkara:
1. Apabila bertemu dgn musuh
2. Apabila negeri dikepung musuh
3. Apabila diperintah oleh imam
4. Apabila diperlukan atau dibutuhkan

Pembagian Jihad
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah membagi jihad menjadi tiga:
1. Jihadun Nafs yaitu menundukkan jiwa dan menentang dlm bermaksiat kepada Allah. Berusaha menundukkan jiwa utk selalu berada di atas ketaatan kepada Allah dan melawan seruan utk bermaksiat kepada Allah. Jihad yg seperti ini tentu akan terasa sangat berat bagi manusia lebih-lebih saat mereka tinggal di lingkungan yg tdk baik. Karena lingkungan yg tdk baik akan melemahkan jiwa dan mengakibatkan manusia jatuh ke dlm perbuatan yg diharamkan Allah juga meninggalkan apa-apa yg diperintahkan-Nya.
2. Jihadul Munafiqin yaitu melawan orang2 munafiq dgn ilmu dan bukan dgn senjata. Karena orang2 munafiq tdk diperangi dgn senjata. Para shahabat pernah meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam utk membunuh orang2 munafik yg telah diketahui kemunafikan kemudian beliau bersabda: “Jangan supaya tdk terjadi pembicaraan oleh orang bahwa Muhammad membunuh sahabatnya.”
Jihad melawan mereka adl dgn ilmu. Oleh krn itu wajib atas kita semua utk mempersenjatai diri dgn ilmu di hadapan orang2 munafiq yg senantiasa mendatangkan syubhat terhadap agama Allah utk menjauhkan manusia dari jalan Allah. Jika pada diri manusia tdk ada ilmu mk syubhat syahwat dan perkara bid’ah yg datang terus-menerus sementara ia tdk mampu menolak dan membantahnya.
3. Jihadul Kuffar yaitu memerangi orang2 kafir yg menentang yg memerangi kaum muslimin dan yg terang-terangan menyatakan kekafiran dgn senjata.
Ibnul Qayyim rahimahullah membagi jihad menjadi empat bagian:
1. Jihadun Nafs
2. Jihadusy Syaithan
3. Jihadul Kuffar
4. Jihadul Munafiqin
Setiap bagian di atas masing-masing memiliki tingkatan-tingkatan. Jihadun Nafs memiliki empat tingkatan:
a. Berjihad melawan diri sendiri dgn cara mempelajari kebenaran dan agama yg hak di mana tdk ada kebahagiaan dan kemenangan dunia dan akhirat kecuali dengan dan bila terluputkan dari akan mengakibatkan sengsara.
b. Berjihad melawan diri sendiri dgn mengamalkan ilmu yg dipelajari. Karena jika hanya sekedar ilmu tanpa amal akan memberi mudharat kepada jiwa atau tdk akan ada manfaat baginya.
c. Berjihad melawan diri sendiri dgn mendakwahkan ilmu yg telah dipelajari dan diamalkan mengajarkan kepada orang yg belum mengetahui. Jika tdk demikian ia akan tergolong ke dlm orang2 yg menyembunyikan petunjuk dan penjelasan yg telah Allah turunkan. Dan ilmu tidaklah bermanfaat serta tdk menyelamatkan dari adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala.
d. Berjihad melawan diri sendiri dgn bersikap sabar ketika mendapatkan ujian dan cobaan baik saat belajar agama beramal dan berdakwah. Barangsiapa telah menyempurnakan empat tingkatan ini ia akan tegolong orang2 yg Rabbani . Karena para ulama Salaf sepakat bahwa seorang alim tdk berhak diberi gelar sebagai ulama yg Rabbani sampai ia mengetahui Al-Haq mengamalkan serta mengajarkannya. Barangsiapa yg berilmu mengamalkan dan mengajarkan ia akan diagungkan di hadapan para malaikat yg berada di langit.
Dalil yg menjelaskan tentang jihadun nafs ini adl sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm hadits Fudhalah bin ‘Ubaid beliau bersabda bersabda:
“Yang disebut mujahid adl orang yg berjihad melawan diri sendiri di jalan Allah.” dan kitab Al-Jami’ Ash-Shahih .
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Ketika jihad melawan musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala yg berada di luar diri sendiri merupakan cabang dari jihad seorang hamba utk menundukkan diri dlm ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mk jihadun nafs lbh diutamakan daripada jihad lainnya. Karena barangsiapa yg tdk mengawali dlm berjihad melawan diri sendiri dgn melakukan apa yg diperintahkan Allah dan menjauhi apa yg dilarang-Nya serta memerangi diri sendiri di jalan Allah tdk mungkin bagi utk dapat berjihad melawan musuh yg datang dari luar. Bagaimana dia mampu berjihad melawan musuh dari luar sementara musuh yg datang dari diri sendiri dapat menguasai dan mengalahkannya?”
Jihadusy Syaithan ada dua tingkatan:
a. Berjihad utk menghalau segala sesuatu yg dilontarkan oleh syaithan kepada manusia berupa syubhat dan keraguan yg dapat membahayakan perkara iman.
b. Berjihad utk menghalau segala apa yg dilemparkan syaithan berupa kehendak buruk dan syahwat. Dari dua tingkatan ini utk tingkatan pertama barangsiapa yg mampu mengerjakan akan membuahkan keyakinan. Dan tingkatan yg kedua akan membuahkan kesabaran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَجَعَلْناَ مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُوْنَ بِأَمْرِناَ لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآياَتِناَ يُوْقِنُوْنَ

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimipin-pemimpin yg memberi petunjuk dgn perintah Kami ketika mereka sabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat kami.”
Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan bahwa kepemimpinan dlm agama hanya akan diperoleh dgn kesabaran dan keyakinan. Sabar akan menolak syahwat dan kehendak buruk adapun keyakinan akan menolak keraguan dan syubhat.
Dalil yg menjelaskan tentang jihadusy syaithan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ الشَّيْطاَنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُوْنُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ

“Sesungguh syaithan itu adl musuh bagimu mk jadikanlah ia sebagai musuh krn sesungguh syaithan itu hanya mengajak golongan supaya mereka menjadi penghuni neraka yg menyala-nyala.”
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Perintah Allah dlm ayat ini agar menjadikan syaithan sebagai musuh menjadi peringatan akan ada keharusan mencurahkan segala kemampuan dlm memerangi syaithan berjihad melawannya. Karena syaithan itu bagaikan musuh yg tdk mengenal putus asa lesu dan lemah dlm memerangi dan menggoda seorang hamba dlm selang beberapa nafas.”
Jihadul Kuffar wal Munafiqin ada empat tingkatan:
a. Berjihad dgn hati
b. Berjihad dgn lisan
c. Berjihad dgn harta
d. Berjihad dgn jiwa
Dalil yg menjelaskan tentang bagian ketiga dan keempat ini adl firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يآأَيُّهاَ النَّبِيُّ جاَهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُناَفِقِيْنَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ

“Hai Nabi berjihadlah melawan orang2 kafir dan orang2 munafik itu dan bersikap keraslah terhadap mereka.”
Jihad melawan kaum kuffar lbh dikhususkan dgn tangan sedangkan melawan kaum munafiq lbh dikhususkan dgn lisan.
Bagian berikut adl jihad melawan kedzaliman bid’ah dan kemungkaran. Terdapat tiga tingkatan:
a. Berjihad dgn tangan apabila mampu jika tdk mk berpindah kepada yg berikutnya
b. Berjihad dgn lisan jika tdk mampu berpindah kepada yg berikutnya
c. Berjihad dgn hati
Dalil yg menjelaskan tentang bagian akhir ini adl hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa melihat kemungkaran hendak ia ubah dgn tangannya. Jika tdk mampu mk dgn lisan dan jika tdk mampu mk dgn hati. Yang demikian itu adl selemah-lemah iman.”
Dari semua tingkatan dlm jihad yg tersebut di atas terkumpullah tiga belas tingkatan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan dlm sebuah hadits yg bersumber dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
“Barangsiapa yg meninggal dan belum berperang serta tdk pernah terbersit dlm diri meninggal di atas satu bagian dari nifaq.”
Kemudian Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan tdk sempurna jihad seseorang kecuali dgn hijrah. Dan tdk akan ada hijrah dan jihad kecuali dgn iman. orang2 yg mengharap rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka adl yg mampu menegakkan tiga hal tersebut yaitu iman hijrah dan jihad.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيْلِ اللهِ أُولَئِكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَةَ اللهِ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

“Sesungguh orang2 yg beriman orang2 yg berhijrah dan berjihad di jalan Allah mereka itu mengharap rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Sebagaimana iman merupakan kewajiban atas tiap orang mk wajib atas pula utk melakukan dua hijrah pada tiap waktu yaitu hijrah kepada Allah dgn tauhid ikhlas inabah tawakkal khauf raja’ mahabbah dan hijrah kepada Rasul-Nya dgn mutaba’ah menjalankan perintah membenarkan segala berita yg datang dari dan mengedepankan perkara dan berita yg datang dari beliau atas selainnya.
Manusia yg paling sempurna di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala ialah yg menyempurnakan seluruh tingkatan jihad di atas. Mereka berbeda-beda tingkatan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dgn penempatan diri mereka terhadap tingkatan jihad tersebut. Oleh krn itu manusia yg paling sempurna dan mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala adl penutup para Nabi dan Rasul yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena beliau telah menyempurnakan seluruh tingkatan jihad yg ada dan beliau telah berjihad dgn jihad yg sebenar-benarnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melakukan jihad sejak awal diutus hingga wafat baik dgn tangan lisan dan hati serta hartanya.
Wallahu a’lam.

(1) Isyarat kepada hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari shahabat Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku beritahukan kepadamu tentang pokok pangkal dari semua urusan tiang dan puncak yg tertinggi?” Aku berkata: “Ya wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Pokok pangkal dari urusan ini adl Islam tiang adl shalat dan puncak yg tertinggi adl jihad.”
Share:

Fakta Ajaib Tubuh Manusia

Ketika kita melihat orang beratraksi debus, mungkin kita akan berkata kurang lebih "waaaaaw hebaaaattt dan ajaibnya tubuh orang itu?". Hmmmm, kenapa memuji orang, tubuh kita pun punya keajaiban-keajaiban yang mungkin kelihatan sepele tapi sangat luar biasa. Makanya syukurilah pemberian Tuhan ini, jangan mengeluh letoy lah cebol lah cungkring lah, hehe...


Berikut adalah FAKTA ajaib tentang tubuh kita:


~Percaya, tidak percaya, tapi kita bisa tetap hidup bahkan setelah limpa kecil, perut, salah satu ginjal ,satu paru-paru, 75% hati, dan 80% usus besar kita diangkat

~Setiap menit, 300juta sel dalam tubuh kita mati dan digantikn dengan yang baru. Walau terdengar banyak, tapi jumlah ini hanya 0.0001% dari semua sel yang digantikn tubuh kita setiap harinya

~Untuk mengeluarkn satu kata saja, tubuh kita harus menggerakkan 72 otot yang berbeda, wow!

~Otot lidah adalah ternyata otot terkuat ditubuh kita

~Tulang paha kita lebih kuat dari beton!

~Saat bersin, seluruh organ dan sistem tubuh kita(bahkan jantung!) berhenti berfungsi

~Tanpa ludah, kita gak bakal bisa merasakn makanan yang kita makan

~Otot yang membuat mata berkedip adalah otot tercepat ditubuh kita. Otot ini bisa berkedip 5x dalam sedetik, (dalam sehari kita bisa 15.000 kali berkedip)

~Kuku dijari tangan tumbuh 4x lebih cepat dibandingkn kuku kaki. Dan kuku jari tengah tangan adalah yang tumbuh paling cepat

~Paru-paru kiri berukuran lebih kecil dibandingkn yang kanan supaya ada tempat untuk menaruh jantung

~Saat cemberut, kita 'memaksa' 43 otot tubuh kita bekerja. Tapi kita hanya perlu 17 otot untuk menampilkan seulas senyum, pantesan awet muda,, ^_^

~Satu-satunya bagian tubuh kita yang tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri adalah gigi

~Dalam 24 jam, kita bernafas 23.040 kali

~Kecuali dibakar, rambut manusia hampir tidak mungkin bisa dihancurkan. Rambut yang keliatan rapuh itu tidak bisa dihancurkan oleh udara dingin, perubahan iklim, dan air. Rambut bahkan bisa bertahan menghadapi beberapa jenis larutan asam dan bahan perusak kimia...
Share:

30 Okt 2010

Jalan Masuk Neraka Itu Sulit

Salaaam,,,lagu bang Haji Rhoma bilang “Kenapa yang enak-enak itu yang dilarang?”. Lagu itu memang bener sih, tapi menurut saya yang enak itu adalah “alatnya” untuk masuk neraka. Lain hal dengan jalannya masuk neraka, itu sulit. Haaaaaahhhhh? Gak percaya? Ya memang begitulah. Itulah bukti bahwa Tuhan sangat sayang kepada hambaNya.

Tuhan selalu mencoba hambaNya dengan ujian. Tuhan membentuk manusia menjadi hamba terbaik, dengan cobaan-cobaan. Agar kita sebagai manusia selalu meminta kepadaNya, dan kembali ke jalan yang benar, yaitu jalan yang lurus tidak bengkok. Biar bisa menikmati surga.

Kita sebagai hambaNya, manusia, adalah yang paling baik diantara ciptaan-ciptaanNya yang lain. Ibarat benda, kita ini diciptakan Allah sebagai benda tarcanggih, sebut saja robot yang mahal dan luar biasa. Jika robot sudah mulai rusak, maka sang pencipta robot “membongkar” nya lagi, di permak lagi agar kerusakan itu hilang.

Jika masih saja rusak, dan tak ada jalan lagi untuk diperbaiki, maka robot itu di daur ulang menjadi benda yang berguna kembali. Misal, elemen-elemennya dijadikan komputer. Tapi komputer itu kembali rusak, dan tidak bisa diperbaiki lagi, maka di rubah lagi menjadi televisi. Televisi itu rusak lagi, hingga akhirnya hanya menjadi tabung kosong yang tak terpakai lagi dan dibuang kesampah.

Nah seperti itulah gambaran Tuhan menguji manusia, dengan proses yang sangat panjang, agar kita manusia terus menjadi berguna setelah berbuat salah (berdosa). Nah ada saja manusia yang terus di uji tapi tetap saja bebal dan terus rusak, manusia itulah yang seperti tabung kosong tak berguna, yang dibuang kesampah. Yang mana sampah inilah yang kita bilang sebagai NERAKA.

Tak dapat kita bayangkan kasih sayang Tuhan kepada kita. Dijadikannya proses (jalan) masuk neraka itu sulit, dengan berbagai kemelut. Maka akan sangat rugilah manusia yang sudah diberi kemudahan menuju surga, tapi tetap saja masuk neraka. Nah berikut adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia dalam jalannya menuju neraka :

1. Dosa baru dicatat jika manusia telah mengerjakannya, jika hanya niat maka belum dicatat. Lain lagi dengan pahala, walau hanya niat, pahala tetap dicatat, jika dikerjakan maka pahala bertambah menjadi sepuluh kali lipat.
2. Jika ingin mabuk, orang harus keluar duit. Bila tak ada duit orang tersebut mencuri, tapi bila gagal akan bonyok, dan berakhir di penjara minimal 5 tahun.
3. Jika tak sholat/beribadah, orang tersebut akan mengalami kerugian karena tidak ada jalan rejeki menghinggapinya.
4. Orang yang kikir akan sangat pusing dan bingung kemana dia akan menyimpan uangnya dengan aman dan tak ketauan. Hidupnya terus dihantui bayangan bila ada orang yang ambil uangnya walau hanya 100 perak.
5. Orang pendendam akan terus sakit hati, jika melihat orang yang dibencinya selalu bahagia. Apalagi orang yang dibencinya punya hoki gede, bisa dibayangkan orang pendendam hidup sepanjang hayat dengan borok dihatinya.
6. Orang yang iri hati, akan terus keluar duit, karena lihat tetangga beli barang baru terus, sampe-sampe dia harus ngutang, dan dikejar rentenir, hiiiiiiiiiiiiiii takuuuuuuutt...:-)
7. Orang yang seneng zina harus rela, “barangnya” diamputasi karena kena penyakit yang aneh,haha...
8. Orang yang nikmatin narkoba juga harus selalu mengocek kantong lebih dalam untuk dapetin narkoba. Kan narkoba dah langka, mungkin...
9. Koruptor terus hidup dibayang-bayangi akan kemunculan “hantu” KPK..hehe
10. Jadi pembohong pun tak enak, jika dia hampir mampus beneran pun tetep dikira orang bohongan.

Hah, sudah jelas kaaan, masuk neraka itu sulit, ngapain menuju jalan neraka? Sudah nampak jelas, jalan masuk surga itu gampang kok...
Share:

Kedahsyatan Letusan Gunung Krakatau 1883

Salaaam,, siapa sih yang enggak tau tentang cerita meletusnya gunung Krakatau. Meski gunung tersebut sekarang sudah tidak ada, tapi peninggalannya masih bisa kita lihat, gunung Anak Krakatau. Gunung Anak Krakatau pun sampai saat ini masih mewarisi kedahsyatan orang tuanya, kita lihat di berita-berita kabar meletusnya gunung Anak Krakatau tahun 2007 lalu.

Pada tanggal 26 dan 27 Agustus tahun 1883, gunung Krakatau meletus sekitar pukul 9.58 pagi. Letusan tersebut meluluh lantakkan daerah pesisir Sumatera Selatan dan Jawa Barat (Banten). Mengakibatkan gelombang tsunami setinggi 25 meter. Wah saingan tsunami Aceh. Letusan terdahsyat tercatat tanggal 27 Agustus.

Di tanggal 27 Agustus inilah terjadi tiga letusan yang super dahsyat. Letusan inilah yang menenggelamkan pulau Rakata, pulau tempat gunung Krakatau berada. Di bekas pulau inilah terbentuk kawah berdiameter 6 kilometer dan sedalam 270 meter, hingga akhirnya tenggelam, dan terbentuk lah gunung Anak Krakatau.

Abu halus akibat letusan menyebar seluas 260 juta Km2 . Gundukan batu apung yang tebal menghambat pelayaran di daerah tersebut selama 5 bulan setelah letusan. Setahun kemudian ditemukan mayat juga batu apung tersebut di pantai Afrika. Konon, pihak kolonial Belanda membeli 200.000 liter bensin untuk membakar mayat-mayat yang tak bisa dikubur. Sekitar 30.000 lebih orang tewas. Letusan ini adalah dentuman terkuat yang pernah didengar oleh telinga manusia. Bunyinya tercatat hingga sejauh 4800 kilometer di pulau Rodriguez di samudera Hindia, dan sejauh 3200 kilometer di sungai Elsey, Australia Utara.

Jendela kaca yang berada di radius 150 kilometer dari letusan hancur berkeping-keping. Gelombang kejut di atmosfer tercatat mengelilingi bumi sebanyak tujuh kali. Barometer di Eropa dan Amerika Serikat mencatat tekanan yang signifikan pada alunan (osilasi) selama 9 hari setelah letusan. Awan panas menjulang setinggi 80 kilometer ke langit, dan dilihat sebagai awan hitam sampai ke Eropa.

Jumlah energi yang dilepaskan gunung tersebut sebesar 200 megaton bahan peledak. Seperti diketahui 1 megaton saja setara dengan energi sebesar 4,185,000,000,000,000 joule. Dengan energi listrik 25 joule saja bisa membuat lumpuh tubuh manusia. Sungguh sangat dahsyat letusan gunung tersebut, hingga seantero dunia pun ketakutan dibuatnya.

Tidak ada kata lagi untuk mengungkapkan keheranan kita, kecuali SUBHANALLAH. Betapa besar kuasaNya. Dia cukup hanya “menyentuh” sedikit dengan jariNya ke gunung Krakatau dan hancur lebur lah gunung tersebut. Tidak kah kita sadar bahwa kita hanya kecil dihadapanNya, tapi tetap saja kita sering kali sombong...

Inilah gunung Krakatau Sebelum dan Sesudah letusan

Share:

28 Okt 2010

Kedudukan Wanita Dalam Islam

Muslimah.or.id-Berikut ini adalah jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam majalah Al-Jail di Riyadh (Arab Saudi) tentang kedudukan wanita dalam Islam yang disampaikan oleh Syaikh Ibnu Baz.

Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi dan Rasul yang paling mulia, kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada siapa saja yang meniti jalannya sampai hari pembalasan.

Sesungguhnya wanita muslimah memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam dan pengaruh yang besar dalam kehidupan setiap muslim. Dia akan menjadi madrasah pertama dalam membangun masyarakat yang shalih, tatkala dia berjalan di atas petunjuk Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Karena berpegang dengan keduanya akan menjauhkan setiap muslim dan muslimah dari kesesatan dalam segala hal.

Kesesatan dan penyimpangan umat tidaklah terjadi melainkan karena jauhnya mereka dari petunjuk Allah dan dari ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul-Nya. Rasulullah bersabda, “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, di mana kalian tidak akan tersesat selama berpegang dengan keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam al-Muwaththa’ kitab Al-Qadar III)

Sungguh telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an betapa pentingnya peran wanita, baik sebagai ibu, istri, saudara perempuan, mapun sebagai anak. Demikian pula yang berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Adanya hal-hal tersebut juga telah dijelaskan dalam sunnah Rasul.

Peran wanita dikatakan penting karena banyak beban-beban berat yang harus dihadapinya, bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh pria. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap kepadanya. Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan ayah. Ini disebutkan dalam firman Allah,

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (QS. Luqman: 14)

Begitu pula dalam firman-Nya, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf: 15)

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari, Kitab al-Adab no. 5971 juga Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah no. 2548)

Dari hadits di atas, hendaknya besarnya bakti kita kepada ibu tiga kali lipat bakti kita kepada ayah. Kemudian, kedudukan isteri dan pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa seseorang (suami) telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Allah berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian.” (QS. Ar-Rum: 21)

Al-Hafizh Ibnu Katsir -semoga Alah merahmatinya- menjelaskan pengertian firman Allah: “mawaddah wa rahmah” bahwa mawaddah adalah rasa cinta, dan rahmah adalah rasa kasih sayang.

Seorang pria menjadikan seorang wanita sebagai istrinya bisa karena cintanya kepada wanita tersebut atau karena kasih sayangnya kepada wanita itu, yang selanjutnya dari cinta dan kasih sayang tersebut keduanya mendapatkan anak.

Sungguh, kita bisa melihat teladan yang baik dalam masalah ini dari Khadijah, isteri Rasulullah, yang telah memberikan andil besar dalam menenangkan rasa takut Rasulullah ketika beliau didatangi malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama kalinya di goa Hira’. Nabi pulang ke rumah dengan gemetar dan hampir pingsan, lalu berkata kepada Khadijah, “Selimuti aku, selimuti aku! Sungguh aku khawatir dengan diriku.” Demi melihat Nabi yang demikian itu, Khadijah berkata kepada beliau, “Tenanglah. Sungguh, demi Allah, sekali-kali Dia tidak akan menghinakan dirimu. Engkau adalah orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim, senantiasa berkata jujur, tahan dengan penderitaan, mengerjakan apa yang belum pernah dilakukan orang lain, menolong yang lemah dan membela kebenaran.” (HR. Bukhari, Kitab Bad’ al-Wahyi no. 3, dan Muslim, Kitab al-Iman no. 160)

Kita juga tentu tidak lupa dengan peran ‘Aisyah. Banyak para sahabat, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, menerima hadits darinya berkenaan dengan hukum-hukum agama.

Kita juga tentu mengetahui sebuah kisah yang terjadi belum lama ini berkenaan dengan istri Imam Muhammad bin Su’ud, raja pertama kerajaan Arab Saudi. Kita mengetahui bahwa isteri beliau menasehati suaminya yang seorang raja itu untuk menerima dakwah Imam al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab. Sungguh, nasehat isteri sang raja itu benar-benar membawa pengaruh besar hingga membuahkan kesepakatan antara Imam al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Imam Muhammad bin Su’ud untuk menggerakkan dakwah. Dan -alhamdulillah— kita bisa merasakan hasil dari nasehat istri raja itu hingga hari ini, hal mana aqidah merasuk dalam diri anak-anak negeri ini. Dan tidak bisa dipungkiri pula bahwa ibuku sendiri memiliki peran dan andil yang besar dalam memberikan dorongan dan bantuan terhadap keberhasilan pendidikanku. Semoga Allah melipat gandakan pahala untuknya dan semoga Allah membalas kebaikannya kepadaku tersebut dengan balasan yang terbaik.

Tidak diragukan bahwa rumah yang penuh dengan rasa cinta, kasih dan sayang, serta pendidikan yang islami akan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Dengan izin Allah seseorang yang hidup dalam lingkungan rumah seperti itu akan senantiasa mendapatkan taufik dari Allah dalam setiap urusannya, sukses dalam pekerjaan yang ditempuhnya, baik dalam menuntut ilmu, perdagangan, pertanian atau pekerjaan-pekerjaan lain.

Kepada Allah-lah aku memohon semoga Dia memberi taufik-Nya kepada kita semua sehingga dapat melakukan apa yang Dia cintai dan Dia ridhai. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan sahabat-sahabatnya. (Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Baz III/348)

Tidak Suka Dengan Kelahiran Anak Wanita Termasuk Perilaku Jahiliyah

Tanya: Pada zaman ini, kita sering mendengar perkara-perkara yang biasa menjadi bahan perdebatan orang karena ganjilnya. Di antaranya mungkin kita pernah mendengar sebagian orang mengatakan, “Kami tidak suka menggauli istri kami jika yang lahir adalah anak perempuan.” Sebagian lagi mengatakan kepada istrinya, “Demi Allah, jika engkau melahirkan anak perempuan, saya akan menceraikanmu.” -Kita berlepas diri dari orang-orang seperti itu-. Sebagian dari wanita ada yang mendapatkan perlakuan semacam itu dari suaminya. Mereka merasa gelisah dengan perkataan suaminya yang seperti itu. Bagaimana dan apa yang mesti mereka perbuat terhadap perkataan suami seperti itu? Apa nasehat Syaikh dalam masalah ini?

Jawab: Saya yakin apa yang dikatakan saudara penanya adalah sesuatu yang sangat jarang terjadi. Saya tidak habis pikir, bagaimana ada seorang suami yang kebodohannya sampai pada taraf seperti itu; mengultimatum akan menceraikan isterinya jika anak yang dilahirkannya anak perempuan. Lain masalahnya, kalau sebenarnya dia sudah tidak suka dengan isterinya, kemudian ingin menceraikannya dan menjadikan masalah ini sebagai alasan agar dapat menceraikannya. Jika ini masalah yang sebenarnya; dia sudah tidak bisa bersabar lagi untuk hidup bersama isterinya, dan telah berusaha untuk tetap hidup berdampingan dengannya akan tetapi tidak berhasil; jika ini masalah yang sebenarnya, hendaknya dia mencerai istrinya dengan cara yang jelas, bukan dengan alasan seperti itu.

Karena perceraian dibolehkan asalkan dengan dengan alasan yang syar’i. Akan tetapi, meskipun demikian, kami menasehatkan kepada para suami yang mendapatkan hal-hal yang tidak disukai pada diri isterinya agar bersabar, sebagaimana yang difirmankan Allah, “Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka (isteri-isteri kamu), (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 19)

Adapun membenci anak perempuan, tidak diragukan bahwa itu merupakan perilaku jahiliyah, dan di dalamnya terkandung sikap tasakhuth (tidak menerima) terhadap apa yang telah menjadi ketetapan dan takdir Allah. Manusia tidak tahu, mungkin saja anak-anak perempuan yang dimilikinya akan lebih baik baginya daripada mempunyai banyak anak laki-laki. Berapa banyak anak-anak perempuan justru menjadi berkah bagi ayahnya baik semasa hidupnya maupun setelah matinya. Dan berapa banyak anak-anak lelaki justru menjadi bala dan bencana bagi ayahnya semasa hidupnya dan tidak memberi manfaaat sedikit pun setelah matinya.


Rujukan:
Fatawa Ulama al-Balad al-Haram hal. 519.
Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Baz (III/348).


Sumber: Majalah Fatawa
Share:

26 Okt 2010

Keistimewaan Wanita Dimata Islam

Salaaam,,,kalau ada yang bilang wanita muslimah adalah wanita yang paling menderita di muka bumi, maka orang itu sangat bodoh, karena hanya melihat semua yang dibebani islam kepada wanita saja, tanpa memikirkan sebab dan akibat kenapa islam membebankan sesuatu yang berat kepada wanita. Beban itu adalah menjadi wanita yang sholehah. Padahal hal itu sangat mudah jika dilakukan dengan ikhlas dan dengan hati bersih,hehe.. Sekarang kita lihat apa saja keistimewaan wanita dalam Islam:


1. Wanita itu Cantik

2. Wanita yang solehah ( baik ) itu lebih baik daripada 1000 lelaki yang soleh.

3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seperti orang yang senantiasa menangis Karena takut Allah SWT dan orang yang takut Allah SWT akan diharamkan api neraka keatas tubuhnya.

4. Barang siapa yang membawa hadiah ( barang, makanan dari pasar kerumah ) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedakah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barang siapa yang menyukai akan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S

5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya, akan tinggal bersama aku ( Rasulullah SAW ) di dalam surga.

6. Barang siapa yang mempunyai tiga anak perempuan atau tiga Saudara perempuan atau dua Saudara perempuan , lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggung jawab, maka baginya adalah surga.

7. Dari Aisyah r.a. "Barang siapa yang diuji dengan sesuatu dari anak-anak perempuannya lalu dia berbuat baik kepada mereka , maka mereka akan menjadi penghalang baginya api neraka."

8. Surga itu di bawah telapak kaki ibu.

9. Apabila memanggilmu dua orang ibu bapamu maka jawablah panggilan ibumu dahulu.

10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga . Masuklah dari manapun pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.

11. Wanita yang taat pada suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristigfar baginya selama dia taat kepada suaminya dan rekannya ( serta menjaga sembahyang dan puasanya ).

12. Aisyah r.a. berkata " aku bertanya pada rasulullah SAW, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda "suaminya". Siapa pula berhak terhadap lelaki?" jawab Rasulullah SAW "Ibunya"

13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat pada suaminya, masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki

14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah SWT memasukkan dia kedalam surga lebih dahulu daripada suaminya ( 10.000 tahun )

15. Apabila seorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristigfarlah para malaikat untuknya. Allah SWT mencatatkan baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1000 kejahatan.

16. Apabila seorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah SWT mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah SWT

17. Apabila seorang perempuan melahirkan anak, keluarlah ia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkan

18. Apabila telah lahir ( anak ) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan dari susunya diberi satu kebajikan

19. Apabila semalaman ( ibu ) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah SWT memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah SWT.

20. Do'a wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah SAW akan hal tersebut, jawab baginda : " Ibu lebih penyayang daripada Bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia.


Sumber
Share:

25 Okt 2010

Kisah Jamaah Haji : Pertolongan Datang Sesaat Setelah Membaca Ayat Kursi

Tribunnews-Setiap orang yang memasuki kota ini diyakini akan mendapatkan balasan atau teguran secara langsung atas amal ataupun dosa yang dilakukan. Hal-hal yang aneh, ajaib, dan tidak masuk akal kerap dialami jamaah calon haji (calhaj) saat berada di kota mulia ini. Malam Senin (18/10/2010), misalnya, seorang ibu masih menggigil kedinginan, ketika tiba di kantor Daerah Kerja Madinah. Calhaj asal Jawa Tengah itu, tidak tahu jalan pulang ke pemondokannya. Ia tersesat setelah melakukan salat Isya di Masjid Nabawi.

Petugas haji berkali-kali membujuk sang ibu agar mau makan biar bisa minum obat. Tapi si ibu menggeleng saja. Ia memilih tiduran di sofa, menelungkupkan badannya yang demam.

"Tadi saya sudah minum obat. Saya maunya disuntik saja agar cepat sembuh," kata ibu berusia 53 tahun itu.

Sang ibu pergi ke tanah suci sendirian. Suaminya telah meninggal dunia. Ini merupakan hari keempat ibu asal Boyolali itu berada di Madinah. Ia mengaku mulai sedikit hafal jalan dari hotel tempatnya menginap menuju Masjid Nabawi.

Malam itu ia pergi ke masjid untuk salat Maghrib dan Isya bersama teman-teman serombongan. Namun setelah salat ia terpisah dari sang kawan.

"Saya sudah berjalan jauh sekali. Ke sana ke mari. Mungkin ada kalau satu jam. Saya melewati jurang-jurang banyak sekali. Tebing-tebing curam, saya takut sekali," cerita sang ibu kepada MCH dalam mobil saat diantar pulang menuju pemondokannya.

Calhaj asal Boyolali itu lantas terus-terusan berdoa. Ia membaca ayat kursi memohon pada Allah agar diberikan keselamatan. Dan doa itu dikabulkan oleh Allah. Tidak lama kemudian muncul orang yang menolong ibu paruh baya tersebut.

"Setelah saya membaca ayat kursi tiba-tiba ada laki-laki yang menolong saya.Saya diantar ke kantor tadi (Daker). Dia baik sekali bahkan tidak mau saya bayar," kata si ibu.

Setelah sampai ke pemondokannya si ibu pun menyatakan akan terus berdoa dan meminta ampunan pada Allah atas dosa tertentu yang mungkin pernah dilakukan. "Katanya kalau di Mekkah atau Madinah itu seperti ujian bagi kita, kita diuji dengan mendapat teguran langsung atas salah kita," kata si ibu.

Kisah aneh lainnya dialami seorang jamaah asal Jakarta. Pria itu masih gagah,umurnya baru 53 tahun. Awalnya ia sangat yakin tidak akan tersesat untuk pulang ke pemondokannya. Namun usai salat asar, ia hanya muter-muter tidak menemukan pemondokan yang dicarinya. Ia bahkan terpisah dari sang istri.

"Tadi ke sini sama istri saya. Saya yakin nggak tersesat soalnya pemondokannya sangat dekat. Tapi setelah saya jalan kok tidak ketemu juga, Istri saya juga nggak tahu sekarang ada di mana. Saya mungkin ditegur karena terlalu percaya diri," kisah calhaj asal Jakarta tersebut.

Sang bapak pun akhirnya ditolong petugas haji dan diantarkan ke pemondokan.
Share:

24 Okt 2010

Toleransi Dalam Beragama Menurut Islam

Toleransi (Arab: as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu, merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam.

Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-fakta historis itu menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing. Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka. Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan pengayaan-pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi praktik kesejarahan dalam masyarakat Islam.

Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam. Makalah berikut akan mengulas pandangan Islam tentang toleransi. Ulasan ini dilakukan baik pada tingkat paradigma, doktrin, teori maupun praktik toleransi dalam kehidupan manusia.

Konsep Toleransi Dalam Islam

Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya, ““dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”

Di bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya: “Sesungguhnya ini adalah umatmu semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah olehmu sekalian akan Daku (saja). Ayat ini menegaskan bahwa pada dasarnya umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih keyakinannya masing-masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan keyakinan mereka sekalipun Islam juga menjelaskan “sesungguhnya telah jelas antara yang benar dari yang bathil”.

Selanjutnya, di Surah Yunus Allah menandaskan lagi, yang artinya: “Katakan olehmu (ya Muhamad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun sawā atau common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak pula memperserikatkan-Nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai “tuhan-tuhan” selain Allah!” Ayat ini mengajak umat beragama (terutama Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan menghindari perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini juga mengajak untuk sama-sama menjunjung tinggi tawhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu ‘menjauhi konflik’.

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, “Al-khalqu kulluhum ‘iyālullāhi fa ahabbuhum ilahi anfa’uhum li’iyālihi” (“Semu makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”).

Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di lanit kepadamu). Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan.

Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.

Sikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan juga muncul dalam sejumlah Hadis dan praktik Nabi. Bahkan sikap ini dianggap sebagai bagian yang melibatkan Tuhan. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dalam Syu’ab al-Imam, karya seorang pemikir abad ke-11, al-Baihaqi, dikatakan: “Siapa yang membongkar aib orang lain di dunia ini, maka Allah (nanti) pasti akan membongkar aibnya di hari pembalasan”.

Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa umat manusia adalah satu badan, dan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menajdi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.

Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini. Dalam hal ini, al-Qur’an menyatakan yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu ke arah agama menurut cara (Alla); yang alamiah sesuai dengan pola pemberian (fitrah) Allah, atas dasar mana Dia menciptakan manusia…”

Mufassir Baidhawi terhadap ayat di atas menegaskan bahwa kalimat itu merujuk pada perjanjian yang disepakati Adam dan keturunanya. Perjanjian ini dibuat dalam suatu keadaan, yang dianggap seluruh kaum Muslim sebagai suatu yang sentral dalam sejarah moral umat manusia, karena semua benih umat manusia berasal dari sulbi anak-anak Adam. Penegasan Baidhawi sangat relevan jika dikaitkan dengan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Nabi ditanya: “Agama yang manakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab “agama asal mula yang toleran (al-hanîfiyyatus samhah).

Dilihat dari argumen-argumen di atas, menunjukkan bahwa baik al-Qur’an maupun Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi dalam artinya yang penuh. Ini jelas berbeda dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi di barat lahir karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa kemanusiaan sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik nadir. Latar belakang itu menghasilkan kesepakatan-kesepakatan di bidang Toleransi Antar-agama yang kemudian meluas ke aspek-aspek kesetaraan manusia di depan hukum.

Lalu, apa itu as-samahah (toleransi)? Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain:

1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
3. Kelemah lembutan karena kemudahan
4. Muka yang ceria karena kegembiraan
5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
7. Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa keberatan.

Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik itu merupakan [a] Inti Islam, [b] Seutama iman, dan [c] Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq). Dalam konteks ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda. Artinya: “Sebaik-baik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur, ditanyakan: Apa hati yang mahmum itu? Jawabnya : 'Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki'. Ditanyakan: Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?. Jawabnya : 'Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat'. Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu? Jawabnya : 'Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."

Dasar-dasar al-Sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba-meliputi. Baik lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, dari dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh).

Toleransi Dalam Praktik Sejarah Islam

Sejarah Islam adalah sejarah toleransi. Perkembangan Islam ke wilayah-wilayah luar Jazirah Arabia yang begitu cepat menunjukkan bahwa Islam dapat diterima sebagai rahmatal lil’alamin (pengayom semua manusia dan alam semesta). Ekspansi-ekspansi Islam ke Siria, Mesir, Spanyol, Persia, Asia, dan ke seluruh dunia dilakukan melalui jalan damai. Islam tidak memaksakan agama kepada mereka (penduduk taklukan) sampai akhirnya mereka menemukan kebenaran Islam itu sendiri melalui interaksi intensif dan dialog. Kondisi ini berjalan merata hingga Islam mencapai wilayah yang sangat luas ke hampir seluruh dunia dengan amat singkat dan fantastik.

Memang perlu diakui bahwa perluasan wilayah Islam itu sering menimbulkan peperangan. Tapi peperangan itu dilakukan hanya sebagai pembelaan sehingga Islam tak mengalami kekalahan. Peperangan itu bukan karena memaksakan keyakinan kepada mereka tapi karena ekses-ekses politik sebagai konsekuensi logis dari sebuah pendudukan. Pemaksaan keyakinan agama adalah dilarang dalam Islam. Bahkan sekalipun Islam telah berkuasa, banyak agama lokal yang tetap dibolehkan hidup.

Demikianlah, sikap toleransi Islam terhadap agama-agama dan keyakinan-keyakinan lokal dalam sejarah kekuasaan Islam menunjukkan garis kontinum antara prinsip Syari’ah dengan praktiknya di lapangan. Meski praktik toleransi sering mengalami interupsi, namun secara doktrin tak ada dukungan teks Syari’ah. Ini berarti kekerasan yang terjadi atas nama Islam bukanlah otentisitas ajaran Islam itu sendiri. Bahkan bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa pemerintah-pemerintah Muslim membiarkan, bekerjasama, dan memakai orang-orang Kristen, Yahudi, Shabi’un, dan penyembah berhala dalam pemerintahan mereka atau sebagai pegawai dalam pemerintahan.

Lebih lanjut kesaksian seorang Yahudi bernama Max I. Dimon menyatakan bahwa “salah satu akibat dari toleransi Islam adalah bebasnya orang-orang Yahudi berpindah dan mengambil manfaat dengan menempatkan diri mereka di seluruh pelosok Empirium Islam yang amat besar itu. Lainnya ialah bahwa mereka dapat mencari penghidupan dalam cara apapun yang mereka pilih, karena tidak ada profesi yang dilarang bagi mereka, juga tak ada keahlian khusus yang diserahkan kepada mereka”.

Pengakuan Max I. Dimon atas toleransi Islam pada orang-orang Yahudi di Spanyol adalah pengakuan yang sangat tepat. Ia bahkan menyatakan bahwa dalam peradaban Islam, masyarakat Islam membuka pintu masjid, dan kamar tidur mereka, untuk pindah agama, pendidikan, maupun asimilasi. Orang-orang Yahudi, kata Max I. Dimon selanjutnya, tidak pernah mengalami hal yang begitu bagus sebelumnya.

Kutipan ini saya tegaskan karena ini dapat menjadi kesaksian dari seorang non-Muslim tentang toleransi Islam. Dan toleransi ini secara relatif terus dipraktikkan di dalam sejarah Islam di masa-masa sesudahnya oleh orang-orang Muslim di kawasan lain, termasuk di Nusantara. Melalui para pedagang Gujarat dan Arab, para raja di Nusantara Indonesia masuk Islam dan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya Islam di sini.

Selanjutnya, dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, ia dilakukan melalui perdagangan dan interaksi kawin-mawin. Ia tidak dilakukan melalui kolonialisme atau penjajahan sehingga sikap penerimaan masyarakat Nusantara sangat apresiatif dan dengan suka rela memeluk agama Islam. Sementara penduduk lokal lain yang tetap pada keyakinan lamanya juga tidak dimusuhi. Di sini, perlu dicatat bahwa model akulturasi dan enkulturasi budaya juga dilakukan demi toleransi dengan budaya-budaya setempat sehingga tak menimbulkan konflik. Apa yang dicontohkan para walisongo di Jawa, misalnya, merupakan contoh sahih betapa penyebaran Islam dilakukan dengan pola-pola toleransi yang amat mencengangkan bagi keagungan ajaran Islam.

Secara perlahan dan pasti, islamisasi di seluruh Nusantara hampir mendekati sempurna yang dilakukan tanpa konflik sedikitpun. Hingga hari ini kegairahan beragama Islam dengan segala gegap-gempitanya menandai keberhasilan toleransi Islam. Ini membuktikan bahwa jika tak ada toleransi, yakni sikap menghormati perbedaan budaya maka perkembangan Islam di Nusantara tak akan sefantastik sekarang.
Penutup


Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang organik, maka toleransi di dalam Islam hanyalah persoalan implementasi dan komitmen untuk mempraktikkannya secara konsisten.

Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya.

Syari’ah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap a historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap toleran yang amat indah inilah, sejarah peradaban Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masa depan.

Oleh : Ust. Syamsul Arifin Nababan (An-Naba Center)
Share:

23 Okt 2010

Menyikapi Ujian Hidup

Salaaam,,posting lagi nih. Kadang kala kita dapat ujian dari Tuhan, ada yang ringan ada juga yang berat. Namanya juga manusia, ya pasti begitulah. Justru dengan ujian kita menjadi lebih baik lho, dihadapan Tuhan. Tentunya jika kita lulus..! Tapi kita juga sering putus asa menghadapinya, lantas bagaimana? Kali ini saya mau mengutip penjelasan dari sodara Khoirul Fata (kru Qommunityradio Studio Kairo). Dimana beliau menjelaskan bagaimana kita sebagai muslim (mungkin agama lain) bisa menyikapi ujian hidup tersebut dengan pikiran jernih dan tenang,hehe... Baiklah langsung aja kita dengar penjelasan beliau.

Jika manusia diberi kebebasan untuk memilih antara hidup senang di dunia tanpa beban masalah, cobaan hidup atau hidup senang dengan dibumbui dengan ujian-ujian hidup, maka mayoritas akan memilih hidup senang tanpa dibebani oleh ujian atau masalah-masalah hidup. Mengapa demikian ?. Karena sudah menjadi sifat manusia menyukai sesuatu yang memberikan kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan. Di sisi lain ada golongan manusia yang teguh berkeyakinan bahwa dunia ini hanya sekedar tempat persinggahan sementara, kemudian pada akhirnya akheratlah tempat akhir dari perjalanan hidup. Mereka ini senantiasa menikmati hidup dengan tetap menjaga kesyukuran, baik disaat lapang atau sempit. Golongan ini lazimnya disebut sebagai orang-orang mukmin sebagaimana disabdakan oleh Rosululloh SAW ketika menggambarkan bagaimana cara orang-orang mukmin dalam menyikapi cobaan-cobaan hidup “Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan tidaklah didapatkan pada seorang pun hal tersebut melainkan pada diri seorang mukmin : Jika dia merasakan kesenangan maka dia bersyukur. Dan itu lebih baik baginya. Jika kesusahan menerpanya, maka dia bersabar. Dan itu lebih baik baginya.” .

Ada beberapa faedah (yang bisa kita ambil) dari hadits ini :

1. Adanya dorongan (untuk tetap kokoh) diatas keimanan. Dan seorang mukmin senantiasa dalam kebaikan dan kenikmatan.
2. Adanya dorongan untuk sabar atas kesusahan yang menimpa. Karena (sabar) merupakan perangai keimanan. Apabila anda sabar dalam menghadapi kesusahan dan diiringi dengan menanti (pertolongan) Allah agar dibebaskan dari (kesusahan tersebut). Kemudian mengharap pahala Allah Subhanahu wata’ala, maka hal tersebut merupakan tanda keimanan.
3. Adanya dorongan untuk bersyukur tatkala (memperoleh) kesenangan. Jika seorang bersyukur kepada Rabbnya atas nikmat yang diperoleh. Maka ini adalah taufiq dari Allah dan termasuk salah satu sebab bertambahnya kenikmatan.

Dari hadist di atas, kita dapat mengetahui kriteria-kriteria yang menjadi karakter mukmin sejati. Ketika orang mukmin tertimpa suatu musibah, cobaan atau masalah maka dia menganggap baik segala ketentuan Allah baginya. Jika kesusahan itu menimpanya, maka dia bersabar atas ketentuan-ketentuan Allah dan senantiasa menanti pertolongan-Nya serta mengharapkan pahala Allah. Semua itu merupakan perkara yang baik baginya dan dia memperoleh ganjaran kebaikan selaku orang-orang yang bersabar. Jika kesenangan itu mendatanginya, baik berupa kenikmatan agama ; seperti ilmu, amalan sholih dan kenikmatan dunia ; seperti harta, anak-anak dan keluarga, maka dia bersyukur lagi menjalankan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.

Oleh karena itu, seorang mukmin memperoleh dua kenikmatan, yaitu : kenikmatan agama dan dunia. Kenikmatan dunia diperoleh dengan kesenangan dan kenikmatan agama diperoleh dengan bersyukur. Maka inilah kondisi seorang mukmin. Adapun mereka yang telah kita sebutkan di awal, yaitu orang-orang pemburu kesenangan duniawi dan menjadikan hidup sebatas mencari kesenangan semata. Maka ketika mereka ditimpa suatu musibah, ujian hidup bahkan musibah, mereka akan berkeluh kesah, mencemooh, mengutuk, mencerca masa (waktu) bahkan mencela Allah Azza wa Jalla. Naudzubillah min dzalik. Jika kesenangan menghampirinya, dia tidak bersyukur kepada Allah. Maka kesenangan ini akan menjadi balasan siksaan di akhirat. Maka kondisi orang kafir tetap jelek, baik mendapatkan kesusahan maupun kesenangan. Berbeda halnya dengan orang mukmin yang senantiasa dalam kebaikan dan kenikmatan.

Selama roda kehidupan terus berputar, seorang takkan pernah luput dari menuai ujian dan cobaan. Dengan berbagai musibah yang datang silih berganti ini, hendaknya seorang introspeksi diri dan semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala. Bukan mengambil jalan pintas dengan mengklaim ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Karena tidak ada yang bisa memberikan solusi terbaik dari berbagai ujian dan cobaan hidup melainkan hanya Allah Azza wa Jalla. Allah berfirman : “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat.” (Al Baqarah : 214).

Alangkah indahnya jika kita yang telah mengikrarkan bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa dan Muhammad adalah utusan-Nya berperangai seperti seorang mukmin. Ketika menghadapi ujian-ujian hidup dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah kepada kita, mensyukuri datangnya ujian tersebut dan menjadikan hikmah dibaliknya sebagai pelajaran berharga. Jika ujian itu datang berupa nikmat, maka tetap kita syukuri dan tetap berprasangka baik bahwa Allah memberikan kenikmatan sebagai penghargaan atas kesabaran kita dalam menghadapi segala cobaan-Nya. Dan jika ujian itu datang berupa kesulitan, kesusahan, kemiskinan, kelaparan, musibah dan sebagainya, maka kita bersabar atas ujian tersebut. Dan berusaha tetap berprasangka baik dengan keyakinan bahwa Allah tidak akan menimpakan sebuah cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Dua perangai tersebut, yaitu syukur dan sabar merupakan amalan yang agung, bahkan keduanya termasuk dalam perangai keimanan. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama : “Iman itu dua bagian, bagian pertama adalah sabar dan bagian kedua adalah syukur”. Maka tidak ada jalan lain untuk solusi yang cerdas keluar dari masalah yang kita hadapi kecuali dengan menjadikan diri sendiri cerminan dari orang-orang mukmin.

Wallahu A’lam.
Share:

22 Okt 2010

Malaikat-pun Ambil Bagian Menolong Nabi

Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan (al-Ahzab:9). 


Salaaam,,pasti bro-bro pade udah pernah denger kan tentang kisah pertempuran nabi dalam surah Al-Ahzab diatas. Menurut ayat mulia tersebut, tentara musuh nabi diporak-porandakan habis oleh Allah melalui pertolongan Malaikat. Hemmmm,, yuk kita cari tahu apa aja pertolongan malaikat tersebut...!

Al-Allamah bin Katsir berkata, "Allah SWT berfirman memberitahukan nikmat, keutamaan, dan kebaikan-Nya yang telah dianugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dalam menghadapi dan mengalahkan musuh-musuhnya pada saat mereka terkepung.

Hal itu terjadi pada tahun Khandaq, bulan Syawal tahun kelima Hijriah dalam pendapat yang sahih dan masyur."Musa bin Aqabah dan lain-lainnya berpendapat bahwa peristiwa itu terjadi pada tahun keempat Hijriah.

Adapun yang menjadi menjadi sebab pengepungan tersebut adalah bahwa seorang pemuka Yahudi banin Nadhir yang telah diusir Rasulullah saw. dari kota Madinah ke Khaibar, di dalamnya termasuk Salam bin Abi al-Haqiq, Salam bin Masykam dan Khanah ibnar Rabi', keluar menuju kota Mekah. Mereka berkumpul dengan para pemuka Quraisy dan membujuk mereka untuk memerangi Rasulullah saw. dan menjanjikan kemenangan serta bantuan dari kelompok mereka sendiri. Kaum Quraisy menyetujui usulan mereka dan bersama-sama keluar untuk mengajak kaum Ghathfan bergabung.

Mereka juga menyepakati usulan tersebut. Setelah itu, kaum Quraisy keluar bersama para sekutunya dibawah pimpinan Abu Sufyan Shakhar bin Harb, dan kaum Ghathfan dibawah pimpinan Uyainah bin Hushun bin Badar dengan kekuatan sebesar sepuluh ribu orang.Begitu Rasulullah saw. mendengar bergeraknya mereka untuk melakukan penyerangan, beliau segera memerintahkan kaum muslimin untuk menggali khandaq (lubang) di sekitar kota Madinah yang berhadapan ke timur kota. Hal itu beliau lakukan atas saran Salmah al-Farisi r.a. Dengan penuh ketekunan kaum muslimin bersama Rasulullah saw. bekerja keras menggali dan memindahkan tanah serta batu-batu.

Beberapa waktu kemudian, kaum musyrikin datang membuat kamp di sebelah timur kota di dekat Uhud. Lalu salah satu kelompok dari mereka turun ke dataran tinggi kota Madinah, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an, "(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan bawahmu." (al-Ahzab:10) Rasulullah saw. keluar bersama kaum muslimin yang berkekuatan sekitar 3000 orang, ada yang mengatakan 700 orang.

Mereka menyandarkan punggung masing-masing ke bongkahan batu/tanah. Sementara, wajah mereka menghadap ke arah datangnya musuh. Sedangkan khandaq di depan mereka tidak lebih dari sebuah lubang tanpa air yang memisahkan antara mereka dan menghalangi pasukan berkuda dan pejalan kaki untuk sampai kepada mereka, serta menempatkan kaum wanita dan anak-anak di dalam benteng kota.Bani Quraizhah adalah salah satu kelompok Yahudi yang memiliki benteng di sebelah timur kota Madinah dan terikat perjanjian serta jaminan dengan Rasulullah saw.

Jumlah kekuatan mereka sekitar 800 laskar. Lalu Huyai bin Akhthab an-Nadhari pergi menemui mereka dan membujuknya untuk bersama-sama menyerang Rasulullah saw. Ia tidak beranjak dari sana hingga mereka mengkhianati perjanjian yang dibuatnya dan bergabung mengepung Rasulullah saw. dan kaum muslimin.

Kini urusannya semakin besar, persoalan semakin rumit, dan keadaan semakin kritis, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an, "Di situlah diuji orang-orang mukmin, dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat dasyat." (al-Ahzab:11) Mereka tetap tinggal di sana melindungi Rasulullah saw. dan para sahabatnya selama hampir satu bulan. Hanya saja kaum musyrikin belum sampai kepada mereka dan tidak terjadi pertempuran antara mereka.Lalu Amrun bin Abdi Wuddin al-'Amri salah seorang pasukan berkuda dan pahlawan pemberani yang tersohor pada zaman jahiliah, bersama beberapa orang prajurit berkuda melintasi khandaq dan berhasil menuju ke arah kaum muslimin. Rasulullah saw. segera memerintahkan beberapa prajurit berkuda untuk menghadapinya. Namun, tidak ada seorangpun yang menuruti perintahnya. Lalu beliau memerintahkan Ali bin Abi Thalib r.a. yang segera keluar menghadapinya.

Untuk beberapa saat keduanya bertempur hingga akhirnya Ali bin Abi Thalib berhasil membunuhnya. Dan ini adalah pertanda kemenangan. Lalu Allah mengirimkan angin topan yang berhembus sangat dasyat ke arah para pengepung hingga tidak ada sebuah tenda pun yang tersisa dan tanpa nyala api.

Akhirnya, mereka semua lari meninggalkan ketakutan dan menderita kerugian, sebagaiman firman Allah SWT. "Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan." (al-Ahzab:9)

Firman Allah SWT, "Wa junuudun lam tarauhaa," menurut Ibnu Katsir adalah para malaikat yang membuat mereka (kaum musyrikin) terguncang dan menyusupkan rasa kaget dan takut ke dalam hati mereka. Pada saat itu, setiap kepala kabilah berkata, "Wahai bani Fulan kemarilah kepadaku." Dan mereka pun berkumpul kepadanya dan berkata, "Keselamatan, keselamatan" karena Allah menimpakan ketakutan ke dalam hati mereka.
Share:

18 Okt 2010

Isra Bersama Rasulullah

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari Anas Ibnu Malik bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Didatangkan untukku Buraq yang merupakan hewan putih, panjangnya diatas himar dan dibawah bagal, kukunya berada di akhir ujungnya. Beliau bersabda, `Aku segera menunggainya hingga tiba di Baitul Maqdis.' Beliau bersabda, `Lalu ia mengikatnya dengan tali (rantai) yang biasa dipakai oleh para nabi untuk mengikat.'

Beliau melanjutkan, `Kemudian aku memasuki masjid (Baitul Maqdis) dan mendirikan shalat dua rakaat. Setelah itu, aku keluar. Lalu Malaikat Jibril a.s. mendatangiku dan menyodorkan dua buah gelas yang satu berisi khamar dan lainnya berisi susu. Aku memilih gelas yang berisi susu dan Jibril a.s. berkata, `Engkau telah memilih kesucian.'

Kemudian ia naik bersamaku ke langit yang pertama. Jibril meminta dibukakan pintu. Lalu (malaikat penjaga langit pertama) bertanya, `Siapakah kamu.' Jibril a.s. menjawab, `Jibril.' Kemudian ia ditanya lagi, `Siapakah yang besertamu?' Jibril a.s. menjawab, `Muhammad.' Malaikat itu bertanya, `Apakah kamu diutus?' Jibril menjawab, `Ya, aku diutus.' Lalu pintu langit dibukakan untuk kami. Ternyata aku bertemu dengan Nabi Adam a.s. Ia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Setelah itu Jibril a.s. naik bersamaku kelangit yang kedua dan meminta dibukakan pintu. Lalu pintu langit kedua dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan dua putra paman Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria a.s., keduanya menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Lalu Jibril a.s. naik bersamaku ke langit yang ketiga dan meminta dibukakan pintu langit ketiga. Lalu pintu langit ketiga dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Yusuf a.s. yang telah dianugerahi sebagian nikmat ketampanan. Ia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Kemudian Jibril a.s. naik bersamaku kelangit keempat dan meminta dibukakan pintu langit keempat. Lalu pintu langit keempat dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Idris a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Allah SWT berfirman, `Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.'

Setelah itu Jibril a.s. kembali naik bersamaku kelangit yang kelima dan meminta dibukakan pintu langit kelima. Lalu ia membukakan pintu langit yang kelima untuk kami, Di sana aku bertemu dengan Harun a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Malaikat Jibril a.s. kembali naik bersamaku ke langit yang keenam dan meminta dibukakan pintu untuk kami. Lalu ia membukakan pintu keenam untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Musa a.s. yang menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Lalu Jibril a.s. naik lagi bersamaku ke langit yang ketujuh dan meminta dibukakan pintu langit ketujuh. Kemudian malaikat penjaga pintu langit ketujuh membukakan pintu untuk kami. Di sana aku bertemu dengan Ibrahim a.s. yang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma'mur yang setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat dan tidak kembali kepadanya -sebelum menyelesaikan urusannya.

Setelah itu, ia pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha. Ternyata, daun-daunnya sebesar kuping gajah dan buah-buahannya menyerupai buah anggur. Begitu perintah Allah SWT menyelubunginya dan menyelubungi apa-apa yang akan diselubungi, ia segera berubah. Tidak ada seorang makhluk Allah pun yang mampu menyifati keindahan dan keelokannya. Lalu Allah Maha Agung mewahyukan apa-apa yang akan diwahyukan-Nya kepadaku dan mewajibkanku untuk mendirikan shalat lima puluh kali setiap hari sehari semalam. Setelah itu, aku turun menemui Musa a.s.. Ia bertanya kepadaku, `Apakah gerangan yang telah diwajibkan Allah SWT atas umatmu.' Aku menjawab,' Mendirikan shalat sebanyak lima puluh kali.' Kemudian ia berkata, `Kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah kepada-Nya keringanan. Sesungguhnya umatmu tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu. Sesungguhnya aku telah berpengalaman mencobanya kepada Bani Israel.' Beliau melanjutkan sabdanya, `Kemudian aku kembali kepada Rabb-ku dan memohon, `Wahai Rabb, berikanlah keringan untuk umatku.' Dan Ia mengurangi menjadi lima kali. Setelah itu, aku kembali menemui Musa a.s. dan kukatakan kepadanya, `Ia telah mengurangi menjadi lima kali.' Namun Musa a.s. kembali berkata, `Sesungguhnya umatmu tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu. Karena itu kembalilah kepada Rabb-mu dan mohonlah keringanan.' Lalu aku bolak-balik bertemu antara Rabb-ku Yang Maha Tinggi dengan Musa a.s.. Lalu Dia berfirman, `Wahai Muhammad, sesungguhnya kelima shalat itu dilaksanakan setiap sehari semalam. Setiap shalat dihitung sepuluh yang berarti berjumlah lima puluh shalat. Barang siapa yang ingin melakukan suatu kebaikan kemudian tidak melaksanakannya, maka Ku-tuliskan untuknya satu kebaikan. Dan jika ia mengerjakannya, maka Ku-tuliskan untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa ingin melakukan kejelekan kemudian tidak melakukannya, maka Aku tidak menulis apa-apa padanya. Dan jika ia mengerjakannya, maka Aku menuliskannya satu kejelekan.' Beliau kembali melanjutkan sabdanya, `Lalu aku turun hingga sampai kepada Musa a.s. dan memberitahukan hal tersebut. Musa a.s. berkata, `Kembalilah kepada Rabb-mu dan memohonlah keringanan.' Saat itu Rasulullah saw. bersabda, `Aku katakan kepadanya, `Aku telah berulang kali kembali kepada Rabb-ku hingga aku merasa malu kepada-Nya.'"
Share:

Lirik Lagu Yang Paling Saya Sukai

Salaaam,,,,lagu adalah penyemangat hidup (kadang-kadang sih), karena itu saya sangat suka dengan lagu-lagu santai sampai aliran keras. Tapi gak semua lagu santai dan keras saya sukai, lagu itu harus mampu menggelitik hati saya(alay,haha). Dan salah satu lagu yang membuat saya merasa santai, damai, dan segar adalah lagunya Clarkseville dengan judul Everyone Will Have their day.


Berikut lirik lagunya:

Everybody gets their chance to shine
I know that's true
And if tomorrow only brings our just deserves
We'll still get through.
I know we'll be alright
Cue the marching drums
We'll stumble through tonight
Until the morning comes.
And everyone will have their day
Though many trying days might break
Take time before you make a change
Your time is gonna come your way.
Everybody's got someone to be
So just be true
And keep your sights fixed on the road ahead
And you'll get through.
I know you'll be ok
I'm certain you will live
To fight another day
Never to give in.
And everyone will have their day
Though many trying days might break
Take time before you make a change
Your time is gonna come your way.
So never lose faith
Situations change
Every day with wider eyes
Until you find your own design
And everyone will have their day
Though many trying days might break
Take time before you make a change
Your time is gonna come your way.
And everyone will have their day
And everyone will have their day
Everyone will.


Lagunya keren lo bro, tapi sayang gak ada gratisannya. Untungnya saya dapat videonya, itupun bukan original video. Saya convert ke MP3, and hasilnya okee. Siapa aja yang mau dengerin, ntar saya uplud deh....:-)
Share:

13 Okt 2010

Siapa Bilang Islam Tidak Toleran?

Kalau ada tuduhan golongan yang tidak toleran, pasti telunjuk diarahkan kepada golongan Islam. Sekarang, tuduhan golongan Islam sebagai golongan yang paling tidak toleran, semakin menjadi fenomena di mana-mana. Bahkan, kecenderungan ke arah yang lebih ekstrim, munculnya gerakan phobia terhadap Islam semakin menguat.

Di hampir seluruh Uni Eropa, kekuatan politik yang sangat ektrim dan anti imigran (Islam), terus menguat, bukan hanya di Belanda dengan tampilnya Weelders, tetapi diantero Eropa, terakhir dengna kemenangan Partai Sosial Demokrat di Swedia, yang mendapatkan 20 kursi di parlemen. Padahal, partai ini tidak pernah bisa masuk ke dalam parlemen. Dengan isu mengangkat anti imigran, dan phobia terhadap Islam, partai ini melambung, dan sekarang menjadi sebuah kekuatan politik yang sangat diperhitungkan.

Di Perancis, Jerman, Inggris, Belanda, Spanyol, dan sejumlah negara lainnya, gerakan anti terhadap Islam, dan phobia terhadap Islam, semakin nampak. Kecenderungan ini, berlangsung sangat massif, dan sebagai bentuk konkrit penolakan mereka, seperti dibeberapa negara Eropa, secara resmi melarang penggunaan jilbab (niqab), yang digunakan para muslimah. Bukan hanya itu, sejumlah negara di Eropa, mengesahkan peraturan baru, yang lebih membatasi masuknya para imigran, khususnya dari negara-negara Eropa. Mereka tidak ingin pengaruh Islams semakin kuat di Eropa.

Sementara itu, di semua negara muslim, golongan non-mulsim (Kristen) menikmati kehidupan secara utuh, dan dapat melaksanakan seluruh hak-haknya. Di Mesir, Yordania, Palestina, Irak, dan sejumlah negara Islam lainnya, mereka dapat hidup bebas, dan bahkan mereka mempunyai peranan penting, dan diakomodasi pemerintah. Di Mesir, pernah Boutros-Boutros Ghali, yang beragama Koptik (Kristen Ortodok), menjadi Menlu, dan selanjutnya pemerintah Mesir menyetujui Boutros-Boutros Ghali menjadi Sekjen PBB. Di Irak, pemerintahan Saddam Husien mengangkat seorang tokoh Kristen, Thareq Aziz menjadi wakil perdana menteri dan sekaligus menjadi Menlu.

Di Indonesia dilihat dari gambaran pertumbuhan antara masjid dengan geraja, menunjukkan bahwa golongan Islam sudah sangat toleran. Bandingkan, dalam rentang waktu, 1977-2004, masjid semula berjumlah 392,044 buah menjadi 643,834 buah, artinya hanya mengalami kenaikan 64,22 persen. Sedangkan gereja semula berjumlah 18,977 buah, kemudian menjadi 43,909, dan ini artinya pertumbuhan gereja mengalami kenaikan 131,38 persen. Sedangkan gereja Katolik, semula 4,934 unit, menjadi 12,473, ini menunjukan gereja Katolik mengalami kenaikan 152,80 persen. Pura Hindu dari 4,247 buah, menjadi 24,431, naik sebanyak 475,25 persen, Wihara Budha dari 1,523 menjadi 7,129 buah, mengalami kenaikan 368,09 persen.

Fakta-fakta diatas menunjukkan betapa pertumbuhan gereja, pura, dan wihara, mengalami kenaikan yang sangat signifikan dibandingkan masjid. Ini dapat menjadi sebhuah indikator, di mana golongan diluar Islam tetap menikmati kebebasan agama tidak mengalami restriksi (hambatan) dari golongan Islam.
Share:

11 Okt 2010

Kata Paling Banyak Digunakan Untuk Berbohong

Salaaam,,,,Bohong, bohong adalah suatu kata yang mengekspresikan sifat buruk seseorang yaitu tidak berkata sebenarnya (hasil terjemah sendiri,haha). Bohong seperti pisau, bisa berguna bisa juga berbahaya. Seringkali pun kita juga gampang berbohong, yah dengan alasan demi kebaikan, bener juga sih..! Tapi tau kah KATA yang paling sering digunakan untuk berbohong yaitu berbanding terbalik dengan maknanya.


Kata tersebut adalah "AKU BAIK-BAIK SAJA"......

note:Iseng aja
Share:

8 Okt 2010

Penjelasan Allah Bersumpah Atas Nama Makhluk

Salaaam,,,satu hal yang membuat saya sangat marah dan pengen nabok muka orang yang mengatakan "Tuhannya Islam lemah,masa Dia bersumpah atas nama makhluknya sendiri,hahah...". Marah sih boleh, tapi kan marah sifat setan, akhirnya saya tenang sejenak. Setelah beberapa lama saya berfikir, ayat-ayat yang mereka kutip anehnya hanya setengah-setengah. Hmmmmmm, mau fitnah tapi gak profesional,ha...

Akhirnya dengan modal "kesalahan" orang-orang tersebut yang hanya mengutip setengah-setengah ayat Quranul karim yang penuh hikmah, saya berusaha mencari penjelasan-penjelasan yang terkait. Hehe, maklum saya kan bukan ustad. Alhamdulillah, saya akhirnya mendapat penjelasannya.

Dalam bahasan kita disini, mereka menyerang islam melalui pernyataan serta tuduhan keliru mengenai ayat-ayat Alquran yang isinya Allah bersumpah atas nama mahluk. Ayat-ayat yang mereka maksud itu diantaranya:

Surat 91/1 :
"Demi matahari"

Surat 74/32 :
"...demi bulan"

Surat 52/1 :
"Demi bukit"

Dengan itu mereka berfikir Allah lemah. Seperti pada tuduhan-tuduhan mereka dalam hal lain, sebenarnya tuduhan mereka kali ini juga timbul dari cara baca mereka yang sepotong-sepotong. Padahal jika mereka membaca Alquran secara menyeluruh, maka akan ada banyak keterkaitan-keterkaitan antara 1 ayat dengan ayat lainnya yang saling melengkapi.

Perlu di ingat oleh mereka tersebut. Ketika Sang Pencipta ingin memberikan penjelasan lebih mengenai sesuatu ciptaanNya kepada Manusia (khalifahNya), maka ketentuannya adalah :
Pencipta tersebut sudah pasti akan menyebut ciptaanNya yang dimaksud

Seperti contoh :
Ketika Allah bersumpah...
Surat 91/1 :
"Demi matahari"

Maka ayat ini bukanlah artinya Matahari lebih tinggi dari Tuhan. Ayat ini justru menunjukan/menegaskan bahwa "PADA MATAHARI ITU" terdapat banyak ilmu pengetahuan serta rahasia besar kehidupan lainnya.

Diantaranya adalah :

1. Matahari itu pelita kehidupan tatasurya kita. 78/12-13.

2. Matahari memiliki garis edarnya sendiri. 36/38.

3. Matahari itu tidak boleh disembah. 41/37.

4. Serta rahasia lainnya yang harus kita selidiki sendiri.

Begitu pula ketika Allah bersumpah atas nama mahlukNya lainnya.

Surat 103/1 :
"Demi waktu"

Allah menegaskan bahwa pada "WAKTU" terdapat juga banyak ilmu pengetahuan serta rahasia besar kehidupan lainnya sama seperti ketika Allah bersumpah "Demi Matahari". Diantaranya:

1. Waktu itu ada karena adanya perputaran Bumi. 39/5.

2. Waktu itu relatif (dibuktikan oleh Einstein). 22/47.

3. Waktu kita (umur kita) bisa saja tiba-tiba hilang. 4/78. 21/35.

4. Waktu pada hari kehancuran alam semesta hanya Allah yang tahu. 7/187.

5. Waktu kehidupan antara dunia dan akhirat ternyata hanya berjarak beberapa jam saja. Baca disini.

Atau lagi, ketika Allah bersumpah :

Surat 77/1 :
"Demi Malaikat..."

1. Malaikat memiliki kecepatan yang sangat dahsyat

2. Serta rahasia lainnya yang harus kita selidiki sendiri.

Jadi singkat saja, bahwa ketika Allah bersumpah atas nama Mahluk (waktu, bumi, dan sebagainya) maka itu semata-mata hanya menandakan bahwa apa yang disebutkan oleh Allah dalam sumpahNya itu terdapat banyak sekali kandungan ilmu pengetahuan serta rahasia-rahasia kehidupan.

Dan hal tersebut baru akan terbukti APABILA orang itu mau mempelajari ayat-ayat Allah dengan sepenuh hati. Alias tidak sepotong-sepotong.

Maka, camkanlah kata kesukaan saya ini JIKA HATI RUSAK LOGIKAPUN RUSAK...
Share:

5 Okt 2010

Pertanyaan Rasul Kepada Iblis

Salaaaaam.....Allah SWT telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supaya dia menghadap Rasulullah saw untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disukai maupun yang dibencinya. Hikmatnya ialah untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia.

Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, "Hai Iblis! Bahwa Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar memberi perintah untuk menghadap Rasullullah saw. Hendaklah engkau buka segala rahasiamu dan apapun yang ditanya Rasulullah hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu, serta disiksa dengan azab yang amat keras."

Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah SAW dengan menyamar sebagai seorang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai, panjangnya seperti ekor lembu.

Iblis pun memberi salam, sehingga 3 kali tidak juga dijawab oleh Rasulullah saw. Maka sambut Iblis (alaihi laknat),

"Ya Rasulullah! Mengapa engkau tidak mejawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?" Maka jawab Nabi dengan marah, "Hai Aduwullah seteru Allah! Kepadaku engkau menunjukkan kebaikanmu? Janganlah mencoba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam a.s sehingga keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil dengan sebab hasutanmu, Nabi Ayub engkau tiup dengan asap beracun ketika dia sedang sujud sembahyang hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu.

Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wajalla, cuma salammu saja aku tidak hendak menjawabnya karena diharamkan Allah. Maka aku kenal baik-baik engkaulah Iblis, raja segala iblis, syaitan dan jin yang menyamar diri. Apa kehendakmu datang menemuiku?"

Taklimat Iblis, "Ya Nabi Allah! Janganlah engkau marah. Karena engkau adalah Khatamul Anbiya maka dapat mengenaliku. Kedatanganku adalah diperintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, tiadalah aku berani menyembunyikannya."

Maka Iblis pun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata, "Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatah pun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu."


Apabila mendengar sumpah Iblis itu, Nabi pun tersenyum dan berkata dalam atinya, inilah satu peluangku untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai kepada seluruh umatku.


Pertanyaan Nabi (1):

Hai Iblis! Siapakah sebesar-besar musuhmu dan bagaimana aku terhadapmu?"

Jawab Iblis:

"Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku yang paling besar di antara segala musuhku di muka bumi ini."
Maka Nabi pun memandang muka Iblis, dan Iblis pun menggeletar karena ketakutan. Sambung Iblis, "Ya Khatamul Anbiya! Ada pun aku dapat merubah diriku seperti sekalian manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suara pun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah.


Kiranya aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu. Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam, begitu jugalah aku berusaha menarik mereka kepada kafir, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku."



Pertanyaan Nabi (2):

"Hai Iblis! Bagaimana perbuatanmu kepada makhluk Allah?"


Jawab Iblis:

"Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya meninggalkan sholat, terbuai dengan makan minum, berbuat durhaka, aku lalaikan dengan harta benda daripada emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan haram.


Demikian juga ketika pesta yang bercampur antara lelaki dan perempuan. Di sana aku lepaskan sebesar-besar godaan supaya hilang peraturan dan minum arak. Apabila terminum arak itu maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga kepada pekerjaan zina.


Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri.

Apabila mereka teringat akan salah mereka lalu hendak bertaubat atau berbuat amal ibadat, aku akan rayu mereka supaya mereka menangguhkannya. Bertambah keras aku goda supaya menambahkan maksiat dan mengambil isteri orang. Bila kena goda hatinya, datanglah rasa ria, takabur, megah, sombong dan melengahkan amalnya. Bila pada lidahnya, mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap saat."


Pertanyaan Nabi (3):

"Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambahkan laknat yang besar serta siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?"

Jawab Iblis:

"Semuanya itu adalah anugerah daripada Allah Yang Maha Besar juga. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa Diriku telah beribu-ribu tahun menjadi ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit ke satu langit yang tinggi. Kemudian Aku tinggal di dunia ini beribadat bersama sekalian Malaikat beberapa waktu lamanya.

Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan lelaki (Nabi Adam) lalu dititahkan seluruh Malaikat memberi hormat kepada lelaki itu, kecuali aku yang ingkar. Oleh karena itu Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu bertukar menjadi keji dan kelam. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikurniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka.

Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah Khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itu pun aku masih tidak puas hati dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga Hari Kiamat.


Sebelum Engkau lahir ke dunia, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia serta tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadat serta balasan pahala dan syurga mereka. Kemudian aku turun ke dunia, dan memberitahu manusia yang lain daripada apa yang sebenarnya aku dapatkan, dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid'ah dan carut-marut.

Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku tidak dibenarkan oleh Allah untuk naik ke langit serta mencuri rahasia, kerana banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku berkeras juga hendak naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tenteraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu. Maka besarlah kesusahanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut."

Pertanyaan Nabi (4):

"Hai Iblis! Apakah yang pertama engkau tipu dari manusia?"

Jawab Iblis:

"Pertama sekali aku palingkan iktikad / niatnya, imannya kepada kafir juga ada dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, aku akan tarik dengan cara mengurangi pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikut kemauan jalanku"

Pertanyaan Nabi (5):

"Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, bagaimana keadaanmu?"

Jawab Iblis:

"Sebesar-besarnya kesusahanku. Gementarlah badanku dan lemah tulang sendiku. Maka aku kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda seorang manusia, pada setiap anggota badannya.

Setengah-setengahnya datang pada setiap anggota badannya supaya malas sholat, was-was, terlupa bilangan rakaatnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, sentiasa hendak cepat habis sholatnya, hilang khusyuknya - matanya sentiasa menjeling ke kiri kanan, telinganya senantiasa mendengar orang bercakap serta bunyi-bunyi yang lain. Setengah Iblis duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya dia tidak kuasa sujud berlama-lama, penat atau duduk tahiyat dan dalam hatinya senantiasa hendak cepat habis sholatnya, itu semua membawa kepada kurangnya pahala. Jika para Iblis itu tidak dapat menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan seberat-berat hukuman."


Pertanyaan Nabi (6):

"Jika umatku membaca Al-Quran karena Allah, bagaimana perasaanmu?"

Jawab Iblis:

"Jika mereka membaca Al-Quran karena Allah, maka rasa terbakarlah tubuhku, putus-putus segala uratku lalu aku lari daripadanya."


Pertanyaan Nabi (7):

"Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, bagaimana perasaanmu?"

Jawab Iblis:

"Binasalah diriku, gugurlah daging dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya."

Pertanyaan Nabi (8):

"Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana keadaanmu?"

Jawab Iblis:

"Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya kepadaku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatatkan dosanya selama dia
berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam mendoakan ampunan bagi orang yang berpuasa. Satu lagi kemuliaan orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya, serta dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga. Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa barulah aku dilepaskan dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasa."


Pertanyaan Nabi (9):

"Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?"

Jawab Iblis:

"Seluruh sahabatmu juga adalah sebesar - besar seteruku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satu tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata: "Seluruh sahabatku adalah seperti bintang dilangit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk."


Saidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu, aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu. Dia begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a'zam. Bahkan engkau sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Tambahan pula dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Saiyidatina Aisyah yang juga banyak menghafadz Hadits-haditsmu.


Saidina Umar Al-Khattab pula tidaklah berani aku pandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah segala tulang sendiku karena sangat takut. Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan, "Jikalau adanya Nabi sesudah aku maka Umar boleh menggantikan aku", karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar 'Al-Faruq'.


Saidina Usman Al-Affan lagi, aku tidak bisa bertemu, karena lidahnya senantiasa bergerak membaca Al-Quran. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak dua kali. Karena taatnya, banyak Malaikat datang melawat dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan, "Barang siapa menulis Bismillahir rahmanir rahim pada kitab atau kertas-kertas dengan dakwat merah, nescaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid."

Saidina Ali Abi Talib pun itu aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadat serta beliau adalah golongan orang pertama memeluk agama Islam dan tidak pernah menundukkan kepalanya kepada sebarang berhala. Bergelar 'Ali Karamullahu Wajhahu' - dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga 'Harimau Allah' dan engkau sendiri berkata, "Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya." Tambahan pula dia menjadi menantumu, semakin aku ngeri kepadanya."


Pertanyaan Nabi (10):

"Bagaimana tipu daya engkau kepada umatku?"


Jawab Iblis:

"Umatmu itu ada tiga macam. Yang pertama seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah serta meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril a.s, "Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat."
Yang kedua umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal soleh, tawakal dan kebajikan.

Yang ketiga umatmu seperti Firaun; terlampau tamak dengan harta dunia serta dihilangkan amal akhirat. Maka akupun bersukacita lalu masuk ke dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku hela ke mana saja mengikuti kehendakku. Jadi dia senantiasa bimbang kepada dunia dan tidak hendak menuntut ilmu, tiada masa beramal ibadat, tidak hendak mengeluarkan zakat, miskin hendak beribadat.


Lalu aku goda agar minta kaya dulu, dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka dilupakan beramal, tidak berzakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia senantiasa bimbang akan hartanya dan setengahnya asyik hendak merebut dunia harta, bercakap besar sesama Islam, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk jalan maksiat, tempat judi dan perempuan lacur."


Pertanyaan Nabi (11):

"Siapa yang serupa dengan engkau?"

Jawab Iblis:

"Orang yang meringankan syariatmu dan membenci orang belajar agama Islam."


Pertanyaan Nabi (12):

"Siapa yang mencahayakan muka engkau?"


Jawab Iblis:

"Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu, pemungkir janji."



Pertanyaan Nabi (13):

"Apakah rahasia engkau kepada umatku?"


Jawab Iblis:

"Jika seorang Islam pergi buang air besar serta tidak membaca doa pelindung syaitan, maka aku gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari."


Pertanyaan Nabi (14):

"Jika umatku bersatu dengan isterinya, bagaimana hal engkau?"

Jawab Iblis:

"Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya serta membaca doa pelindung syaitan, maka larilah aku dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya, dan bercampurlah benihku dengan benih isterinya.
Jika menjadi anak maka anak itu akan gemar kepada pekerjaan maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku yang dahulu makan daripadanya. Walaupun mereka makan, tiadalah merasa kenyang."

Pertanyaan Nabi (15):

"Dengan jalan apa dapat menolak tipu daya engkau?"

Jawab Iblis:

"Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu', maka padamlah marahnya."


Pertanyaan Nabi (16):

"Siapakah orang yang paling engkau lebih sukai?"

Jawab Iblis:

Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situlah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu."


Pertanyaan Nabi (17):

"Hai Iblis! Siapakah saudara engkau?"



Jawab Iblis:

"Orang yang tidur meniarap / telungkup, orang yang matanya terbuka(mendusin) di waktu subuh tetapi menyambung tidur lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian jua pada waktu zuhur, asar, maghrib dan isya', aku beratkan hatinya untuk sholat."


Pertanyaan Nabi (18):

"Apakah jalan yang membinasakan diri engkau?"



Jawab Iblis:

"Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Quran dan sholat tengah malam."


Pertanyaan Nabi (19):

"Hai Iblis! Apakah yang memecahkan mata engkau?"

Jawab Iblis:

"Orang yang duduk di dalam masjid serta beriktikaf di dalamnya"


Pertanyaan Nabi (20):

"Apa lagi yang memecahkan mata engkau?"


Jawab Iblis:

"Orang yang taat kepada kedua ibu bapanya, mendengar kata mereka, membantu makan pakaian mereka selama mereka hidup, karena engkau telah bersabda, 'Syurga itu di bawah tapak kaki ibu'"


Share:

Langganan Artikel Gratis
Masukan alamat email:

Delivered by FeedBurner

Merasa terbantu oleh blog ini?

Sobat bisa memberikan donasi via PayPal, klik tombol di bawah ini. Terima kasih.

Popular Posts